Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketidakpuasan vs. Ridho: Duel Abadi yang Menentukan Takdir Sejarah Peradaban

11 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 11 Januari 2025   15:45 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ridho bukanlah penghalang kemajuan, melainkan pondasi kokoh untuk perubahan yang berkelanjutan dan bermakna.

8. Sintesis: Mengintegrasikan Ketidakpuasan dengan Ridho untuk Mencapai Perubahan yang Seimbang

Dalam perjalanan sejarah, ketidakpuasan sering kali menjadi pendorong perubahan besar. Namun, tanpa kendali dan arah, ketidakpuasan cenderung destruktif dan sulit menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Di sisi lain, ridho sering dipandang sebagai penerimaan pasif, tetapi dalam konteks yang lebih mendalam, ridho adalah stabilitas kreatif yang mampu mengelola ketidakpuasan, mengubahnya menjadi kekuatan produktif. Integrasi antara ketidakpuasan dan ridho adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang tidak hanya signifikan tetapi juga terarah dan bertahan lama.

Ketidakpuasan sebagai Mesin Perubahan

Ketidakpuasan adalah energi dinamis yang mampu menggulingkan sistem yang usang atau tidak adil. Ia menjadi katalis untuk melawan status quo, memobilisasi massa, dan menciptakan momentum untuk reformasi. Misalnya, gerakan reformasi politik di Indonesia tahun 1998 dimulai dengan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Orde Baru. Ketidakpuasan ini melahirkan aksi besar yang akhirnya menggulingkan rezim dan membuka jalan bagi demokrasi.

Namun, ketidakpuasan saja sering kali tidak cukup untuk menciptakan stabilitas. Setelah revolusi, masyarakat membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar keberanian untuk melawan: mereka memerlukan arah, visi, dan ketenangan untuk membangun kembali sistem yang baru.

Ridho sebagai Stabilitas yang Kreatif

Ridho tidak berarti menyerah pada keadaan, melainkan merespons situasi dengan kebijaksanaan dan ketenangan. Dalam arti yang lebih luas, ridho adalah kemampuan untuk menerima kenyataan sambil memanfaatkan peluang di dalamnya. Ridho memberikan stabilitas emosional yang memungkinkan seseorang atau masyarakat untuk bertindak dengan kepala dingin dan tujuan yang jelas.

Contohnya dapat ditemukan dalam kebangkitan Jepang pasca Perang Dunia II. Ketika Jepang menerima kekalahan mereka dengan ridho, hal itu membuka jalan bagi transformasi besar dalam sektor ekonomi, sosial, dan teknologi. Ridho ini bukanlah bentuk kepasrahan, melainkan langkah strategis yang memberi ruang bagi inovasi dan pembangunan berkelanjutan.

Ridho juga terlihat dalam perjuangan non-kekerasan Gandhi di India, di mana penerimaan terhadap ketidakadilan kolonial Inggris tidak mencegah perjuangan, tetapi justru memandu gerakan dengan cara yang damai dan penuh makna. Ridho dalam konteks ini mengelola ketidakpuasan sehingga perjuangan menjadi terfokus dan tidak terpecah oleh emosi destruktif.

Pentingnya Sinergi Antara Ketidakpuasan dan Ridho

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun