Fenomena ketimpangan ekonomi tidak dapat dipahami hanya melalui lensa ekonomi atau sosiologi semata. Ketimpangan ini merupakan hasil dari interaksi kompleks berbagai lapisan sistem, mulai dari faktor ekonomi, sosial, psikologis, hingga kelembagaan dan kebijakan. Pemahaman yang sempit sering kali menyebabkan kebijakan yang tidak efektif karena gagal menangkap akar permasalahan yang bersifat multidimensi.
Solusi ekonomi makro seperti redistribusi melalui pajak progresif, subsidi, dan program kesejahteraan sering dianggap sebagai solusi utama untuk mengurangi ketimpangan. Namun, dalam praktiknya, solusi ini sering gagal mencapai tujuan. Beberapa alasan utamanya adalah:
1. Efek Kebocoran Redistribusi
Pajak progresif dan subsidi sering kali tidak merata dalam implementasi. Banyak program redistribusi yang mengalami kebocoran karena korupsi atau ketidakefisienan birokrasi. Akibatnya, kelompok yang seharusnya menerima manfaat sering kali tidak terjangkau.
2. Kebijakan Moneter yang Memperparah Ketimpangan
Kebijakan moneter seperti suku bunga rendah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi seringkali justru memperbesar ketimpangan. Investor besar dengan akses modal lebih banyak diuntungkan daripada masyarakat umum.
3. Kegagalan Mengatasi Masalah Struktural
Solusi makro sering kali hanya menyentuh gejala, seperti kemiskinan, tetapi tidak mengatasi akar penyebab ketimpangan, seperti akses pendidikan dan pekerjaan yang tidak merata.
Pendekatan sistem ekonomi klasik seperti kapitalisme sering kali memperkuat ketimpangan, terutama karena mekanisme pasar bebas cenderung menciptakan "winner-takes-all." Dalam sistem ini, individu atau perusahaan yang memiliki keunggulan awal (misalnya, modal besar) cenderung memperbesar keunggulan tersebut, sementara yang lainnya semakin tertinggal.
Pendekatan berbasis ekonomi terencana atau sosialisme juga memiliki keterbatasan. Misalnya, dalam banyak kasus, redistribusi yang agresif dalam sistem sosialisme menyebabkan kurangnya insentif untuk inovasi dan produktivitas, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Buku Why Nations Fail karya Acemoglu dan Robinson memberikan pandangan bahwa keberhasilan atau kegagalan negara tergantung pada institusi ekonomi dan politiknya. Institusi yang inklusif, yang memberikan kesempatan kepada semua kelompok masyarakat, diyakini mampu mengurangi ketimpangan. Namun, meskipun teori ini memberikan wawasan penting, ada beberapa kelemahan dalam aplikasinya terhadap ketimpangan ekonomi: