Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ingin Kreatif? Pilih Istri yang Bawel dan Cerewet

15 Desember 2024   20:37 Diperbarui: 15 Desember 2024   20:40 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1. Dialektika Hegelian: Ketegangan antara Kontradiksi

Hegel berpendapat bahwa kemajuan muncul dari proses dialektis, yaitu dari ketegangan antara tesis (sebuah keadaan), antitesis (kontradiksinya), hingga akhirnya melahirkan sintesis (pemecahan yang lebih tinggi).

Kasus Einstein: Kebisingan monoton kantor paten adalah antitesis dari kebutuhan berpikir mendalam. Namun, kontradiksi ini justru memaksa Einstein menyederhanakan gagasannya, merangkumnya secara konkret. Dialektika antara rutinitas administratif dan dorongan intelektualnya melahirkan sintesis berupa teori relativitas khusus.

Kasus Ramanujan: Keterbatasan ekonomi dan kebisingan dunia material menjadi antitesis dari dunia angka-angka yang ia cintai. Justru dalam ketegangan itu, ia menemukan jalan ke "keabadian matematis"---menghasilkan formula-formula yang masih misterius hingga kini.

Hegel mengajarkan bahwa kontradiksi bukan hambatan, melainkan syarat lahirnya pemikiran lebih tinggi. Kebisingan adalah pemantik, sementara kesunyian adalah ruang reflektif. Keduanya saling melengkapi dalam proses kreatif.

2. Eksistensialisme: Kebebasan dalam Keterbatasan

Filsuf eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre dan Viktor Frankl menekankan bahwa kebebasan manusia bukan berarti lepas dari keterbatasan, melainkan bagaimana kita merespons keterbatasan itu.

Kasus Ibnu Haytam: Penjara adalah simbol keterbatasan fisik. Namun, dalam keterbatasan itu, Ibnu Haytam memilih untuk merespons dengan kreativitas---mengamati cahaya dan menuliskan karya besarnya. Kebebasan mentalnya mengalahkan keterbatasan fisiknya.

Kasus Sayid Quthb: Penjara politik tidak menghalangi kebebasan pemikirannya. Bagi Quthb, penjara adalah tempat ia menegaskan makna keberadaannya, menemukan misi spiritual dan intelektual yang lebih besar.

Eksistensialisme menunjukkan bahwa kebebasan tidak ditemukan dalam sunyi yang steril, tetapi dalam keteguhan untuk menciptakan makna di tengah kebisingan dan penderitaan. Dalam konteks ini, kebebasan adalah sebuah pilihan eksistensial yang melahirkan kreativitas.

3. Fenomenologi Heidegger: "Gestell" dan Ruang Keheningan yang Aktif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun