"Ngapain?"
"Ada yang mau gua omongin..." sahut Jaka. Dan Angie jadi penasaran karenanya.
"Boleh aja tuh. Asal jangan lewat waktu aja ya!"
Jaka membelokkan sepeda motornya ke arah Cikini. Tujuannya kemana lagi kalau bukan ke Taman Ismail Marzuki.
Kebetulan suasana di warung itu agak lengang. Hanya ada Teguh Karya yang sedang asyik ngobrol dengan seseorang yang mereka berdua tidak mengenalnya. Jaka dan Angie mengambil tempat duduk di sudut yang agak sepi, setelah sebelumnya memesan minuman dan makanan ringan. Untuk mereka berdua, tentu saja.
"Apa yang kamu mau omongin itu sebenarnya?"
"Santai saja, Non. Ayo diminum dulu tuh biar tenang dulu."
Angie malah semakin penasaran karenanya. Tapi sikap cuek Jaka sepertinya kumat kembali. Jaka seakan tak peduli dengan sikap Angie yang tidak sabar lagi.
Tak lama kemudian, Jaka menggamit tangan Angie di atas meja.
"Begini maksud gua. Tadi gua sudah memuji kamu. Bilang kamu cantik segala. Gua jadi takut kamu tersinggung. Oleh karena itu gua mau minta maaf yang setulus-tulusnya sama kamu. Gua tidak punya masud ngegombal. Sungguh. Gua sungguh-sungguh mengatakan yang sesungguhnya. Dan keluar dari hati yang paling dalam..." kata Jaka sambil menatap wajah Angie begitu lekat.
Angie terhenyak. Diam. Wajahnya menunduk. Sementara tangannya masih dibiarkan dalam genggaman Jaka.anya Angie sesaat kemudian.