"Lha, kok jadi gitu sih. Tega nian dikau,"
Angie kaget mendengar kata-kata Jaka tadi. Tidak biasanya mau bercanda. Pakai kata 'dikau' lagi. Ada angin dari mana tiba-tiba perangai Jaka berubah seperti itu?
"Memangnya kalau aku mati, kamu gimana gitu?"
"Ya kehilangan pastinya. Gak bakal ketemu lagi teman yang cerewet kayak kamu. Masak gua harus nangis kayak bocah. Gaklah..." sahut Jaka. Tapi sambil menjawil pipi Angie.
Angie cemberut.
Jaka menatap Angie lekat-lekat.
"Eh, ada apa lihat muka gua kayak gitu?" tanya Angie kemudian dengan perasan sedikit risih.
"Sumpah baru sekarang gua sadar. Ternyata kamu cantik juga, Angie," celetuk Jaka dengan nada sungguh-sungguh.
"Lho emangnya selama ini kamu gak pernah perhatiin gua?" sahut Angie. Sementara dalam hatinya berbunga-bunga rasanya.
"Benar. Selama ini gua tidak pernah memperhatikan kamu seperti sekarang ini. alangkah bahagianya lelaki yang jadi gacoanmu..." ujar Jaka serupa keluhan.
"Emangnya kamu jadi naksir sama aku setelah tahu gua ini cantik gitu?"