Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tumbal Arwah Jelangkung - 2

16 Februari 2016   19:35 Diperbarui: 17 Februari 2016   17:40 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam telah tiba. Jam dinding menunjukkan pukul 09.20. Lina hanya memperhatikan jam dinding yang terpaku di dinding kamarnya. Dirinya masih berbaring di atas ranjang. Bingung, apakah dia harus membatalkan rencananya atau tidak.

Tergambar jelas bagaimana wajah menyeramkan hantu yang mengamatinya dari luar jendela. Dirinya dilanda ketakutan ketika hantu itu memperlihatkan wajahnya yang berkopeng dengan bola mata kosong, tersenyum menyeringai padanya. Dia beruntung tidak langsung menjerit. Ia masih bisa mengendalikan dirinya. Tapi yang pasti, jika seseorang melihatnya langsung dengan mata kepala mereka sendiri, tentunya, mereka akan berteriak kencang dan lari terbirit-birit.

Badannya pun bergidik sendiri membayangkan kengerian yang dialaminya. Sekali lagi, dirinya bimbang akan keputusannya untuk ikut bersama dengan teman-temannya. Matanya sesekali mengedarkan pandangannya di sekitar kamarnya kemudian memejamkan mata untuk berpikir. Di alam pikirannya, dia berusaha menguatkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Ia meyakinkan diri bahwa kejadian yang dialaminya semalam mungkin karena keteledorannya. Sehingga, membuat penunggu di rumah kosong itu marah. Lina sudah bulat dengan apa yang direncanakannya. Lina membuka mata, beringsut dari ranjangnya. Disambarnya sweater merah marun dan ranselnya kemudian bergegas membuka pintu kamarnya.

Diraihnya gagang pintu lalu dibukanya sedikit. Diintipnya dari luar. Dia tidak melihat siapapun. Melihat kondisi sudah aman, Lina melebarkan celahpintu, meninggalkan kamarnya. Ketika berjalan menuju pintu luar, ternyata ibunya sedang asyik menonton televisi. Bola mata Ibunda Lina melirik anak perempuannya memakai jaket sembari memanggul ransel.

“Kamu mau ke mana, nak? Kerja kelompok lagi?“

“Ya, bu. Ini mendadak sekali. Shanti saja baru meng-SMS-ku supaya cepat datang ke rumahnya.“

“Kenapa bukan besok saja kalian mengerjakannya? Ini ‘kan sudah malam. Tidak baik anak gadis keluar malam-malam begini,“ ibunya coba memperingatkan Lina.

“Tidak mungkin besok, bu. Tugas ini dikumpul besok. Ya, pasti hari ini dan malam ini juga harus disiapkan.“ ungkap Lina tegas.

“Ya sudahlah. Hati-hati. Nyalakan terus handphone-mu. Hubungi ibu jika ada hal yang mengganggumu.“ ibunya berat hati mengizinkannya pergi.

“Ya bu, pasti. Kalau begitu, aku pergi dulu.“ Lina berbalik badan menjauhi ibunya.

Ibunya mengangguk pelan seraya berjalan,mengengsel pintu rumah tapi tak menguncinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun