Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bisikan Kematian

16 Januari 2015   20:39 Diperbarui: 22 Juli 2016   15:05 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis itu menolehkan kepalanya ke tempat Fitri . Bercak darah kering menghiasi wajah mulusnya . Pandangan begitu mengerikan . Sorot matanya menyiratkan kebencian membara yang takkan ada habisnya dan nafsu membunuh yang begitu kuat , membuat Fitri merinding ngeri ketika ia mulai mendekati dirinya .

" Kamu ... SARAH ! " pekik Fitri seolah tak percaya kalau yang berada di hadapanya saat ini adalah teman satu gengnya " The Miraclious " yang kini sudah siap menjadi malaikat pencabut nyawa untuknya .

" Tapi kenapa kau lakukan ini ? " Fitri hanya memelas . Wajahnya putih memucat menunjukkan bahwa keputusasaan sudah mengusai dirinya .

Sarah mendengus kecil mendengar ucapan temannya itu . " Jadi kau tidak tahu apa yang kalian lakukan ... dasar bedebah ! " Emosinya berkumpul jadi satu di tangannya , membuat tangan kirinya melayang , mendaratkan tamparan keras itu di pipinya .

" Aukh ! " Cap tangan itu kini sudah tampak jelas membekas di pipi wanita itu . Fitri meringis sambil mengelus pipinya yang masih masih perih karena ditampar oleh temannya sendiri .

" Kalian mendorongnya dari balkon gedung kuliah hanya karena dia disukai oleh anak lelaki di kampus dan ... Fandy "

Mendengar nama ' Fandy ' , membuat Fitri tercengang . Seketika aliaran darahnya terhenti . Nama itu seakan menghubungkan sesuatu yang telah lama ia kubur dalam - dalam di pikirannya .

" Ka-ka-kamu ... A-a-ari-ri-ni ?! "

Sarah tersenyum kecut ketika temannya menyebutkan nama yang sudah tak asing lagi baginya . Sementara itu , Fitri terperanjat mengetahui bahwa Arini sedang berbicara , walaupun di hadapannya sendiri adalah Sarah . Arwah Arini yang menuntut balas dendam atas kematiannya dengan memakai tubuh Sarah . Memikirkan hal ini , membuat irama nafasnya berhembus tak karuan dan ia merasa aliran darahnya tersendat - sendat .

" a..a..ak..aku bi..bisa je..jelaskan ini ... " Fitri menarik nafas dalam - dalam , mencoba menenangkan dirinya di situasi yang hendak mengancam jiwanya .

" Sudah terlambat bodoh ! Kini tibalah waktumu menyusul mereka semua ! " Sarah memperlihat pisau yang berlumuran darah kering itu . Pisau itu sudah siap jika harus mencabut satu nyawa seorang manusia lagi .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun