Gadis itu menolehkan kepalanya ke tempat Fitri . Bercak darah kering menghiasi wajah mulusnya . Pandangan begitu mengerikan . Sorot matanya menyiratkan kebencian membara yang takkan ada habisnya dan nafsu membunuh yang begitu kuat , membuat Fitri merinding ngeri ketika ia mulai mendekati dirinya .
" Kamu ... SARAH ! " pekik Fitri seolah tak percaya kalau yang berada di hadapanya saat ini adalah teman satu gengnya " The Miraclious " yang kini sudah siap menjadi malaikat pencabut nyawa untuknya .
" Tapi kenapa kau lakukan ini ? " Fitri hanya memelas . Wajahnya putih memucat menunjukkan bahwa keputusasaan sudah mengusai dirinya .
Sarah mendengus kecil mendengar ucapan temannya itu . " Jadi kau tidak tahu apa yang kalian lakukan ... dasar bedebah ! " Emosinya berkumpul jadi satu di tangannya , membuat tangan kirinya melayang , mendaratkan tamparan keras itu di pipinya .
" Aukh ! " Cap tangan itu kini sudah tampak jelas membekas di pipi wanita itu . Fitri meringis sambil mengelus pipinya yang masih masih perih karena ditampar oleh temannya sendiri .
" Kalian mendorongnya dari balkon gedung kuliah hanya karena dia disukai oleh anak lelaki di kampus dan ... Fandy "
Mendengar nama ' Fandy ' , membuat Fitri tercengang . Seketika aliaran darahnya terhenti . Nama itu seakan menghubungkan sesuatu yang telah lama ia kubur dalam - dalam di pikirannya .
" Ka-ka-kamu ... A-a-ari-ri-ni ?! "
Sarah tersenyum kecut ketika temannya menyebutkan nama yang sudah tak asing lagi baginya . Sementara itu , Fitri terperanjat mengetahui bahwa Arini sedang berbicara , walaupun di hadapannya sendiri adalah Sarah . Arwah Arini yang menuntut balas dendam atas kematiannya dengan memakai tubuh Sarah . Memikirkan hal ini , membuat irama nafasnya berhembus tak karuan dan ia merasa aliran darahnya tersendat - sendat .
" a..a..ak..aku bi..bisa je..jelaskan ini ... " Fitri menarik nafas dalam - dalam , mencoba menenangkan dirinya di situasi yang hendak mengancam jiwanya .
" Sudah terlambat bodoh ! Kini tibalah waktumu menyusul mereka semua ! " Sarah memperlihat pisau yang berlumuran darah kering itu . Pisau itu sudah siap jika harus mencabut satu nyawa seorang manusia lagi .