" Terimakasih kawan . Ya mungkin hanya kesabaranlah yang kita butuhkan saat ini . "
" Tapi kau tahu ? Polisi sudah mengantongi ciri - ciri pembunuh tersebut . " potong Sasya .
" Ciri - ciri ? " Sarah bertanya balik pada Sasya .
" Ada saksi mata yang melihat seseorang memakai jaket hitam dan terlihat dari kejauhan dia memakai penutup wajah , sedang keluar dari taman itu . " jelas Sasya .
Sarah terkesiap dengan perkataan Sasya . Jantungnya berdegup cepat dan nafasnya memburu , ia mengalihkan pandangannya ke arah lain .
" Sarah kamu baik - baik saja ? Kelihatannya kamu tiba - tiba panik ? "
" Oh , ha . Aku baru ingat kalau hari ini aku masuk sama Pak Januar . Kamu tahu kan pak Januar gak bisa nengok muridnya telat . Sampai jumpa nantinya . " Sarah beranjak dari tempat Sasya sambil melambaikan tangan padanya .
Sementara itu , Sasya terlihat keheranan melihat perubahan tingkah laku temannya itu . Ia tak mau ambil pusing dengan hal itu , kemudian juga beranjak dari sana .
Di tempat Sarah , ia terlihat melangkah kakinya lebih cepat . Mungkin alasan yang diutarakannya tadi hanya bermaksud untuk mengusir temannya secara halus . Masih terngiang di pikirannya , kata - kata Sasya barusan . ' Jaket hitam ' dan ' penutup wajah ' , menggema , memenuhi ruang - ruang kosong di sela - sela otaknya . Â Sarah yang masih fokus dengan langkahnya , melihat wanita memakai jaket hitam melewatinya , berlawanan arah . Ia hanya meninggalkan seulas senyum tipis yang perlahan pudar di bibirnya . Dia menghilang bersamaan dengan sebuah gumaman , lenyap oleh desiran angin .
" Bunuh dia ... "
Sarah bergeming . Kata - kata itu seakan merasuki dirinya , menguasai pikirannya untuk sesaat , sebelum ia melanjutkan perjalanannya .