Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bisikan Kematian

16 Januari 2015   20:39 Diperbarui: 22 Juli 2016   15:05 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terang berganti gelap . Sasya baru saja melayat ke rumah temannya , Sari . Sebenarnya , ia ingin mengajak Sarah , tapi ia tak bisa karena ia harus pergi kerja kelompok , dan mungkin baru bisa pulang malam . Ia agak menyesal pulang malam - malam begini . Kalau bukan menerima ajakan pacarnya , Gionando , untuk jalan - jalan , ia tak pulang larut begini . Jalanan begitu sepi . Desauan angin berhembus , menyentuh bulu romanya . Sasya mengumpat pacarnya yang tidak mau mengantarkannya sampai ke rumahnya , pacarnya berdalih bahwa ia sedang buru - buru .

Di balik rerimbunan pohon , siluet hitam sedang menguntitnya dari belakang . Sebuah pisau tajam masih ia genggam di belakang tangannya . Ia berjalan pelan , mengikuti langkah kaki di depannya . Sasya merasakan ada seseorang yang mengikutinya , mencoba menoleh . Ia tak melihat apapun . Hanya bayangan dirinya yang selalu mengikuti dari belakang . Sasya menggidikkan bahunya sejenak , lalu berjalan lagi . Siluet hitam itu ternyata sudah berada dekat di belakangnya . Ia hanya menunggu timing yang tepat untuk menerjang incarannya itu .

Sasya merasakan seseorang sudah benar - benar di belakangnya . Namun , ia tak berani memastikannya . Dikumpulkan keberaniannya sedikit demi sedikit untuk melirik sekali lagi apa yang berada di belakangnya .

" Ayo ikuti aku ... "

Sebilah pisau melingkari leher jenjang gadis itu . Ia tak berkutik sama sekali . Dirinya terkunci dalam situasi yang mematikan seluruh pergerakannya . Ia hanya bisa menuruti perkataannya itu tanpa melakukan perlawanan yang berarti .

"AKKH ! "

Lolongan panjang memilukan itu seakan raib ditelan kesunyian malam di bawah pancaran sinar bulan .

Keesokan harinya , polisi melakukan identifikasi atas temuan mayat perempuan yang tergeletak di bawah pohon mahoni . Mereka menemukan identitas mayat perempuan itu , atas nama Sasya Indriani . Mayat perempuan berumur 20 tahun itu ditemukan telah tewas dengan luka tusuk di bagian perut dan dadanya . Genangan darah segar tampak membasahi tubuh langsingnya . Tim forensik sudah menyiapkan kantong jenazah untuk menggiring mayat itu ke rumah sakit guna pemeriksaan lebih lanjut .

Warga sekitar masih ramai melihat pihak kepolisian yang masih memeriksa tempat kejadian perkara . Mereka tak menyadari bahwa ada seseorang yang mengintai pusat keramaian itu .

" Kenapa ?! Kenapa dengan aku ??! " Dirinya berbalik sejenak . Tak henti - hentinya memandang nanar kedua tangannya yang gemetaran itu . Pergolakan hebat tengah mengguncang batinnya . Hati dan pikirannya saling berkecamuk . Kepalanya panas dan ia menjambak kecil rambutnya sendiri . Ia berpaling meninggalkan tempat itu dengan hati dipenuhi kekalutan . Ia tak mengerti . Dirinya terombang - ambing oleh ombak kebingungan dan keabsurdan menghempaskannya ke dalam  lubang kebimbangan .

Seorang wanita misterius melintas berlawanan ke arahnya . Sarah terpana . Sekarang ia bisa sedikit melihat sosok wanita tersebut . Kerlingan mata sekejap memandang dirinya membuat aliran darahnya membeku beberapa detik hingga ia bisa bergerak kembali setelah ia semakin menjauh darinya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun