" Jangan ... "
Fitri hanya mendelik saat ia menyadari pisau itu sudah bersarang di perutnya . Dari mulutnya , sudah mengalir darah segar yang kini memenuhi bibirnya . Belum puas rasanya , Sarah mencabut pisaunya dan menusuk ke bagian dadanya , berkali - kali , hingga ia kehabisan darah .
Tubuh lemas bersimbah darah itu sudah tergeletak di atas tanah . Tawa kemenangan menggema dari mulut sang gadis , ia puas melihat korbannya tak berdaya lagi di hadapannya . Kesenangannya ini terganggu ketika seseorang datang menondongkan pistolnya ke kepalanya .
" Angkat tanganmu ! "
Sarah refleks mengangkat tangannya , mendengar perintah yang diucapkan dari belakang . Ia melirik perlahan kebelakang dan ternyata ...
" Fandy ! "
" Arini , hentikan semua ini . Kamu sudah membunuh semua teman - temanmu dengan memakai raga Sarah dan sekarang kumohon keluarlah dari raga Sarah . " tutur Fandy .
" Tidak Fandy . Aku tidak ingin keluar dari tubuh ini . Jika kau ingin membunuhku , maka bunuhlah aku bersama dengan gadis ini . "
" Sadarilah Arini , kau sudah salah langkah . Kembalilah ke alammu . "
" Tidak Fandy . Aku tidak mau ! Aku terlanjur mencintaimu dan dengan memakai tubuh inilah akau bisa menemuimu , Fand . Apakah kau tidak mencintaiku lagi ? " Tatapannya yang garang kini berubah lembut sayu , kasih sayang terpancar dari bola matanya yang jernih .
" Aku memang mencintaimu , Arini . Tapi lihatlah . Kita sudah berbeda dunia . Takkan mungkin kita bisa bersatu . " Fandy berbicara pelan - pelan , membujuk agar ia mau menghentikan niatnya tersebut .