" Kau sudah berubah , Fandy .. " Sarah memalingkan kepalanya sambil menunduk rendah .
" Maafkan aku , Arini ... " ujar Fandy .
" kalau begitu ... MATILAH KAU ! " Sekejap saja , Sarah mendongakkan kepalanya , ia langsung mengangakat pisaunya tinggi bersiap untuk menikamnya .
Secepat kilat , Fandy memegangi tangan kiri - kanannya dengan kedua tangannya . Tenaga Sarah cukup kuat , mungkin seimbang dengan dirinya . Hampir - hampir , mata pisau yang dingin itu menyentuh kulitnya , tapi Fandy berhasil mendesaknya , hingga itu terjengkang ke tanah .
Tak butuh waktu lama , Sarah bangkit berdiri , ia sudah siap menyerang Fandy lagi . Pisau yang berada di tangannya digenggamnya erat - erat agar tak lepas dari genggamannya . Sarah menyongsong Fandy yang sedang memegang sesuatu di dalam kantong celana panjangnya .
Dorr !
Sebutir timah panas menembus dada Sarah . Ia membelalakan matanya , tangannya memegengi dadanya yang mulai mengalir darah segar di sana .
" Aku terpaksa melakukannya , Sarah , maafkan aku ... selamat tinggal . " Fandy memasukkan kembali pistolnya ke dalam saku celanannya , seraya berlalu meninggalkan Sarah yang sudah ambruk di atas tanah .
Fandy melirik ke kanan - kirinya , manatahu ada orang selain dia yang melihat kejadian ini - sepi , hanya dia seorang saja yang berada di taman itu .
Sarah sudah terkapar lemah , tak melihat seseorang pun di sana . Fandy sudah pergi . Pandangannya mulai terlihat buram . Hanya samar - samar sekelebat bayangan hitam sedang  berdiri di hadapannya .
" Kau akan menjadi temanku di neraka nanti , Sarah . " pungkas sosok itu sembari menghilang dari pandangannya . Kini semuanya betul - betul gelap , ia tak merasakan jiwanya berada di raganya lagi .