" A-a-ku ... "
Plaakk
Tamparan keras itu mengenai pipi Tomino yang putih . Kini , bekas tangan ayahnya tercetak jelas di sana .
" Kelihatannya kamu harus diberi pelajaran ! Ayo ikuti ayah ! " Sazaki menarik lengan Tomino kasar dan membawanya ke kamar mandi .
Di sana , Sazaki berulang kali mengguyur Tomino dengan air bak mandi . Bukan hanya seragamnya saja yang basah , seluruh tubuhnya basah tak terkecuali dengan rok yang ia kenakan . Air itu mengalir deras membasahi tubuhnya seiring air mata menetes dari matanya .
Sazaki dan Iyume pergi meninggalkan Tomino yang sudah mengigil . Tomino berusaha bangkit berdiri dengan menahan dingin yang menggetarkan tulangnya . Ia menggapai handuk yang menggantung dan mengelap tubuhnya yang basah . Tomino melangkah dengan kaki gemetar menuju kamarnya .
Ia menekan gagang pintu itu dan masuk . Tomino mengganti pakaiannya yang basah dan menyeka tubuhnya yang masih basah dengan handuk yang ia bawa . Tapi masih saja air mata menetes membasahi pipinya . Ia berpikir sampai kapan orang tua dan saudaranya menyiksa dirinya , sampai kapan penderitaannya akan berakhir ? Apakah itu akan berakhir ketika ia sudah tidak berada di dunia ini ? . Pertanyaan itu terus saja menggerayangi dirinya . Membuatnya linglung dan galau memikirkannya . Usai ia mengganti bajunya , Tomino berjalan agak terhuyung ke sudut kamarnya . Kemudian , ia mulai berjongkok dan melipat tangan melingkari kakinya . Ia membenamkan wajahnya dalam tangisan . Ia menangis terisak sambil mengutuki dirinya yang selalu disiksa lahir batin oleh keluarganya sendiri .
Sementara Tomino masih menikmati kesedihannya , sayup suara lembut terdengar memanggil namanya .
" Tomino ... Tominoo"
" Siapa kau ? " sahutnya .
" Aku akan melepaskan penderitaan yang kau alami selama ini , Tomino . Sekarang lihatlah apa yang berada di bawahmu ... " jawab suara misterius itu .