Sesudah Tomino keluar dari kamar Kimonoto , adiknya membanting pintu keras serta ia menguncinya dari dalam . Mungkin ia tak mau seorang pun mengganggu ia bermaingametak terkecuali Tomino . Ia hanya memandangnya sebentar dan beralih menuju meja makan .
Di meja makan , ia hanya menemukan dua sendok nasi dalam bakul dan sepotong daging ikan tuna yang dipanggang setengah matang . Tak mungkin ini cukup untuk memenuhi rasa lapar dan capek sehabis mengerjakan tugas , tapi ia terpaksa untuk menikmatinya . Ini masih lebih baik .Pernah sekali , ia tak mendapatkan jatah makan malam , ia harus menahan lapar yang begitu menyiksa di perutnya dengan banyak minum air putih , hal seperti itu pernah terjadi padanya .
Segelas air putih telah dihabiskannya dalam satu teguk dan beranjak meninggalkan meja makan . Ia mengamati ayah & ibunya yang sedang menonton TV dan kakaknya yang mengutak - atik Handphone kesayangannya . Mereka sama sekali tak memperdulikan kehadiran Tomino di sana .
Tomino melangkah menuju ke kamarnya yang paling ujung daripada kamar ayah ibu dan kedua saudaranya . Ia mendorong pintunya berderit karena ujungnya bergesekkan dengan lantai kamarnya , lalu menutupnya kembali . Suasana kamar yang begitu kusam dan muram , tak membuat dirinya cepat - cepat menuju tempat tidur melainkan ia beralih pada cermin di lemarinya .
Tomino menatap bayangan yang terpantul di cermin .Raut wajah murung dan tidak bersemangat itu yang tergambar jelas di cermin itu . Kelopak matanya berkerut menyiratkan penderitaan yang ia tanggung selama ini sudah cukup berat . Cuma mata kirinya mengalami kebutaan total akibat katarak . Ini sudah dialami sejak dia berumur 3 tahun . Mulanya hanya selaput putih tipis menutupi kornea matanya , akan tetapi itu terus melebar sampai menutpi penglihatannya . Mungkin kecacatan inilah yang menjadi sumber kebencian mendalam ayah , ibu serta kedua saudara laki - laki , padanya . Tak pernah sekalipun keluarganya memperlakukan ia penuh kasih & keramahan , selalu saja tatapan kesal & sinis yang ia dapatkan setiap kali mereka memperlakukan dirinya .
Bosan becermin , Tomino langsung membanting badannya pelan ke tempat tidur . Lagi , ia mengamati sekeliling kamarnya . Cat dinding yang mulai pudar & mengelupas , agak lembab , membuat kamar ini tak pantas disebut sebagai kamar tidur . Orang - orang akan lebih cocok menganggapnya sebagai gudang bahkan bisa saja gudang lebih bagus daripada kamar tidurnya .
Makanan yang ia makan tak cukup untuk menahan rasa lapar yang melanda perutnya , akhirnya Tomino memutuskan untuk tidur dalam keadaan perut keroncongan . Meskipun ia belum mengantuk , ia memaksakan matanya untuk terlelap dan berhasil . Perlahan , otaknya sudah mengirimkan sinyal pada tubuhnya untuk istirahat . Pelan - pelan , tubuhnya mulai rileks , matanya mulai mengendur .
Dalam tidurnya , Tomino terlihat lebih ceria bermain bersama dengan saudaranya . Mereka terlihat lebih akrab dengan Tomino . Ketiganya sedang asyik bermain kejar - kejaran . Kimanoto berlari kencang mengejar keduanya kakaknya , Haruko dan Tomino . Mereka berdua berusaha menghindari tangkapan sang adik dan bergerak selincah mungkin agar mereka tak tertangkap oleh sang adik . Dari tempat mereka bermain , Sazaki dan Iyume , orang tua mereka sedang mengamati keceriaan anak - anak mereka sambil duduk berdua , menikmati teh manis hangat yang mereka pegang . Mereka tersenyum lembut , melihat tingkah laku mereka yang begitu polos , mirip seperti anak - anak yang berumur 3 tahun .
Tapi semua tak berlangsung lama , seperti langit cerah yang tertutup awan hitam . Perangai kedua saudaranya yang tadi baik sekarang menjadi terlihat kejam dan bengis . Tak ada lagi permainan& keceriaan . Kedua saudaranya kini malah memaki dan menghina dirinya . Bahkan mereka tak sungkan untuk memukul dan menendang badan Tomino . Tomino hanya bisa memekik kesakitan menerima setiap pukulan dan tendangan yang menerpanya . Selang waktu berjalan , Tomino melihat ayah - ibu nya datang menghampirinya , bukan untuk melerai, tapi malah menambah penderitaannya .
Ibunya menjambak rambut Tomino dan ditariknya ke atas . Tomino meringis menerima rasa nyeri dan pedih di ujung rambutnya . Tak sadar , Tomino menitikkan air mata , ia tak sanggup lagi menahannya . Melihat Tomino menangis , Iyume melepaskan tangannya dari rambut Tomino . Tomino hanya mengelus - elus lembut kulit kepalanya yang sakit sambil menangis tersedu - sedu , melihat rambutnya banyak yang luruh .
Sazaki mencampakkan tubuh Tomino dengan kasar sambil mencerca anaknya .