Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tomino

3 Februari 2015   00:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sesudah Tomino keluar dari kamar Kimonoto , adiknya membanting pintu keras serta ia menguncinya dari dalam . Mungkin ia tak mau seorang pun mengganggu ia bermaingametak terkecuali Tomino . Ia hanya memandangnya sebentar dan beralih menuju meja makan .

Di meja makan , ia hanya menemukan dua sendok nasi dalam bakul dan sepotong daging ikan tuna yang dipanggang setengah matang . Tak mungkin ini cukup untuk memenuhi rasa lapar dan capek sehabis mengerjakan tugas , tapi ia terpaksa untuk menikmatinya . Ini masih lebih baik .Pernah sekali , ia tak mendapatkan jatah makan malam , ia harus menahan lapar yang begitu menyiksa di perutnya dengan banyak minum air putih , hal seperti itu pernah terjadi padanya .

Segelas air putih telah dihabiskannya dalam satu teguk dan beranjak meninggalkan meja makan . Ia mengamati ayah & ibunya yang sedang menonton TV dan kakaknya yang mengutak - atik Handphone kesayangannya . Mereka sama sekali tak memperdulikan kehadiran Tomino di sana .

Tomino melangkah menuju ke kamarnya yang paling ujung daripada kamar ayah ibu dan kedua saudaranya . Ia mendorong pintunya berderit karena ujungnya bergesekkan dengan lantai kamarnya , lalu menutupnya kembali . Suasana kamar yang begitu kusam dan muram , tak membuat dirinya cepat - cepat menuju tempat tidur melainkan ia beralih pada cermin di lemarinya .

Tomino menatap bayangan yang terpantul di cermin .Raut wajah murung dan tidak bersemangat itu yang tergambar jelas di cermin itu . Kelopak matanya berkerut menyiratkan penderitaan yang ia tanggung selama ini sudah cukup berat . Cuma mata kirinya mengalami kebutaan total akibat katarak . Ini sudah dialami sejak dia berumur 3 tahun . Mulanya hanya selaput putih tipis menutupi kornea matanya , akan tetapi itu terus melebar sampai menutpi penglihatannya . Mungkin kecacatan inilah yang menjadi sumber kebencian mendalam ayah , ibu serta kedua saudara laki - laki , padanya . Tak pernah sekalipun keluarganya memperlakukan ia penuh kasih & keramahan  , selalu saja tatapan kesal & sinis yang ia dapatkan setiap kali mereka memperlakukan dirinya .

Bosan becermin , Tomino langsung membanting badannya pelan ke tempat tidur . Lagi , ia mengamati sekeliling kamarnya . Cat dinding yang mulai pudar & mengelupas , agak lembab , membuat kamar ini tak pantas disebut sebagai kamar tidur . Orang - orang akan lebih cocok menganggapnya sebagai gudang bahkan bisa saja gudang lebih bagus daripada kamar tidurnya .

Makanan yang ia makan tak cukup untuk menahan rasa lapar yang melanda perutnya , akhirnya Tomino memutuskan untuk tidur dalam keadaan perut keroncongan . Meskipun ia belum mengantuk , ia memaksakan matanya untuk terlelap dan berhasil . Perlahan , otaknya sudah mengirimkan sinyal pada tubuhnya untuk istirahat . Pelan - pelan , tubuhnya mulai rileks , matanya mulai mengendur .

Dalam tidurnya , Tomino terlihat lebih ceria bermain bersama dengan saudaranya . Mereka terlihat lebih akrab dengan Tomino . Ketiganya sedang asyik bermain kejar - kejaran . Kimanoto berlari kencang mengejar keduanya kakaknya , Haruko dan Tomino . Mereka berdua berusaha menghindari tangkapan sang adik dan bergerak selincah mungkin agar mereka tak tertangkap oleh sang adik . Dari tempat mereka bermain , Sazaki dan Iyume , orang tua mereka sedang mengamati keceriaan anak - anak mereka sambil duduk berdua , menikmati teh manis hangat yang mereka pegang . Mereka tersenyum lembut , melihat tingkah laku mereka yang begitu polos , mirip seperti anak - anak yang berumur 3 tahun .

Tapi semua tak berlangsung lama , seperti langit cerah yang tertutup awan hitam . Perangai kedua saudaranya yang tadi baik sekarang menjadi terlihat kejam dan bengis . Tak ada lagi permainan& keceriaan . Kedua saudaranya kini malah memaki dan menghina dirinya . Bahkan mereka tak sungkan untuk memukul dan menendang badan Tomino . Tomino hanya bisa memekik kesakitan menerima setiap pukulan dan tendangan yang menerpanya . Selang waktu berjalan , Tomino melihat ayah - ibu nya datang menghampirinya , bukan untuk melerai, tapi malah menambah penderitaannya .

Ibunya menjambak rambut Tomino dan ditariknya ke atas . Tomino meringis menerima rasa nyeri dan pedih di ujung rambutnya . Tak sadar , Tomino menitikkan air mata , ia tak sanggup lagi menahannya . Melihat Tomino menangis , Iyume melepaskan tangannya dari rambut Tomino . Tomino hanya mengelus - elus lembut kulit kepalanya yang sakit sambil menangis tersedu - sedu , melihat rambutnya banyak yang luruh .

Sazaki mencampakkan tubuh Tomino dengan kasar sambil mencerca anaknya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun