Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Girl Last Night

13 Februari 2015   01:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rio sudah menduga kalau itu yang akan diucapkannya . Namun , ada hal yang beda saat ia mengucapkan kata itu . Rona - rona penyesalan teramat dalam tergambar jelas di wajahnya . Tatap mata sayu Nadia membuat hati Rio yang tadinya kesal , sekarang meluluh . Ia tidak tega kalau harus mengungkit - ungkit kejadian tadi siang , itu hanya bisa disimpannya dalam hati .

" Aku sudah memaafkanmu , Nadia . Jauh sebelum kau mengucapkan kata maaf itu . " Rio memandang wajah Nadia berkaca - kaca .

Kata - kata itu lepas begitu saja dari bibirnya itu . Ia sudah tak sanggup menyimpan rasa benci di hatinya , tak sepercik pun . Ia berharap Nadia tak menyimpan rasa benci itu di hatinya . Ia tak tak ingin hubungan yang sudah mereka jalin hampir tiga tahun itu kandas di tengah jalan , Rio berkeinginan hubungannya ini langgeng sampai di ranjang pelaminan .

" Rio , apakah kau akan tetap bersamaku ? " tanya Nadia wajahnya setengah menunduk .

Rio menegakkan kembali wajah Nadia yang tertunduk . Matanya menatap lekat - lekat ke dalam bola mata kekasihnya itu . Getaran - getaran cinta merasuk dalam diri Rio , membuat jantungnya berdegup kencang , darahnya mengalir deras , menghanyutkan mereka dalam gelora asmara yang begitu hangat . Rio mengangkat dan menggenggam erat tangan Nadia .

" Aku takkan meninggalkanmu . Kamu selamanya di hatiku . " Rio semakin mengeratkan genggamannya , seakan - akan itu adalah saat terakhir ia menggenggam tangan kekasihnya itu .

Nadia refleks memeluk tubuh Rio . Tangisan Nadia memecah kesunyian taman sejenak . Jangkrik yang sedari tadi bernyanyi , ikut hening mendengar isak tangis yang mengalun dari mulut gadis itu . Rio coba merangkulnya perlahan - lahan , merasakan hangat tubuh Nadia menyatu dengan tubuhnya . Kini Rio sudah merangkulnya , keduanya larut dalam syahdunya cinta  . Malam ini , dunia serasa milik mereka berdua , tak ada seorang pun bisa mengganggu .

" Rio bisa kau menungguku untuk sesaat ? " tanya Nadia yang sudah melonggarkan pelukannya .

" Ya tentu . " jawab Rio singkat .

Nadia beralih dari hadapannya menuju tempat yang gelap agak jauh dari bangku taman . Rio tidak terlalu detil menanya , ia tahu mungkin Nadia ingin menelepon orang tuanya sekedar memberi tahu di mana ia berada karena ia tidak sempat berpamitan dengan orang tuanya . Rio hanya menunggunya saja sampai ia selesai bertelepon .

Malam ini akan menjadi malam yang sangat indah baginya dan menjadi malam yang terakhir untuknya bisa bersama Nadia . Entah kenapa , ia bisa berpikiran seperti itu , ia juga tak mengerti . Wajah Nadia yang pucat dan noda darah yang telah mengering itu mengundang sejuta pertanyaan mengambang di pikirannya . Rio menepis , ia tak ingin berpikiran buruk lagi tentang Nadia .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun