" Bang , bang , ada apa ini ?! Nadia mana ?! "
Berbagai pertanyaan dicecarkan Rio untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sana . Dugaan - dugaan negatif tentang Nadia mulai muncul di benaknya . Namun , Rio mencoba menenangkan pikirannya sebelum mendapatkan jawaban yang tepat dari seorang laki - laki yang ditanyainya .
" Kamu benar - benar tak tahu apa yang terjadi ?... " ujarnya lepas dengan nada merendah .
" Apa yang sebenarnya terjadi ?! Di mana Nadia ?! "
Kini Rio tak bisa mengendalikan emosinya , ia habis kesabaran menunggu jawaban dari laki - laki itu .
" Nadia sudah meninggal . "
Jantung Rio mencelos . Perutnya bergejolak hebat , mendengar apa yang barusan dikatakan lelaki itu .
" Tidak mungkin ! kau bercanda kan ?! Kalau kau bercanda , tolong , ini sungguh - sungguh tidak lucu tahu ! " Urat matanya memerah , Rio tak sanggup lagi membendung air matanya .
Lelaki itu hanya menatap kasihan padanya . Wajahnya menekuk lemah , air mukanya muram , hanya bisa menggeleng pelan .
" Aku tahu kau akan sulit menerimanya bahkan aku sebagai saudaranya sendiri . Kemarin sore , Nadia bersama dengan laki - laki yang memboncengnya mengalami tabrakan dengan truk diesel . Nadia tak sanggup lagi bertahan , menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 10 . 15 malam , sementara laki - laki tersebut masih kritis di rumah sakit . "
Tanpa sadar , lelaki yang mengaku sebagai saudara Nadia , matanya berkaca - kaca meneteskan air mata , mengutarakan berita kematian adiknya sendiri . Rio yang masih dibalut shock dan tak percaya itu , wajahnya menegang , bibir kelu gemetar , meradang mendengar kabar dukacita tentang kematian Nadia .