Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Girl Last Night

13 Februari 2015   01:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Bang , bang ,  ada apa ini ?! Nadia mana ?! "

Berbagai pertanyaan dicecarkan Rio untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sana . Dugaan - dugaan negatif tentang Nadia mulai muncul di benaknya . Namun , Rio mencoba menenangkan pikirannya sebelum mendapatkan jawaban yang tepat dari seorang laki - laki yang ditanyainya .

" Kamu benar - benar tak tahu apa yang terjadi ?... " ujarnya lepas dengan nada merendah .

" Apa yang sebenarnya terjadi ?! Di mana Nadia ?! "

Kini Rio tak bisa mengendalikan emosinya , ia habis kesabaran menunggu jawaban dari laki - laki itu .

" Nadia sudah meninggal . "

Jantung Rio mencelos . Perutnya bergejolak hebat , mendengar apa yang barusan  dikatakan lelaki itu .

" Tidak mungkin ! kau bercanda kan ?! Kalau kau bercanda , tolong ,  ini sungguh - sungguh tidak lucu tahu ! "  Urat matanya memerah , Rio tak sanggup lagi membendung air matanya .

Lelaki itu hanya menatap kasihan padanya . Wajahnya menekuk lemah , air mukanya muram , hanya bisa menggeleng pelan .

" Aku tahu kau akan sulit menerimanya bahkan aku sebagai saudaranya sendiri . Kemarin sore ,  Nadia bersama dengan laki - laki yang memboncengnya mengalami tabrakan dengan truk diesel . Nadia tak sanggup lagi bertahan , menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 10 . 15 malam , sementara  laki - laki tersebut masih kritis di rumah sakit . "

Tanpa sadar , lelaki yang mengaku sebagai saudara Nadia , matanya berkaca - kaca meneteskan air mata , mengutarakan berita kematian adiknya sendiri . Rio yang masih dibalut shock dan tak percaya itu , wajahnya menegang , bibir kelu gemetar , meradang mendengar kabar dukacita tentang kematian Nadia .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun