" Rio jangan antar aku di depan rumahnya , ya ? " ucap Nadia lirih .
" Lho memangnya kenapa ?! " kata Rio sambil membuka kaca helmnya .
" Aku takut kamu dimarahi orang tuaku . " jawab Nadia pelan .
Rio melirik jam tangannya , jam 10 . 15 malam . Ia tak menyangka waktu akan berjalan secepat ini ketika ia menghabiskan waktunya bersama Nadia . Langsung saja Rio menambah kecepatan sepeda motornya agar Nadia bisa pulang ke rumahnya lebih cepat .
" Di sini aja , Rio . "
Rio mengerem sepeda motornya pelan . Ia tidak mengerti mengapa Nadia memilih turun di sini . Rimbunan pepohonan akasia yang tumbuh di pinggir jalan membuat bulu kuduk Rio meremang . Pepohonan itu seakan memiliki ribuan mata , melihat apa yang ada di sekelilingnya termasuk kedatangan mereka di sana .
Nadia turun dari jok belakang dan berpamitan pada Rio .
" Selamat malam Rio . Sampai jumpa besok . " Nadia mengulas senyum datar sambil berpaling dari hadapan Rio .
Rio memutar sepeda motornya , langsung menancap gas meninggalkan Nadia . Karena penasaran , Rio mencoba menoleh ke belakang , apakah Nadia berada di sana atau tidak . Ternyata , ia sudah menghilang . Cepat sekali ia pergi , padahal jarak dari jalan itu ke rumahnya sekitar 300 meter lagi , secepat itukah ia berjalan ?! . Entahlah . Yang pasti , malam ini banyak sekali keanehan yang terjadi pada dirinya .
Ayam jago sudah berkokok , sudah pagi rupanya . Rio sudah tampak rapi dengan rambut cepak yang disisir rapi ke atas , ia sudah siap menuju rumah Nadia . Jam 9 pagi , untung saja hari ini jadwal kuliah kosong , ia punya banyak waktu untuk mengajak Nadia jalan - jalan . Rio memasukkan gear sepeda motornya dan menjauh dari rumahnya .
Tibalah ia di sana . Tapi ia keheranan , melihat bendera merah di tancapkan di atas gedebok pisang dan kerumunan oarang berpakaian hitam berlalu lalang masuk ke dalam rumah Nadia . Rio masih tak mengerti apa yang terjadi di sana , mencoba mencari tahu dengan bertanya pada salah satu keramaian orang di sana .