" Ada apa ini ? " gumamnya lemah .
Ambulan , entah mengapa ambulan itu sangat melekat di pikirannya . Ambulan itu seperti membawa suatu pertanda . Bukan pertanda biasa bisa saja malapetaka . Jantungnya berdegup kencang , ketika ambulan itu hendak melintas di hadapannya .
" Apa yang dibawa ambulan ini sehingga aku jadi degdegan begini ? " rasa penasaran itu terus memuncak tapi hatinya yang masih dipenuhi rasa kesal , menahannya untuk tidak mengikuti ambulan itu lebih jauh dan memilih pulang ke rumah .
Pikirannya semakin kacau memikirkan Nadia yang tak jelas keadaannya . Rio memutuskan untuk keluar rumah untuk mencari angin malam guna menenangkan diri dan meninggalkan Handphonenya di kamar .
Ia menggiring sepeda motornya keluar dan dan men-stater nya . Sebenarnya , ia ingin sekali berpamitan dengan ibunya akan tetapi rasa bersalah masih hinggap di hatinya , sehingga ia memilih untuk memacu sepeda motornya meninggalkan rumah .
Pendaran sinar bulan menaungi kegelapan malam . Jangkrik bernyanyi merdu diiringi lolongan anjing malam menambah suasana jalan semakin mencekam . Padahal masih jam 8 malam , rasanya seperti sudah jam 12 malam . Ini yang tergambar dalam benak Rio melihat kondisi jalan Daan Mogot yang cukup ramai dilalui kendaraan pada siang hari sekarang lengang , tak satupun deru mesin terdengar .
Lima tanjakan yang dibuat berjarak 7 meter per tanjakan , membuat Rio harus menurunkan kecepatan sepeda motornya . Bukan tanpa alasan tanjakan itu dibuat . Tanjakan itu dibuat karena jalan Daan Mogot rawan kecelakaan . Dibalik ramainya jalan itu , ternyata menyimpan sisi kelam di dalamnya .
" Siapa yang berdiri di sana ? " Rio membatin .
Rio memicingkan matanya melihat bayangan seseorang tersorot lampu jalan . Seperti bayangan seorang wanita yang berdiri menunggu seseorang . Rio mencoba mendekat ke sana .
" Nadia ?! Apa yang kamu lakukan di sini ?! " tanya Rio tersentak sambil mematikan sepeda motornya .
" Menunggu kamu . " jawab Nadia .