" Sendirian ?! "
Nadia hanya berdeham menjawab pertanyaan Rio .
" Ada sesuatu yang ingin kubicarakan sama kamu . " tutur Nadia dengan mimik serius terpahat di wajahnya .
Rio kembali menghidupkan sepeda motornya dan mempersilahkan Nadia naik ke jok belakang sepeda motornya . Ia tahu ke mana tempat yang cocok untuk berbincang dalam situasi seperti ini - Taman Bunga .
Rio memacu sepeda motornya menuju Taman Bunga . Ada keganjilan ketika ia memandang wajah Nadia . Roman pucat dingin menghiasi paras ayu nya . Meskipun ia menyunggingkan senyum , tapi senyuman itu lebih menyerupai seringai kecil yang dipaksakan , agak menyeramkan .
Rio menoleh ke belakang sambil sekilas memandang wajah kekasihnya . Sama seperti yang dilihatnya tadi , melihat noda darah kering yang menempel di pelipisnya , Rio memberikan sapu tangan miliknya pada Nadia untuk dibersihkannya  . Rio langsung memalingkan matanya ke depan , dan kembali fokus pada sepeda motornya .
Akhirnya , tibalah mereka di Taman Bunga . hanya memakan waktu 10 menit dari jalan Daan Mogot . Rio memarkirkan sepeda motornya di samping bangku taman yang tergeletak di sana . Nadia sudah turun dari jok sepeda motornya dan melangkah menuju bangku taman . Rio langsung mengambil tempat di sebelah Nadia usai ia mengantongi kuncinya .
Hanya mereka berdua di sana , ditemani lampu taman yang bersinar lemah di samping mereka . Keduanya saling bertatap mata seolah ingin mengutarakan isi hati mereka . Nadia coba membuka pembicaraan .
" Rio maafin aku ya ?.. " ucap Nadia lembut .
" Maafin ? Maaf untuk apa ? " Rio bertanya balik pada Nadia . Rio sebenarnya tahu apa yang dimaksud oleh Nadia , tapi ia memilih untuk berpura - pura tidak tahu .
" Perbuatanku tadi siang . "