Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Jubah

6 Maret 2015   01:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Tidak ada , pak . Tidak ada sesuatu yang mencurigakan di sana . Tapi ketika saya membuka pintu , saya melihat sekelebat bayangan hitam melintas di hadapan saya . Di situ saya hanya melihat mayat seorang perempuan berjubah berlumuran darah , pak . " tandas Ana .

" Sekelebat bayangan ? Jubah ? Apa anda yakin dengan apa yang anda lihat ? "

" Ya pak . Saya yakin sekali dengan apa yang saya lihat dan saya berani bersumpah kalau .. "

" Sudah cukup keterangannya . Saya akan melakukan investigasi lebih lanjut berdasarkan keterangan yang Anda utarakan . Sekali lagi , terimakasih atas kerjasama Anda , saya pamit undur  " Iptu Jonathan menyimpan catatannya di saku dan menyalami Ana dan guru - guru sembari keluar dari sana .

" Lapor pak ! Tidak ada tanda - tanda mencurigakan di sekitar kamar mandi . Tidak dijumpai kerusakan di bagian pintu maupun asbes ! Tapi kami menemukan sebuah jubah merah di tubuh korban pak . " ujar sang Bripda pada pimpinannya .

" Jubah ?! " Iptu Jonathan membatin . Ternyata apa yang dikatakan oleh saksi Ana itu benar adanya .

" Kalau begitu bawa barang bukti ke kantor . Untuk sementara , penyelidikan kita hentikan dulu .  " ucap sang Iptu , ia memberikan instruksi pada bawahannya .

" Siap pak ! "

Sang bawahan pergi ketika sudah menerima perintah dari pimpinannya . Iptu Jonathan juga kebingungan mencari titik terang dari kasus ini . Rasanya tidak masuk akal jika mengait - kaitkan kasus ini dengan ulah makhluk tak kasat mata dan jika itu terbukti benar , dari mana ia mempidanakan makhluk halus yang hanya bisa dilihat oleh orang berkemampuan spesial ? . Apakah hukum akan berlaku pada makhluk tak kasat mata s'perti kuntilanak , pocong , tuyul dan sebangsanya ?

Jika melihat mimik wajah serius Ana , ia tak menaruh curiga padanya . Keterangan yang diutarakannya tidak berbelit - belit dan mengalir apa adanya . Baru kali ini dia menangani kasus yang cukup rumit . Tapi , ia sudah menyuruh pihak ke sekolah agar toilet perempuan tidak digunakan sementara dan mengawasi gerak - gerik siswa - siswa , para guru maupun petugas sekolah yang cukup mencurigakan , karena kepolisian tidak menutup kemungkinan pelakunya masih berada di lingkungan sekolah .

" Gue gak nyangka kalau si Indri bakalan tewas mengenaskan kayak gitu . " tukas Nina .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun