Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Jubah

6 Maret 2015   01:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jeritan panjang dari kamar mandi perempuan menggemparkan satu sekolah . Ratusan siswa mendatangi sumber jeritan itu . Mereka hanya bisa mengangga lebar melihat apa yang ada di sana dan sebagian mereka melaporkan kejadian yang mereka lihat pada guru yang bersangkutan .

Sirene mobil polisi mengaung keras di halaman sekolah . Beberapa polisi melakukan penyisiran dan pemeriksaan di bagian dalam dan luar kamar mandi guna mencari jejak yang ditinggalkan . Polisi bertanya pada para siswaa yang tadi berkurumun dikamar mandi , siapa yang pertama kali melihat korban tewas dan mereka menjawab - Ana .

Polisi meminta izin kepada pihak sekolah untuk memeriksa salah satu siswanya yang berada di tempat kejadian perkara atas nama Ana . Para polisi dan guru sudah berkumpul di ruang BP dan menyuruh salah satu siswanya untuk memanggil Ana - siswi kelas 11 IPA 1 .

Ana datang ditemani oleh salah seorang siswi . Ia tampak masih trauma dengan apa yang terjadi barusan . Wajah tegang , pupil mata melebar dan badan bergetar , semua ekspresi ketakutan itu ia tampakkan di hadapan para guru dan polisi di sana .

" Silakan duduk . " ucap polisi tegas .

Ana kelihatan canggung ketika polisi menyuruhnya untuk duduk . Walaupun masih diliputi rasa trauma , ia coba memperbaiki langkah kakinya dan sikap tubuhnya yang canggung , bagaimanapun ia adalah orang yang pertama kali berada di TKP . Ana mengambil posisi duduk di samping guru BP .

" Bisakah saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada saudari Ana ? "

" Ma-ma-maaf pak polisi . Sebelumnya ,saya butuh waktu untuk menenangkan diri saya sebentar . "

Pihak kepolisian mempersilahkan . Ana berulang - ulang mengambil nafas dan membuangnya pelan - pelan . Gemetaran mulai berkurang dan raut wajah rileks , kini ia sudah bisa menenangkan dirinya dan siap memberikan keterangan .

" Jadi saya membuka pintu kamar mandi , saya melihat m-m-ma-mayat ... " Ana tak kuasa melanjutkan perkataannya .

" Apakah saat anda membuka pintu kamar mandi , anda tidak melihat sesuatu yang mencurigakan yang berhubungan dengan meninggalnya saudari Indri ? " tanya polisi menyelidik pada Ana .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun