Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Jubah

6 Maret 2015   01:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Air mengalir deras dari keran wastafel . Indri menampung air itu di kedua tangannya dan dibilaskan ke wajah yang ditumbuhi jerawat - jerawat halus . Ia tahu ,rasa kantuk yang hinggap di matanya disebabkan oleh film Korea yang semalam ia tonton dari laptopnya . Sangking seriusnya , ia sampai lupa bahwa waktu sudah menunjukkan jam 2 dini hari dan sekolah masuk pukul 07 . 15. Bukan itu saja , pelajaran Sosiologi yang membosankan , membuat kantuknya s'makin menjadi - jadi . Agar ia tak tenggelam dalam kantuknya , ia permisi kepada pak Tonny ke kamar mandi dan ia mengizinkannya .

Kini ia sudah siap untuk kembali ke kelas . Namun , ekor matanya menangkap sesuatu yang aneh dari bilik keempat . Suara deritan pintu toliet yang terbuka sendiri sontak mengejutkannya . Dari dalamnya , seorang wanita berjubah hitam misterius keluar dan beranjak ke tempat Indri berdiri .

" Nak ? " sapa wanita itu .

" Ada apa , bu ? " balas Indri .

Pintu kamar mandi yang sudah terbuka sedikit  , ia tutup kembali begitu wanita itu bertanya padanya .

" Kau suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? "

" Aku lebih suka warna merah . " ucap Indri spontan .

" Oh warna merah ya , kalau begitu ... "

CRAATTSSS!

Tubuh Ana bergetar hebat , mata membeliak , menyaksikan mayat seorang perempuan  tewas mengenaskan dengan luka sobek melebar hampir memutus lehernya . Darah segar mengucur deras membasahi lantai , dinding , serta jubah yang dikenakan di tubuhnya . Jubah merah yang kini dibaluri darah .

" Aaaaaaaaaaaaaaa ! "

Jeritan panjang dari kamar mandi perempuan menggemparkan satu sekolah . Ratusan siswa mendatangi sumber jeritan itu . Mereka hanya bisa mengangga lebar melihat apa yang ada di sana dan sebagian mereka melaporkan kejadian yang mereka lihat pada guru yang bersangkutan .

Sirene mobil polisi mengaung keras di halaman sekolah . Beberapa polisi melakukan penyisiran dan pemeriksaan di bagian dalam dan luar kamar mandi guna mencari jejak yang ditinggalkan . Polisi bertanya pada para siswaa yang tadi berkurumun dikamar mandi , siapa yang pertama kali melihat korban tewas dan mereka menjawab - Ana .

Polisi meminta izin kepada pihak sekolah untuk memeriksa salah satu siswanya yang berada di tempat kejadian perkara atas nama Ana . Para polisi dan guru sudah berkumpul di ruang BP dan menyuruh salah satu siswanya untuk memanggil Ana - siswi kelas 11 IPA 1 .

Ana datang ditemani oleh salah seorang siswi . Ia tampak masih trauma dengan apa yang terjadi barusan . Wajah tegang , pupil mata melebar dan badan bergetar , semua ekspresi ketakutan itu ia tampakkan di hadapan para guru dan polisi di sana .

" Silakan duduk . " ucap polisi tegas .

Ana kelihatan canggung ketika polisi menyuruhnya untuk duduk . Walaupun masih diliputi rasa trauma , ia coba memperbaiki langkah kakinya dan sikap tubuhnya yang canggung , bagaimanapun ia adalah orang yang pertama kali berada di TKP . Ana mengambil posisi duduk di samping guru BP .

" Bisakah saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada saudari Ana ? "

" Ma-ma-maaf pak polisi . Sebelumnya ,saya butuh waktu untuk menenangkan diri saya sebentar . "

Pihak kepolisian mempersilahkan . Ana berulang - ulang mengambil nafas dan membuangnya pelan - pelan . Gemetaran mulai berkurang dan raut wajah rileks , kini ia sudah bisa menenangkan dirinya dan siap memberikan keterangan .

" Jadi saya membuka pintu kamar mandi , saya melihat m-m-ma-mayat ... " Ana tak kuasa melanjutkan perkataannya .

" Apakah saat anda membuka pintu kamar mandi , anda tidak melihat sesuatu yang mencurigakan yang berhubungan dengan meninggalnya saudari Indri ? " tanya polisi menyelidik pada Ana .

" Tidak ada , pak . Tidak ada sesuatu yang mencurigakan di sana . Tapi ketika saya membuka pintu , saya melihat sekelebat bayangan hitam melintas di hadapan saya . Di situ saya hanya melihat mayat seorang perempuan berjubah berlumuran darah , pak . " tandas Ana .

" Sekelebat bayangan ? Jubah ? Apa anda yakin dengan apa yang anda lihat ? "

" Ya pak . Saya yakin sekali dengan apa yang saya lihat dan saya berani bersumpah kalau .. "

" Sudah cukup keterangannya . Saya akan melakukan investigasi lebih lanjut berdasarkan keterangan yang Anda utarakan . Sekali lagi , terimakasih atas kerjasama Anda , saya pamit undur  " Iptu Jonathan menyimpan catatannya di saku dan menyalami Ana dan guru - guru sembari keluar dari sana .

" Lapor pak ! Tidak ada tanda - tanda mencurigakan di sekitar kamar mandi . Tidak dijumpai kerusakan di bagian pintu maupun asbes ! Tapi kami menemukan sebuah jubah merah di tubuh korban pak . " ujar sang Bripda pada pimpinannya .

" Jubah ?! " Iptu Jonathan membatin . Ternyata apa yang dikatakan oleh saksi Ana itu benar adanya .

" Kalau begitu bawa barang bukti ke kantor . Untuk sementara , penyelidikan kita hentikan dulu .  " ucap sang Iptu , ia memberikan instruksi pada bawahannya .

" Siap pak ! "

Sang bawahan pergi ketika sudah menerima perintah dari pimpinannya . Iptu Jonathan juga kebingungan mencari titik terang dari kasus ini . Rasanya tidak masuk akal jika mengait - kaitkan kasus ini dengan ulah makhluk tak kasat mata dan jika itu terbukti benar , dari mana ia mempidanakan makhluk halus yang hanya bisa dilihat oleh orang berkemampuan spesial ? . Apakah hukum akan berlaku pada makhluk tak kasat mata s'perti kuntilanak , pocong , tuyul dan sebangsanya ?

Jika melihat mimik wajah serius Ana , ia tak menaruh curiga padanya . Keterangan yang diutarakannya tidak berbelit - belit dan mengalir apa adanya . Baru kali ini dia menangani kasus yang cukup rumit . Tapi , ia sudah menyuruh pihak ke sekolah agar toilet perempuan tidak digunakan sementara dan mengawasi gerak - gerik siswa - siswa , para guru maupun petugas sekolah yang cukup mencurigakan , karena kepolisian tidak menutup kemungkinan pelakunya masih berada di lingkungan sekolah .

" Gue gak nyangka kalau si Indri bakalan tewas mengenaskan kayak gitu . " tukas Nina .

" Sama Nin . Tega banget itu orang yang membunuh si Indri padahal kan Indri orangnya ramah dan care. " tambah Yani .

" Apa jangan - jangan si Ana yang ngebunuh si Indri ?! Secara , dia kan yang pernah kali lihat si Indri tewas . " celetuk Endah .

" Huss , kamu ini . Jangan nuduh sembarang ! Kalau orangnya dengar gimana ?! " tandas Nina spontan .

" Iya deh iya aku minta maaf . " tutur Endah .

" Ya sudah , karena lonceng sudah berbunyi , bayarin deh jajanan kami berdua . " ujar Nina pada Endah sambil tertawa lepas .

" Ehe kodok . " balas Endah .

Dering lonceng nyaring seakan menyuruh para siswa tak berlama - lama di kantin dan segera menuju ke kelas . Tiga orang perempuan ini pun buru - buru menuju kelas sebelum guru mereka datang , jika mereka terlambat pasti mereka akan dihukum berdiri di depan kelas .

Satu hari yang panjang di sekolah telah terlewati dan hari sudah semakin sore . Dari kejauhan , terlihat dua orang perempuan jalan beriringan di halaman sekolah .

" Nin , bisa nunggu bentar gak ? Aku mau ke kamar mandi . Udah kebelet . " Endah tiba - tiba menghentikan langkahnya .

" Bisa , tapi jangan lama - lama , ya ! "

" Ok ! " ucap Endah sambil mengacungkan jempolnya .

Endah bergegas ke kamar mandi supaya Nina tak menunggu berlama - lama . Sesampainya di kamar mandi , ia melihat police line masih melintangi tempat kejadian ditemukannya jenazah Indri . Endah bergidik ngeri mengingat cerita teman - temannya tentang kondisi Indri dengan luka leher menganga lebar dan tubuhnya dibaluti oleh jubah merah .

Belum hilang rasa takutnya , telinganya menangkap suara decitan pintu toilet bilik ke 4 terbuka .

Kriiiett

Endah tercekat begitu melihat seorang wanita dengan jubah hitam menghampiri dirinya dan coba menawarkan sesuatu .

" Nak , kamu suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? " ujar wanita dengan tatapan nyala .

" E-e-er aku suka warna biru . " sahut Endah .

Endah memekik ketika kedua tangan wanita itu sudah berada di lehernya . Kekuatan yang dimiliki wanita itu amat besar , membuattubuhnya lunglai tak bertenaga . Tak ada perlawanan yang berarti ia yang dapat dilakukan . Sisa oksigen yang tersimpan di paru - paru semakin menipis dan ia semakin terdesak .

Di luar sana , Nina gelisah menungguEndah yang tak kunjung datang . Ia mencemaskan kejadian yang dialami oleh Indri akan menimpa sahabatnya . Feeling-nya terus saja mengatakan bahwa sesuatu yang buruk terjadi pada Endah . Nina tak tahan lagi , kekhawatiran itu terus mengguncang pikirannya dan ia memutuskan untuk ke kamar mandi .

Nina mendorong pelan pintu kamar mandi yang sedikit tersingkap dan menyaksikan sahabatnya terbujur kaku tak bernyawa . Tubuhnya membiru , bagian putih matanya terbeliak ke atas dengan lidah menjulur keluar .

" Endahhhhh ! "

Pekikan panjang itu membuat siang hari yang tenang mendadak mencekam . Kepolisian sudah melakukan investigasi dan hasilnya sama seperti kasus yang mereka tangani tadi pagi . Si pelaku tak meninggalkan tanda - tanda kerusakan di sekitar kamar mandi , hanya saja si pelaku memakaikan jubah biru di tubuh sang korban . Dugaan bahwa dalang di balik pembunuhan itu adalah makhluk tak kasat mata mulai mencuat di alam pikiran para penyidik kepolisian . Tapi hal semacam itu terbantahkan dan mereka masih berusaha keras untuk mengungkap siapa identitas pelaku pembunuhan tersebut .

Berita mengenai kematian Endah mulai menyebar ke seantero sekolah dan menimbulkan keresahan bagi para siswi . Mereka jadi takut untuk pergi ke kamar mandi meskipun kamar mandi khusus perempuan dialihkan ke kamar mandi guru . Para siswi beranggapan bahwa si pembunuh mengincar siswi . Hal itu terbukti dari dua korban yang tewas di kamar mandi adalah siswi .

Diam - diam rupanya Astrid mendengar kabar mengenai pembunuhan yang merenggut nyawa teman - temannya itu membuat dirinya geram . Meskipun ia tidak mengenal kedua korban secara dekat , tapi bila dibiarkan korban akan terus berjauhan dan tak menutupi kemungkinan ia adalah korban selanjutnya .

Astrid bertekad untuk menangkap& mengungkap pelaku pembunuhan tersebut . Ia langsung berkordinasi dengan pacarnya , Edo .

Do , lama - lama gua gak tahan lagi lihat teman - teman kita mati sia - sia di tangan pembunuh itu .

Astrid mengetik SMS dengan cepat dan langsung di-Send ke nomor Handphone pacarnya .

Jadi apa yang mau kamu lakukan ?

SMS yang dikirim oleh Astrid sudah masuk ke Handphonenya . Edo membaca sekilas isi SMS itu dan langsung mengirimkan balasannya .

Setelah bel pulang berbunyi dan suasana sekolah kelihatan agak sepi ,kita akan ke kamar mandi perempuan dan menyergap si pembunuh itu . Sebaiknya kamu bawa alat pertahanan diri . Aku yakin pasti dia membawa peralatan tajam . Manatahu dia melakukan perlawanan .

Edo tersentak dengan apa yang dikatakan Astrid melalui SMS . Mula - mula , ia kurang setuju dengan ide yang diutarakan oleh Astrid . Namun , hal ini juga menyangkut keselamatan dan ia berkeinginan mengungkap siapa di balik semua kasus pembunuhan tersebut  , akhirnya ia memutuskan untuk menyetujui ide gila pacarnya tersebut .

Ok , aku mau . Tapi konfirmasikan padaku kalau kamu sudah bersiap - siap .

Sip !

Percakapan dalam SMS itu akhirnya selesai begitu keduanya sudah bersepakat dengan rencana mereka dan kembali memusatkan perhatian mereka pada pelajaran masing - masing .

Waktunya sudah tiba . Suasana sekolah sudah sepi , tak tampak lagi seorang pun siswa berjalan di halaman sekolah . Ini berjalan sebagaimana mereka rencanakan . Astrid datang dengan mengenakan kaus oblong putih dengan rok putih abu - abu . Ia letakkan sepedanya di depan kelas kira - kira 20 meter dari kamar mandi perempuan .

Saat ia menuju kamar mandi , sudah tampak Edo , pacarnya berdiri di samping pintu kamar mandi . Ia masih mengenakan seragam putih abu - abu di badannya .

" Baru datang , Do ? "

" Tidak . Aku sudah lumayan lama nunggu kamu . "

" Maaf kalau akau membuatmu menunggu lama , tapi kamu sudah siap kan ? "

" Jelas aku siap . "

Astrid melihat sebuah kayu panjang tergenggam erat di tangan kanannya .

" Satu lagi , kamu hati - hati ya , Trid . Kalau ada sesuatu yang mengancam keselamatan kamu langsung teriak . " ungkap Edo penuh kewaspadaan .

Astrid hanya mengangguk sambil mengulas senyum tipis pada Edo lalu menuju ke dalam kamar mandi .

Ia menekan gagang pintu dan mendorongnya lemah . Matanya memandang garis polisi masih membentang di sekitar tempat ditemukannya mayat Endah . Ada sensasi dingin menggelitik tengkuknya ketika dirinya menapak di kamar mandi . Mungkin hal inilah yang pertama kali dirasakan oleh para korban pembunuhan tersebut .

Pandangannya tertuju pada salah satu bilik pintu toilet - bilik keempat . Pintu yang awalnya tertutup pelan - pelan tersingkap . Sedikit demi sedikit dan terbukalah semua . Jantungnya berdegup kencang , irama nafas sedikit memburu - sesuatu akan keluar dari dalam sana .

Derap kaki menghentak lantai berkeramik lembab , pikirannya tak karuan . Seorang wanita berjubah hitam panjang terseret menuju Astrid . Ia masih tak percaya , ada orang lain selain dirinya di kamar mandi ini . Namun , ini adalah kejanggalan menimbulkan tanya , di mana seorang wanita misterius muncul dari dalam bilik toliet yang kosong .

Wanita berjubah itu berada di hadapan Astrid . Sorot mata dingin dan wajah muram diselimuti aura mistis dan angker , menyebabkan bulir - bulir keringat sebesar beras jatuh dari keningnya . Kegelisahan mencekam , mulai merongrong keberanian yang terkumpul di hatinya .

" Nak , kamu suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? " tanya wanita itu .

Astrid bertahan sekuat mungkin agar ia tidak menjawab pertanyaan dari wanita itu . Ia yakin jikalau ia menjawab pertanyaan dari wanita tersebut , ia akan bernasib sama seperti dua siswi yang mati secara mengenaskan .

Akan tetapi , lidahnya seperti mempunyai kekuatan tersendiri untuk melawan pertahanan sang empunya lidah . Erangan tak jelas tesendat di tengggorokan , bibir bergetar . Ia tak sanggup menahan lagi dan akhirnya jebol .

" Hi-hi-hi-hitam . " ujarnya penuh kepayahan .

" Hitam . Baiklah . Coba lihat pintu ini . " suruh wanita itu pada Astrid .

Ia melakukan apa yang dikatakan wanita tersebut . Ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu bilik toliet pertama .

" Aaaaaaaaaaaaaaa "

Gerombolan tangan menyeruak dari dalam ketika pintu terbuka lebar . Jangankan berlari , berbalik badan pun , puluhan tangan itu sudah mencengkeram kakinya . Astri meronta - ronta hebat ketika tangan - tangan itu hendak menyeretnya ke dalam kegelapan yang tak berujung .

Edo yang mendengar jeritan Astrid , melesat cepat ke dalam kamar mandi dan menyaksikan puluhan tangan menggenggam erat kaki pacarnya . Dengan sigap , ia berlari dan memukul - mukul tangan - tangan itu namun tak bereaksi apa - apa malah tangan - tangan itu makin kuat menyeretnya .

Tangisan Astrid makin membahana ketika setengah badannya sudah masuk ke dalam kegelapan . Edo kalap , langsung menarik kedua tangan Astrid. Tarik - menarik terjadi di antara mereka . Tenaganya terkuras melawan kekuatan puluhan tangan begitu kuat , sampai - sampai ia ikut terseret .

Semua hanya terjadi sekejap . Di tengah kekalutan dan kepanikan mereka , dari belakang seorang lelaki paruh baya - Saman , penjaga sekolah sedang merapal doa dan mantra dari mulutnya . Gerombolan tangan itu sudah menghilang demikian dengan wanita berjubah itu . Di sana hanya ada bilik yang berisi closet jongkok , tidak ada wanita berjubah , tak ada lagi tangan - tangan menyeramkan . Hanya  mereka bertiga , diselimuti keheningan dan kelembaban setelah dicekam teror menakutkan .

" Ayo kita pergi . " ujarnya sambil mengulurkan tangan pada mereka .

Ketiga beranjak dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata , wajah Astrid putih pucat , bibirnya mengatup rapat . Edo paham kalau sesuatu yang hampir mengancam nyawa telah menimpa pacarnya , tapi yang pasti mereka akan membicarakannya kepada pihak sekolah dan kepolisian tentang kejadian yang mereka alami di kamar mandi perempuan .

Sesuai dengan keputusan pihak sekolah , akhirnya kamar mandi perempuan disegel . Dua papan yang disusun bersilang menghiasi pintu kamar mandi disertai dengan tanda peringatan .

PINTU INI DISEGEL !

Pihak kepolisian menutup kasus ini rapat - rapat dan menyimpulkan bahwa penyebab kematian kedua korban adalah murni kecelakaan .

Aku hanya bisa memperingatkan padamu , berhati - hatilah ! Bisa saja dia berada di belakangmu dan menawarkan jubah kematiannya padamu .

" Kau suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? "

- fin

Cerita ini terinspirasi dari urban legend Jepang ' Aka Manto ' .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun