Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Reog

2 Agustus 2022   21:42 Diperbarui: 4 Agustus 2022   20:30 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seniman menampilkan tari Reog Ponorogo. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF via kompas.com)

"Apa?"

"Serangga yang menyerang kalian adalah kutu. Yah memang ukurannya sedik lebih besar. Tapi mereka tetaplah kutu."

"Kau sudah tahu, dan tetap mengirim kami kedalam jebakan itu?" Tanya Riris mengecutkan dahi.

"Kalian tim profesional bukan? Meski tidak ku katakan sekalipun, kau tetap berada disini, membawa topeng tanpa satupun korban jiwa." Jawab si pria.

Riris terdiam. Benar juga. Pria ini belum tahu kalau teman-temannya telah mati di kuil itu. Ia hanya bilang kalau mereka menunggunya diluar. Itu satu-satunya keuntungan yang ia miliki, bahwa dirinya tidak sendirian datang kemari.

"Tentu saja." Jawabnya singkat.

Senyum kecil menyimpul pada wajah si pria. Sesaat kemudian ia lanjut berkata,

"Ceritamu belum selesai. Kau melakukan sesuatu pada topeng ini, bukan begitu?"

"Aku tidak melakukan apa-apa pada benda terkutuk ini. Jangan banyak alasan kau, berikan saja bayaranku." Jawab Riris tak ingin memperpanjang percakapan mereka.

Si pria menghela nafas. Alisnya terangkat melewati kacamata yang ia kenakan. 

"Kau pernah mendengar legenda tentang topeng ini?" Tanya si pria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun