"Apa?"
"Serangga yang menyerang kalian adalah kutu. Yah memang ukurannya sedik lebih besar. Tapi mereka tetaplah kutu."
"Kau sudah tahu, dan tetap mengirim kami kedalam jebakan itu?" Tanya Riris mengecutkan dahi.
"Kalian tim profesional bukan? Meski tidak ku katakan sekalipun, kau tetap berada disini, membawa topeng tanpa satupun korban jiwa." Jawab si pria.
Riris terdiam. Benar juga. Pria ini belum tahu kalau teman-temannya telah mati di kuil itu. Ia hanya bilang kalau mereka menunggunya diluar. Itu satu-satunya keuntungan yang ia miliki, bahwa dirinya tidak sendirian datang kemari.
"Tentu saja." Jawabnya singkat.
Senyum kecil menyimpul pada wajah si pria. Sesaat kemudian ia lanjut berkata,
"Ceritamu belum selesai. Kau melakukan sesuatu pada topeng ini, bukan begitu?"
"Aku tidak melakukan apa-apa pada benda terkutuk ini. Jangan banyak alasan kau, berikan saja bayaranku." Jawab Riris tak ingin memperpanjang percakapan mereka.
Si pria menghela nafas. Alisnya terangkat melewati kacamata yang ia kenakan.Â
"Kau pernah mendengar legenda tentang topeng ini?" Tanya si pria.