"Baiklah," si pria mengangkat bahu, jemarinya menyimpul diatas meja, "Aku percaya kau membawa pesananku."
"Tunjukkan dulu uangnya." Jawab Riris.
Ia merogoh kedalam jas mengeluarkan papan fiber berwarna hitam seukuran telapak tangan. Pada sudutnya terdapat cap dari bank Wargayudha. Saat jemari si pria menyentuhnya, muncul angka digital berjumlah sepuluh juta Than, mata uang kerajaan mereka.
"Sesuai perjanjian, sekarang tunjukkan padaku benda itu." Ujarnya.
Riris melepaskan ransel dari punggungnya lalu melemparnya keatas meja. Ia menghadapkan benda itu pada sang klien lalu membukanya.
Wajah pria itu kaku, giginya bergemeretak melihat isi dari ransel.
"Ada yang salah?" Tanya Riris setengah ketakutan. Benda ini yang mereka cari bukan? Kenapa wajahnya mengeras penuh amarah seperti itu?
"Bukan masalah yang besar, tapi sepertinya kau berhutang sesuatu padaku."
"Apa maksudmu?" Tanya Riris kebingungan.
Si pria mengangkat gelas lalu meneguk minuman hitam pekat didalamnya.
"Kau berhutang cerita. Aku ingin mendengar cerita kalian di kuil itu." Ujar si pria.