Mohon tunggu...
Annisa Wardani
Annisa Wardani Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peningkatan Kemampuan Motorik Haus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kolase dengan Media Daun Jeruk

1 Februari 2023   07:49 Diperbarui: 1 Februari 2023   07:55 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metode Pengembangan Motorik Halus

                    Menurut Syakir Muharrar dan Sri Verawati (2013:9), metode yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak yang digunakan di TK adalah sebagai metode demonstrasi Merupakan metode yang digunakan oleh guru dimana guru memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana permainan yang akan dilakukan dan metode pemberian tugas  adalah suatu metode yang diterapkan saat proses pembelajaran berlangsung di TK dimana pendidik menyediakan lembar kegiatan atau suatu perintah yang diberikan kepada anak dan anak mengerjakan apa yangs disuruh oleh pendidik sebisa anak tanpa adanya paksaan atau dorongan anak harus mengerjakan tugas yang diberikan pendidik sampai selesai.

  • ANAK USIA DINI
  •             Menurut Riany Ariesta (2009:1), usia dini pada anak merupakan golden age (masa emas), yaitu pada masa ini anak mengalami perkembangan fisik dan nonfisik, terutama kemampuan secara pesat yang sangat berpengaruh terhadap sikap dan sifatnya di masa yang akan datang. Pada masa emas itu anak sangat membutuhkan pendampingan dan bimbingan agar pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan optimal, peranan orang tua dan guru di sekolah sangat penting.
  •             Dalam  Wiyani Novan Ardy (2015:21), mengungkapkan bahwa anak adalah manusia yang masih kecil, yaitu yang baru berumur enam tahun. Jadi jika diartikan secara bahasa, anak usia dini adalah sebutan bagi anak yang berusia antara 0 hinnga 6 tahun. Hal itu dikarenakan secara normatif, memang anak diartikan sebagai seseorang yang lahir sampai usia 6 tahun.
  •             Anak selalu bergerak aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan. Mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.
  •             Dalam Kemdikbud PAUDNI (2013:1) menyatakan bahwa usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, motorik, bahasa, sosial emosional, moral dan nilai agama serta konsep kemandirian. Sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
  •             Masih dalam Kemdikbud PAUDNI (2013:2), Pendidikan Anak Usia Dini merupakan lembaga yang memberikan layanan pendidikan kepada anak usia dini usia 0-6 tahun. PAUD juga merupakan upaya pemberian stimulasi, membimbing, mengasuh, dan memberikan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan pada anak (kompetensi). 
  • BERMAIN
  • Pengertian bermain
  • Menurut Fadlillah (2014:30) setiap anak mempunyai kebutuhan untuk mengaktualisasikan hal yang ada pada dirinya. Dengan terpenuhinya kebutuhan anak ini akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri dalam kehidupannya Terpenuhinya kebutuhan ini akan menuntun anak menjadi manusia kerja, bukan sekedar manusia yang pandai bicara. Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan pokok tersebut berjenjang dari yang paling bawah  kepada jenjang yang lebih tinggi, dalam arti kebutuhan yang lebih tinggi akan timbul dan diusahakan apabila kebutuhn yang tingkatnya lebih rendah telah terpenuhi. Islam memandang bermain adalah sesuatu yang amat penting bagi anak-anak. Bahkan Rasulullah SAW pun selalu menyempatkan diri bermain bersama anak-anak.
  • Menurut Juan Fernando (2011:2) bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan  mendasar bagi anak usia dini. Dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, nilai dan sikap hidup.

    Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat dikatakan bahwa bermain adalah sarana meningkatkan kecerdasan anak. Permainan anak tidak terlepas dengan masa kanak-kanak yang indah dan menggembirakan, karena masa kanak-kanak adalah masa bermain, hampir seluruh aktifitas anak adalah bermain. Jika semua orang tua tahu dan menyadari bahwa aktifitas gerak dan suara anak (bisa disebut bermain) adalah cara yang paling efektif anak untuk belajar sesuatu. Sebab, bermain adalah aktifitas yang menyenangkan untuk anak. Lewat permainan anak merasa bahagia. Dengan perasaan suka cita itulah syaraf atau neuron di otak anak dengan cepat saling  berkoneksi untuk membentuk satu membri baru.

               Menurut Aulia Fadhil (2010:21) permainan mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak. Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran baik atau jahat, membuat anak kaya akan pengalaman emosi dan anak akan memahami perasaan yang terkait dengan ketakutan dan penolakan  dari situasi yang dihadapi.

              Menurut Musfiroh (2008 : 1-2) mengatakan bahwa :

    "Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Sebagian orang menyatakann bahwa bermain sama fungsinya dengan bekerja. Meskipun demikian, anak memiliki persepsi sendiri mengenai bermain, kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan realitas luar"

    .

          Menurut Dworetzky (1990) dalam Moeslichatoen (1999:31) dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain, yaitu motivasi intrisik, tingkah laku bermain dari dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena ada tuntutan dari masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh. Selanjutnya pengaruh positif, tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan hatinya kemudian bukan dikerjakan sambil lalu artinya tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura. Cara atau tujuan, cara bermain lebih diutamakan tujuannya. Kelenturan, ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.

    • Selanjutnya Aulia Fadhil ( 2010:32) mengemukakan bahwa bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata diri, menata emosi, toleransi, kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Di samping itu, aktifitas bermain juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan ketrampilan motorik anak usia dini. Oleh karena itu, bagi anak usia dini tidak ada hari tanpa bermain, dan bagi mereka bermain merupakan kegiatan pembelajaran yang sangat penting.
    • 2.   Manfaat dan Fungsi Bermain
    •      1. Manfaat Bermain
  •             Berikut manfaat bermain bagi anak usia dini menurut Fadhillah  (2014:32) adalah yang pertama manfaat motorik, yaitu manfaat yang berhubungan dengan   nilai-nilai positif mainan yang terjadi pada jasmani anak, yang kedua manfaat afeksi, yaitu manfaat permainan yang berhubungan dengan perkembangan psikologis anak. Yang ketiga adalah manfaat kognitif, yaitu manfaat mainan untuk perkembangan kecerdasan anak, yang meliputi kemampuan imajinatif, pembentukan nalar, logika, maupun pengetahuan-pengetahuan sistematis.

                Yang keempat adalah manfaat spiritual, yaitu manfaat mainan yang menjadi dasar pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keluhuran akhlak manusia. Dan selanjutnya yang kelima adalah manfaat keseimbangan, yaitu manfaat mainan yang berfungsi melatih dan mengembangkan panduan antara nilai-nilai positif dan negatif dari suatu mainan.

    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
    Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
  • LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun