Mohon tunggu...
Annisa Wardani
Annisa Wardani Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peningkatan Kemampuan Motorik Haus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kolase dengan Media Daun Jeruk

1 Februari 2023   07:49 Diperbarui: 1 Februari 2023   07:55 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

BAB I

  • PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 sampai 6 tahun. Perkembangan usia dini anak harus terus diupayakan menjadi langkah strategis hal ini dikarenakan usia paling peka untuk mendapatkan kecerdasan yang berkualitas bagi anak. Usia dini merupakan titik tolak paling strategis untuk mengukir kualitas seorang anak di masa depan. Anak kaya akan daya khayal, pikir, rasa ingin tahu dan kreativitas tinggi. Pada usia dini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik menjadi lebih besar dan perkembangan kemampuan berbahasa, kognitif, motorik dan moral.  Perkembangan motorik sendiri dibagi menjadi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.

Pertumbuhan dan perkembangan itu tidak akan muncul begitu saja, tapi harus di stimulus dengan baik, agar pertumbuhan dan perkembangan dapat tercapai dengan maksimal sesuai dengan usianya. Pertumbuhan fisik anak terutama Motorik halus sangatlah penting untuk anak usia dini, semakin baik kemampuan motorik halus anak membuat anak dapat berekspresi mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya, anak akan lebih terampil dalam membuat suatu karya.

Kemampuan motorik halus mencakup kemampuan mengamati, mengingat hasil pengamatannya dan pengalamannya. Kemampuan motorik halus anak agar dapat optimal maka diterapkan bermain sambil belajar.


 

Menurut Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2010:01) motorik adalah semua gerakan yang didapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan  dan pengendalian gerak tubuh, sedangkan motorik halus adalah yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti ketrampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan. .

Yang perlu kita ingat adalah bahwa setiap anak yang lahir membawa potensi, tinggal bagai mana kita untuk menggalinya supaya anak berkembang sesui dengan potensinya, oleh karena itu guru dituntut untuk bisa melihat potensi induvidu-individu dari setiap anak dari latar belakang dan karakter yang berbeda beda.Para ahli pendidikan anak di dalam risetnya menyatakan bahwa cara belajar yang paling efektif ada pada permainan anak, yaitu dengan bermain di dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Menurut Tadzkirotun Musfiroh (2008:01) bermain adalah  kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Dalam bermain ia dapat mengembangkan otot besar dan otot halusnya (motorik kasar dan motorik halus), meningkatkan penalaran dan memahami keberadaannya di lingkungan teman sebaya, membentuk daya imajinasi dengan dunia sesungguhnya, mengikuti peraturan, tata tertib serta disiplin yang tinggi.

Pertumbuhan fisik anak terutama motorik halus sangatlah penting untuk anak usia dini, semakin baik kemampuan motorik halus anak membuat anak dapat berekspresi mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya. Perkembangan ketrampilan motorik dipengaruhi oleh berbagai faktor mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap ketrampilan harus dipelajari secara individu, dan sebaliknya ketrampilan dipelajari satu demi satu. Apabila ada salah satu faktor tidak ada, maka perkembangan ketrampilan jasmani anak akan berada di bawah kemampuannya.

Namun perkembangannya tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan motorik halus pada setiap anak berbeda  hal ini disebabkan  pada dasarnya  anak bersifat individual, Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental. Agar anak dapat mengusai suatu kemampuan diperlukan kemampuan yang lain yang mendasarinya. Dalam mengembangkan potensi  anak harus diberi kesempatan  untuk mengembangkan seluruh jenis kecerdasan  yang  ada.

Namun kenyataannya tingkat pencapaian belum berkembang secara optimal, anak masih kesulitan dalam mengkoordinasikan antara mata dan tangan,  di kelompok B TK. Tunas Harapan, bahwa ketrampilan motorik halus anak  masih  belum berkembang secara optimal, pembelajaran di kelompok B TK. Tunas Harapan lebih banyak mengarah pada pembelajaran kognitif.

  • Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis akan melakukan penelitihan tindakan kelas dengan mengangkat judul "Peningkatkan Kemampuan  Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kolase Dengan Media Daun Jeruk Kelompok B Tk Tunas Harapan Proyonanggan Batang"

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana penerapan bermain kolase dengan daun jeruk  dapat  meningkatkan kemampuan motorik halus anak di kelompok B Tk Tunas harapan Proyonangan Batang ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan penerapan bermain kolase dengan media daun jeruk dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di kelompok B Tk Tunas Harapan Proyonanggan Batang

D. Manfaat Penelitian

  • Manfaat penelitian Tindakan kelas ini adalah
  • Manfaat Teoritis
  • Dapat menanamkan dan memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya dalam pendidikan anak usia dini
  • Manfaat Praktis 

Bagi Anak

Anak mendapat pengalaman langsung untuk mengembangkan koordinasi mata dan tangan serta mengembangkan kreatifitas anak dalam bermain kolase yang menyenangkan.

  •  Bagi Guru
  • Untuk menambah pengetahuan, ketrampilan atau kegiatan guru dalam mengunakan metode dan alat yang tepat
  • Bagi sekolah

Kegiatan di sekolah akan lebih efekti, menarik dan menyenangkan bagi anak. Sekolah akan mengembangkan model pembelajaran.

Bagi orang tua

Sebagai bahan masukan orang tua siswa dalam membimbing dan meningkatkan ketrampilan motorik halus anak.

BAB II

LANDASAN TEORI

 

  • MOTORIK HALUS

    • Pengertian motorik halus
  •                  Menurut Andang Ismail (2005:8), motorik halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian bagian tubuh tertentu yang tidak membutuhkan tenaga besar yang melibatkan otot besar, tetapi hanya melibatkan sebagian anggota tubuh yang dikoordinasikan ( kerja sama yang seimbang ) antara mata dengan tangan atau kaki.

                      Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot- otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan  tangan.

    Fungsi Motorik Halus
     Menurut Sumantri (2005:146)  juga menjelaskan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Dengan pengembangan motorik halus ini maka akan mampu mengembangkan koordinasi tangan dan mata. Koordinasi tangan dan mata ini dapat dikembangkan dengan kegiatan salah satunya yaitu menempel.

    Pengembangan ketrampilan motorik anak ini selanjutnya akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis. Dapat juga dikatakan bahwa fungsi motorik halus bagi anak usia dini adalah anak dapat melibatkan diri dalam sebagian besar kegiatan yang ada di sekolah, seperti melukis, menempel, menggunting, melipat, mengecap, mencocok , merobek, meremas, menganyam,  menjahit, membentuk , menebalkan garis, menulis, dan  mewarnai semua itu memperlukan koordinasi antara mata dengan tangan.

     Faktor-faktor Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus 

                      Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik halus anak menurut  May Lewin dkk (2008:45) adalah yang pertama faktor-faktor dari segi orang tua adalah memberi dorongan atau  motivasi kepada anak dan mendampingi saat anak bermain atau belajar. Yang kedua adalah faktor-faktor dari segi guru yakni Menyediakan fasilitas dan sarana yang membantu untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, memberikan waktu untuk anak belajar, karena setiap anak tidak mempunyai perkembangan motorik halus yang sama, memberikan aktifitas yang bervariasi untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, menciptakan suasana yang menyenangkan saat anak belajar.

                      Selanjutnya yang ketiga faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik halus anak adalah mempunyai kematangan mental dalam hal motorik halus dan anak mempunyai motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kemampuan motorik halusnya. Dalam hal ini peran guru dan orang tua sangat penting, tidak dibenarkan melakukan paksaan dalam melakukan kegiatan ini. Guru harus punya strategi yang dapat membuat anak merasa nyaman dan  dengan senang hati melakukan kegiatan yang diberikan oleh guru, agar anak tidak merasa dipaksa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang diberikan  oleh guru.

    Metode Pengembangan Motorik Halus

                        Menurut Syakir Muharrar dan Sri Verawati (2013:9), metode yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak yang digunakan di TK adalah sebagai metode demonstrasi Merupakan metode yang digunakan oleh guru dimana guru memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana permainan yang akan dilakukan dan metode pemberian tugas  adalah suatu metode yang diterapkan saat proses pembelajaran berlangsung di TK dimana pendidik menyediakan lembar kegiatan atau suatu perintah yang diberikan kepada anak dan anak mengerjakan apa yangs disuruh oleh pendidik sebisa anak tanpa adanya paksaan atau dorongan anak harus mengerjakan tugas yang diberikan pendidik sampai selesai.

    • ANAK USIA DINI
    •             Menurut Riany Ariesta (2009:1), usia dini pada anak merupakan golden age (masa emas), yaitu pada masa ini anak mengalami perkembangan fisik dan nonfisik, terutama kemampuan secara pesat yang sangat berpengaruh terhadap sikap dan sifatnya di masa yang akan datang. Pada masa emas itu anak sangat membutuhkan pendampingan dan bimbingan agar pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan optimal, peranan orang tua dan guru di sekolah sangat penting.
    •             Dalam  Wiyani Novan Ardy (2015:21), mengungkapkan bahwa anak adalah manusia yang masih kecil, yaitu yang baru berumur enam tahun. Jadi jika diartikan secara bahasa, anak usia dini adalah sebutan bagi anak yang berusia antara 0 hinnga 6 tahun. Hal itu dikarenakan secara normatif, memang anak diartikan sebagai seseorang yang lahir sampai usia 6 tahun.
    •             Anak selalu bergerak aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan. Mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.
    •             Dalam Kemdikbud PAUDNI (2013:1) menyatakan bahwa usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, motorik, bahasa, sosial emosional, moral dan nilai agama serta konsep kemandirian. Sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
    •             Masih dalam Kemdikbud PAUDNI (2013:2), Pendidikan Anak Usia Dini merupakan lembaga yang memberikan layanan pendidikan kepada anak usia dini usia 0-6 tahun. PAUD juga merupakan upaya pemberian stimulasi, membimbing, mengasuh, dan memberikan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan pada anak (kompetensi). 
    • BERMAIN
    • Pengertian bermain
    • Menurut Fadlillah (2014:30) setiap anak mempunyai kebutuhan untuk mengaktualisasikan hal yang ada pada dirinya. Dengan terpenuhinya kebutuhan anak ini akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri dalam kehidupannya Terpenuhinya kebutuhan ini akan menuntun anak menjadi manusia kerja, bukan sekedar manusia yang pandai bicara. Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan pokok tersebut berjenjang dari yang paling bawah  kepada jenjang yang lebih tinggi, dalam arti kebutuhan yang lebih tinggi akan timbul dan diusahakan apabila kebutuhn yang tingkatnya lebih rendah telah terpenuhi. Islam memandang bermain adalah sesuatu yang amat penting bagi anak-anak. Bahkan Rasulullah SAW pun selalu menyempatkan diri bermain bersama anak-anak.
  • Menurut Juan Fernando (2011:2) bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan  mendasar bagi anak usia dini. Dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, nilai dan sikap hidup.

    Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat dikatakan bahwa bermain adalah sarana meningkatkan kecerdasan anak. Permainan anak tidak terlepas dengan masa kanak-kanak yang indah dan menggembirakan, karena masa kanak-kanak adalah masa bermain, hampir seluruh aktifitas anak adalah bermain. Jika semua orang tua tahu dan menyadari bahwa aktifitas gerak dan suara anak (bisa disebut bermain) adalah cara yang paling efektif anak untuk belajar sesuatu. Sebab, bermain adalah aktifitas yang menyenangkan untuk anak. Lewat permainan anak merasa bahagia. Dengan perasaan suka cita itulah syaraf atau neuron di otak anak dengan cepat saling  berkoneksi untuk membentuk satu membri baru.

               Menurut Aulia Fadhil (2010:21) permainan mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak. Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran baik atau jahat, membuat anak kaya akan pengalaman emosi dan anak akan memahami perasaan yang terkait dengan ketakutan dan penolakan  dari situasi yang dihadapi.

              Menurut Musfiroh (2008 : 1-2) mengatakan bahwa :

    "Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Sebagian orang menyatakann bahwa bermain sama fungsinya dengan bekerja. Meskipun demikian, anak memiliki persepsi sendiri mengenai bermain, kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan realitas luar"

    .

          Menurut Dworetzky (1990) dalam Moeslichatoen (1999:31) dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain, yaitu motivasi intrisik, tingkah laku bermain dari dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena ada tuntutan dari masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh. Selanjutnya pengaruh positif, tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan hatinya kemudian bukan dikerjakan sambil lalu artinya tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura. Cara atau tujuan, cara bermain lebih diutamakan tujuannya. Kelenturan, ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.

    • Selanjutnya Aulia Fadhil ( 2010:32) mengemukakan bahwa bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata diri, menata emosi, toleransi, kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Di samping itu, aktifitas bermain juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan ketrampilan motorik anak usia dini. Oleh karena itu, bagi anak usia dini tidak ada hari tanpa bermain, dan bagi mereka bermain merupakan kegiatan pembelajaran yang sangat penting.
    • 2.   Manfaat dan Fungsi Bermain
    •      1. Manfaat Bermain
  •             Berikut manfaat bermain bagi anak usia dini menurut Fadhillah  (2014:32) adalah yang pertama manfaat motorik, yaitu manfaat yang berhubungan dengan   nilai-nilai positif mainan yang terjadi pada jasmani anak, yang kedua manfaat afeksi, yaitu manfaat permainan yang berhubungan dengan perkembangan psikologis anak. Yang ketiga adalah manfaat kognitif, yaitu manfaat mainan untuk perkembangan kecerdasan anak, yang meliputi kemampuan imajinatif, pembentukan nalar, logika, maupun pengetahuan-pengetahuan sistematis.

                Yang keempat adalah manfaat spiritual, yaitu manfaat mainan yang menjadi dasar pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keluhuran akhlak manusia. Dan selanjutnya yang kelima adalah manfaat keseimbangan, yaitu manfaat mainan yang berfungsi melatih dan mengembangkan panduan antara nilai-nilai positif dan negatif dari suatu mainan.

           3.  Fungsi bermain bagi anak usia dini

    • Menurut Moeslichatoen (1999:33) sesuai dengan pengertian bermain  yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi perkembangan anak usia dini, bermain juga untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata, untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng dan lain-lain, untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima, untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan, mencerminkan pertumbuhan, untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian.
  • Menurut Catron dan Allen dalam Musfiroh (2008:10) bermain untuk pengembangan sosial emosional, dijelaskan bahwa bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan masalah, anak menemukan pengalaman baru, memanipulasi benda dan alat-alat, berinteraksi dengan orang lain, dan mulai menyusun pengetahuannya tentang dunia. Dan juga bermain meningkatkan kompetensi sosial anak

    Masih Menurut Catron dan Allen (1999) dalam Musfiroh (2008:11), bermain mendukung perkembangan sosialisasi dalam interaksi sosial, yakni interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan memecahkan konflik. Kerjasama, yakni interaksi saling membantu, berbagi, dan pola pergiliran. Menghemat sumber daya, yakni menggunakan benda-benda dan lingkungan secara tepat.

    Selain hal tersebut bermain juga meningkatkan rasa peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan menerima perbedaan individu, memahami masalah multi budaya. Bemain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut, bahwa anak-anak yang ketakutan, akan terkurangi rasa takutnya setelah mereka mengekspresikan ketakutannya itu dalam kegiatan bermain. Bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial. Bermain membantu perkembangan emosi yang sehat dengan cara menawarkan kesembuhan dari rasa sakit dan kesedihan.

    Bermain membantu anak mengenali diri mereka sendiri bermain mendorong anak untuk memahami dan menerima emosi mereka sendiri menimbulkan perkembangan diri yang lebih baik meningkatkan hubungan serta kapasitas mereka untuk menghadapi tekanan dan perubahan.

            4. Jenis-jenis permainan  

              Dalam Aulia Fadhil  (2010:22) disebutkan bahwa pada dasarnya semua jenis permainan mempunyai tujuan yang sama, yaitu bermain dengan menyenangkan, yang membedakan adalah pengaruh atau efek dari jenis permainan tersebut. Ada dua jenis permainan, yaitu  permainan aktif dan permainan pasif. Permainan pasif dan aktif ini hendaknya dilakukan dengan seimbang. Yang termasuk kategori permainan aktif permainan olah raga, dalam permainan olah raga anak mengembangkan kemampuan kinestetik dan pengembangan motivasi untuk menunjukkan keunggulan dirinya (penekanan bukan pada persainagan tapi pada kemampuan) memberi kekuatan pada dirinya sendiri serta belajar mengembangkan diri setiap waktu.

              Dan juga permainan perkelahian (body contact), permainan ini merupakan    jenis permainan modifikasi yang menuntut keseriusan anak untuk memenuhi kebutuhan kekuasaan. Hal tersebut sehat dan positif bagi anak, berguna untuk menguji keunggulan dan kekuatan alam sekitarnya, juga menguji kemampuan dan pemikiran anak dalam dunia nyata dengn segala akibatnya. Yang termasuk  kategori permainan pasif adalah permainan mekanis, yaitu permainan dengan alat teknologi   canggih seperti komputer, sekarang bukan lagi milik orang dewasa, tapi telah menjadi barang biasa buat anak-anak. Dan juga permainan fantasi, merupakan praktik permainan yang khusu dilakukan  sendiri. Permaian fantasi selain kreatif mengembangkan kemampuan sisi otak kanan, juga pembentukan kecerdasan interpersonal.

    Dalam Moeslichatoen (1999:37)  Gordon dan Browne (1985) mengemukakan pengolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak dalam 4 bentuk, yaitu : bermain secara solitair, yaitu anak bermain sendiri atau dibantu guru, bermain secara paralel, yaitu anak bermain sendiri-sendiri secara berdampingan, bermain asosiatif, yaitu bila anak bermain bersama dalam kelompoknya, bermain kooperatif, yaitu bila anak secara aktif menggalang hubungan dengan anak-anak lain untuk membicarakan, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan bermain.

    Dari kutipan-kutipan di atas diketahui bahwa bermain merupakan suatu metode yang tepat yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bagi anak dan dapat mewujudkan individu yang memiliki yang memiliki kualitas tinggi  di masa yang akan datang.

    D. KOLASE

    •    1. Pengertian kolase
    • Menurut Susanto dalam Syakir Muharrar (2013:8), menjelaskan Kata kolase yang dalam bahasa Inggris  di sebut Collage berasal dari kata Coller dalam bahasa perancis yang berarti"merekat". Selanjutnya kolase di pahami sebagai sebuah teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti: kertas, kain, kaca, logam dan lain sebagainya, atau dikombinasikan dengan penggunaan cat atau teknik lainnya.
    • Masih dalam Muharrar (2013:8), dijelaskan bahwa kolase adalah teknik menempel berbagai macam unsur ke dalam satu frame sehingga menghasilkan karya seni baru.Dengan demikian kolase adalah karya seni rupa yang dibuat dengan cara menempelkan bahan apa saja kedalam satu komposisi yang serasi sehingga menjadi suatu kesatuan karya.
    • Dalam Kamus Modern Art, A Collins-Larousse menjelaskan kolase (collage) adalah sebuah cabang dari seni rupa yang meliputi kegiatan menempel potongan-potongan kertas atau material lain untuk membentuk sebuah desain atau rancangan tertentu  Jadi kolase adalah seni rupa yang menggunakan teknik menempel atau merekatkan pada suatu media tertentu.
    • 2. Metode Kolase
    • Dalam Syakir Muharrar dan Sri Verayanti, (2013:21), mengemukakan bahwa metode yang digunakan untuk membuat kolase adalah Tumpang-tindih atau saling tutup (overlapping), penataan ruang (spatial arrangement), repetisi/pengulangan (repetition), komposisi/kombinasi beragam jenis tekstur dari berbagai material.


    •   3. Prinsip Rancangan Kolase
    • Dalam Syakir Muharrar (2013:27) dijelaskan bahwa prinsip rancangan kolase penting diperhatikan dalam menata komposisi suatu kolase, karena keindahan atau keunikan struktur dan keutuhan maknanya ditentukan oleh ketepatan dalam mengolah beragam unsur rupa sesuai prinsip rancangan. Berikut beberapa prinsip rancangan yang dapat diaplikasikan pada kolase yaitu keseimbangan, artinya kesamaan bobot dari berbagai unsure rupa yang dipadukan sehingga menjadi sebuah komposisi yang harmonis. Selanjutnya adalah pusat perhatian, unsur yang sangat menonjol, atau berbeda dengan unsure-unsur yang ada di sekitarnya.
    • Selanjutnya adalah irama, yaitu pengulangan unsure-unsur rupa yang diatur sedemikian rupa. Dan yang terakhir adalah kesatuan, susunan unsur-unsur rupa yang saling bertautan dan membentuk komposisi yang harmonis dan utuh, sehingga tidak ada bagian yang berdiri sendiri.
    • 4. Unsur Dasar Kolase
    •             Unsur-unsur rupa (Susanto dalam Syakir Muharrar 2013 : 24) yang terdapat pada kolase, adalah gelap-terang, tekstur, bidang, titik dan bintik, bentuk, garis, warna.
    • 5.  Jenis Kolase
    •             Selanjutnya Syakir Muharrar (2013:28), mengemukakan karya     kolase dapat dibedakan menjadi beberapa segi: yaitu segi fungsi, material, matra dan corak. Material (bahan) apa pun dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kolase asalkan ditata menjadi komposisi yang menarik atau unik. Berbagai material kolase tersebut akan direkatkan pada beragam jenis permukaan, seperti kayu,plastik, kertas, kaca, keramik, gerabah, karton, dan sebagainya asalkan relatif rata atau memungkinkan untuk ditempeli.
    •              Secara umum, jenis bahan baku kolase dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: bahan-bahan alam (daun, ranting, bunga kering, kerang, biji-bijian, kulit, batu-batuan, dan lain-lain), dan bahan-bahan bekas sintesis seperti : plastik, serat sintesis, logam, kertas bekas, tutup botol, bungkus permen/cokelat, kain perca, dan lain-lain. Berdasarkan Matra, jenis kolase dapat dibagi dua, yaitu kolase pada permukaan bidang dua dimensi (dwimatra) dan kolase pada permukaan bidang tiga dimensi (trimatra). Karya kolase untuk menghias kendi merupakan kolase pada permukaan bidang tiga dimensi.Sedangkan karya kolase pada permukaan datar untuk membuat hiasan dinding, misalnya dengan biji-bijian atau potongan perca, tergolong kolase dua dimensi.
    •             Menurut Soedarso dalam Syakir Muharrar (2006:101), dari segi fungsi, kolase dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni murni (fine art) dan seni pakai/terapan (applied art).Seni murni adalah suatu karya seni yang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistic. Orang menciptakan karya seni murni, umumnya, untuk mengekspresikan cita rasa estetis. Dan kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan.
    •               Fungsi kolase sebagai karya seni murni, semata untuk ditampilkan keindahan atau nilai estetisnya tanpa ada pertimbangan fungsi praktis.Karya ini mungkin hanya digunakan sebagai pajangan pada dinding atau penghias dalam ruangan. Sedangkan, seni terapan atau seni pakai (applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis.Kolase sebagai seni terapan berarti dibuat pada benda pakai yang mempunyai fungsi praktis.
    •            Aplikasi kolase sebagai seni terapan umumnya lebih menampilkan komposisi dengan kualitas artistik yang bersifat dekoratif. Sedangkan aplikasi kolase yang lebih bebas, sebagai seni murni, tampak lebih berani dalam mengeksplorasi ide-ide kreatif, bahan, dan teknik untuk menghasilkan karya kolase yang unik. Berdasarkan coraknya menurut Soedarso (dalam Syakir Muharrar:2006:106), wujud kolase dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu representatif dan nonrepresentatif. Representatif artinya menggambarkan wujud nyata yang bentuknya masih bisa dikenali. Sedangkan nonrepresentatif artinya dibuat tanpa menampilkan bentuk yang nyata, bersifat abstrak, dan hanya menampilkan komposisi unsur visual yang indah.


    • E. MEDIA 
    • 1. Pengertian Media
    •                Gearlach & Ely (1971) dalam M. Sobry Sutikno (2007:11) mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
    •             Dijelaskan pula oleh Raharjo dalam Kustandi (1989:25) bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Materi yang diterima adalah pesan instruksional, sedangkan tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses belajar. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis. Fotografis, atau elektronis untuk menangkap. memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
    •             Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar. Mengingat banyaknya bentuk-bentuk media tersebut, maka guru harus dapat memilihnya dengan cermat, sehingga dapat digunakan dengan tepat. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah, seperti: bahan pembelajaran (Instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-visual communication), alat peraga pandang (visual education), alat peraga dan media penjelas.
  •      2. Fungsi Media

    • Dalam proses pembelajaran, hadirnya media sangat diperlukan, sebab mempunyai peranan besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. 
    • Menurut M. Sobry Sutikno  (2013:106), ada beberapa fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan), mengatasi keterbatasan ruang, pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, waktu pembelajaran bisa dikondisikan, menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari siswa, melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
    •      3. Macam-macam Media
  • Selanjutnya masih dalam M. Sobry Sutikno (2013:108), dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media audio, visual, dan media audiovisual. Media Audio adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti: radio, casette recorder, piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti: film strip (film rangkai), foto, gambar, atau lukisan, cetakan. Sedangkan Media Audiovisual terdiri atas  Audio Visual Diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, sepert: film bingkai suara (sound slide), film rangkaian bergerak. Audio visual bergerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti: film suara dan video cassette.

      4. Prinsip-prinsip Pemilihan Media

    Prinsip-prisip dimaksud sebagaimana yang dikemukakan oleh  Nana Sujana (1991) dalam M. Sobry Sutikno (2013 :110), adalah yang pertama menentukan jenis media  dengan tepat, Artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran.b) Menetapkan atau mempertimbangkan subyek dengan tepat, Artinya : perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan siswa.c) Menyajikan media dengan tepat, Artinya : teknik dan metode penggunaan media dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan/materi, metode, waktu, dan sarana.d) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat  dan situasi yang tepat. Artinya: kapan dan dalam situasi mana media digunakan.

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan Media  Belajar

    Dalam M. Sobry Sutikno (2013:113) menyatakan bahwa, agar media pembelajaran yang dipilih itu tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan, perlu juga memperhatikan faktor-faktor berikut, yaitu  yang pertama objektivitas,  metode dipilih bukan atas kesenangan atau kebutuhan guru, melainkan keperluan sistem belajar. Yang kedua Program Pembelajaran, program pembelajaran yang akan di sampaikan kepada siswa harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik yang menyangkut isi, struktur maupun kedalamannya.

    Yang ketiga adalah sasaran program, media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan siswa, baik dari segi bahasa, simbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajian maupun waktu penggunaannya, yang keempat adalah situasi dan kondisi,  yakni situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan rungan yang akan dipergunakan, baik ukuran, perlengkapan maupun ventilasinya, situasi sertaa kondisi siswa yang akan mengikuti pelajaran baik jumlah, motivasi, dan kegairahannya.

    Yang kelima adalah kualitas Teknik,  barangkali ada rekaman suara atau gambar -- gambar yang kurang sempurna dan alat-alat lainnya yang perlu penyempurnaan sebelum digunakan. Misalnya suara yang kurang jelas atau gambar yang kurang jelas, Keadaannya sudah tidak layak pakai, keadaannya telah rusak, ketidak sesuaian dengan alat yang lainnya

    6.  Kriteria-kriteria Pemilihan Media yang Baik

    Nana Sujana  dan Ahmad Rivai dalam M Sobry Sutikno (2013:114), mengemukakan rumusan pemilihan media dengan kriteria-kriteria sebagai berikut, Ketepatan dengan tujuan pembelajaaran, artinya: media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dukungan terhadap isi materi pembelajaran, artinya; materi pembelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisai sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah di pahami siswa.

    Yang selanjutnya adalah kemudahan memperoleh media, artinya media yang di perlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah di buat oleh guru pada waktu membelajarkan. Ketrampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dpat menggunakan dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa.

    Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa media digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi antara anak dan guru dalam proses pembelajaran. Guru seringkali dihadapkan pada persoalan memilih media yang sesuai untuk pembelajaran untuk anak PAUD.

    Hal tersebut bukan karena ketidak mampuan guru melainkan karena media yang dibutuhkan sesuai dengan tingkat perkembangan anak memang tidak tersedia. Oleh karena itu guru harus bisa memecahkan masalah tersebut, dengan merancang, mengembangkan dan membuat sendiri media yang diperlukan terutama untuk media sederhana

    MEDIA DAUN JERUK

    • Daun jeruk merupakan daun yang berasal dari tanaman jeruk, dan sering digunakan sebagai bumbu pada beberapa makanan di Indonesia. Daun ini berwarna hijau tua, aromanya yang khas dan segar membuat daun jeruk banyak digunakan sebagai bahan campuran pada berbagai masakan, kue, dan makanan yang lain. Manfaat bagi kesehatan daun jeruk mengandung senyawa sitral dan limonene yang berkasiat untuk meringankan demam dan batuk.
  • Warna daun jeruk hijau tua menandakan daun sudah masak siap untuk di pasarkan, daun jeruk warna hijau tua lebih banyak mengandung unsur kimia dibandingkan dengan daun jeruk dengan warna hijau muda, senyawa kimia tersebut diantaranya asam sitrat, asam amino, minyak atsiri, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, saponin, flavonoid, gerani lasetat, vitamin B1 dan C. (Andrini, 2010)( http://eprints.umpo.ac.id/3220/2/BAB%20I.pdf# diunduh pada senin, 2 januari 2022 pukul 13.09 WIB)

    • Alasan Pemilihan MediaAlasan kami dalam memilih media daun jeruk adalah daun jeruk sangat mudah didapat, di sekitar lingkungan anak. Anak dapat mengenal daun dari buah jeruk yang biasa dikonsumsi setiap hari. Selain mengenal alam anak dapat memahami bagian-bagian daun jeruk. Dalam pengambilan daun jeruk anak akan menemukan bagian duri dalam tanaman jeruk maka kami ingatkan untuk hati-hati, kami berpendapat bahwa daun jeruk masih ramah anak karena daun jeruk mudah dijangkau tanpa terkena duri.
    • PENELITIAN YANG RELEVAN
    • Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik pada anak. Penelitian upaya menigkatkan kecerdasan kinestetik pada anak telah banyak dilakukan. Namun penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Adapun beberapa penelitian yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini antara lain penelitian Asriani Seknun, Ningsih Citra Widya, Nur Halimah..
    • Pertama, penelitian yang relevan yaitu skripsi karya Asriani Seknun (2021), Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar, "Penerapan Kegiatan Kolase Menggunakan Bahan Bekas Dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Aisyiyah Bustanul Athfaal III Paranga Dusun paranga, Desa Bone, Kecematan Bajeng, Kabupaten Gowa." Menyimpulkan bahwa Jenis penelitan ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada siklus I keseluruan hanya mencapai 50,69 % yang memenuhi kriteria mulai berkembang (MB). Sedangkan pada siklus II secara keseluruhan mencapai 75,69% dan telah memenuhi kriteria berkembang sesuai harapan (BSH). Berdasarakan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui penggunaan kegiatan kolase dari bahan bekas dapat meningkat.
    • Kedua NIngsih Citra Widya (2021), Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, "Efektifitas Teknik Kolase Dengan Media Bahan Alam Terhadap Kemampuan Menempel Anak." Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen dengan bentuk One Group Pretest Posttest Design. Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok tanpa ada kelompok pembanding. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 23 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, pretest dan posttest.
    • Berdasarkan hasil penelitian kenaikan rata-rata tertinggi terjadi pada indikator ketepatan menempel yaitu sebesar 14,85% dimana pada saat pretest terdapat 14 anak yang belum mampu menyesuaikan ukuran bahan dengan ukuran pola gambar, 11 anak belum mampu mengkolaborasikan bahan, 7 anak masih memerlukan bantuan dalam pengerjaan teknik kolase, 7 anak belum mampu menempelkan sesuai dengan pola dan ada 3 anak yang menempel tidak sesuai dengan tempatnya. Dan setelah dilakukan treatment terdapat 13 anak yang mampu menyesuaikan ukuran bahan dengan ukuran pola, 21 anak mampu mengkolaborasikan, 1 anak yang memerlukan bantuan dalam menyelesaikan kegiatan, 22 anak mampu menempel sesuai dengan pola dan 21 anak mampu menempel sesuai tempatnya
    • Ketiga, penelitian Idam Natalia (2022) Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,Universitas Katolik Indonesia St. Paulus yang berjudul, "Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Kegiatan Kolase Di TKN Mano". Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan mmenggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model ini terdiri dari empat komponen utama yang membentuk sebuah siklus. Keempat komponen tersebut terdiri dari: perencanaan,pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dengan setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Instrumen penelitiannya menggunakan lembar observasi.
    • Subyek dalam penelitianini adalah anak usia 4-5 tahun di TKN Mano. teknik pengumpulan data menggunakan teknik lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan terhadap keterampilan motorik halus anak, pada pratindakan, siklus I dan siklus II. Pada pratindakan capaian yang diperoleh anak berada pada kategori BB sejumlah 3 orang anak dengan presentase 37,5%, kategori MB sejumlah 2 orang dengan presentase 25%, kategori BSH sejumlah 2 orang dengan presentase 25%. Dan kategori BSB sejumlah 1 orang dengan prsentase 12,5%. Sedangkan siklus I anak yang mencapai ketuntasan belajar klasikal sejumlah 4 Orang anak dengan kategori MB dengan presentase 50% dan 4 orang anak berada pada kategori BSH dengan presentase 50%. Dan pada siklus II yang mencapai ketuntasan belajar klasikal sejumlah 7 Orang anak berada pada kategori BSH dengan presentase 87,5% dan 1 orang anak berada pada kategori BSB dengan presentase 12,5%. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kolase dalam pembelajaraan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TKN Mano.
    • Keempat, Jurnal penelitian yang berjudul "Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase Dengan Berbagai Media" disusun oleh Nur Halimah, Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelompok B3 TK ABA Ngoro-oro berjumlah 21 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan alat bantu observasi berupa foto. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Kriteria keberhasilan penelitian ini 75% dari anak kelompok B3 berkembang dengan baik sesuai harapan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan motorik halus meningkat setelah adanya tindakan melalui kegiatan permainan kolase yang memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar secara mandiri dan tanpa adanya tekanan.
    • Peningkatan tersebut terlihat dari data siklus I ke siklus II kemampuan motorik halus anak meningkat, skor rata-rata akhir yang diperoleh kemampuan motorik halus adalah 100% pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH). Dapat dikatakan bahwa penelitian ini berhasil karena skor yang diperoleh sudah mencapai angka yang ditentukan
    • HIPOTESIS
    • Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian adalah diduga dengan kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia dini.




    • KERANGKA BERPIKIR

    •   
        
       

                                                 
        
        
        
        
        

      •  
    •  

                                                 

      BAB III

      • Metode Penelitan 
      • Pendekatan Penelitian
    •                      Zainal Aqib (2011:3) mengemukakan, PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian adalah  kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

      Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
       Selanjutnya dalam Suharsimi Ariknto (2014:58) mengemukakan, Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah peneltian tindakan/ action research yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. 
       Jadi penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan didalam kelas oleh guru untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

      • Waktu dan Lokasi Penelitian
      • Waktu Penelitian
      • Penelitian dilakukan pada semester gasal yaitu dari bulan  september sampai dengan Desember 2020.
      • Lokasi Penelitian
      • Lokasi  penelitian dilakukan di TK Tunas Harapan Desa Proyonanggan Kecamatan Batang Kabupaten Batang Kelompok B.
      • C. Subyek Penelitian.
      • Mengingat Penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian tindakan kelas, maka lingkungan alamiah adalah sebagai data langsung dengan perspektif. Peristiwa-peristiwa (sosial dan pendidikan) yang merupakan kajian utama dalam hal ini yang dijadikan subyek penelitian adalah 12 siswa TK Tunas Harapan Proyonanggan yang terdiri dari laki-laki 6 perempuan 6.
      • D. Fokus Penelitian
      • Fokus yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
      • Tanggapan siswa dalam kegiatan pembelajaran motorik halus dengan kegiatan kolase dengan media daun jeruk.
      • Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran motorik halus melalui bermain kolase dengan media daun jeruk.

      • E. Sumber Data
      • Dalam Zainal Aqib (2008:203), sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat  diperoleh. Adapun sumber data dari penelitian ini antara lain :
      • a. Sumber data primer
      • Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Adapun sumber data primernya adalah siswa dan guru di TK Tunas Harapan Proyonanggan
      • b. Sumber data sekunder
      • Sumber data sekunder adalah sumber data dimana data yang dikumpulkan oleh peneliti diperoleh dari sumber pendukung, adapun yang termasuk sumber data sekunder yaitu buku-buku penunjang tentang kemampuan bahasa anak dan media gambar, arsip serta dokumen dari TK setempat untuk memperoleh data siswa.

        • Prosedur Penelitian 
      • Menurut Zainal Aqib (2008:183), mengatakan bahwa prosedur Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

        • Perencanaan Tindakan
      • Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam perencanaan adalah :
      • a. Membuat rencana kegiatan harian
      • b. Membuat instrumen observasi
      • c. Menentukan metode yang tepat untuk pembelajaran
      • d. Menyiapkan alat peraga yang cocok untuk kegiatan,
      • e. Menyusun instrumen penelitian
    • Langkah-langkah pembelajaran satu siklus:

      RPPH 1

      a. Anak memperhatikan guru

      b. Anak mendengarkan penjelasan dari guru

      c. Anak mendengarkan guru memberi contoh membuat kolase dengan media daun jeruk

      d. Anak memperhatikan guru cara mengerjakan tugas

      e. Anak menerima tugas dari guru

      f. Anak mengerjakan tugas membuat kolase dengan media daun jeruk

      g. Anak mengumpulkan hasil karyanya

      RPPH 2

      a. Anak memperhatikan guru menunjukan alat peraga.

      b. Anak mendengarkan penjelasan guru, tentang beermain kolase dengan media daun jeruk

      c.  Anak menerima tugas yang dibagikan oleh guru yaitu membuat kolase

      d.  Anak mengerjakan tugas.

      2.    Pelaksanaan Tindakan

       Menurut Zainal Aqib (2008:204), didalam melaksanakan penelitian ini peneliti dibantu satu orang guru serta didalam pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II juga dibantu oleh observer (terlampir). Fokus yang diobservasi adalah ketrampilan motorik halus melalui kegiatan bermain kolase dengan media kain perca .

      Didalam proses pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II dilaksanakan melalui tahap sebagai berikut :

      • Kegiatan awal
      • Anak melakukan kegiatan pembiasaan, seperti : berbaris dan masuk kelas
      • Berdoa sebelum kegiatan
      • Bercakap-cakap
      • Melakukan olah tubuh
      • Anak memperhatikan dan mendengarkan apersepsi
      • Menyanyi bersama
      • Kegiatan inti
      • Anak memperhatikan guru mennunjukkan alat peraga bermain kolase dengan media daun jeruk.
      • Anak memperhatikan guru mendemonstrasikan cara membuat kolase
      • Anak memperhatikan contoh dari guru cara mengerjakan tugas
      • Anak menerima tugas
      • Kegiatan akhir
      • Guru mengulas kegiatan dari awal sampai akhir bersama dengan anak
      • Anak berdoa sebelum pulang
    • Obsevasi/pengamatan

      • Masih dalam Zainal Aqib (2008:194)), metode ini dilakukan dengan panduan pengamatan (format, cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, atau pemetaan kelas.
    • Refleksi

      Selanjutnya dalam Zainal Aqib (2008:203), pada tahap ini guru melakukan analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran baik pada pra siklus, siklus I maupun hasil belajar siklus -- siklus selanjunya tergantung kebutuhan saat penelitian. Analisis yang dilakukan untuk mengkaji keberhasilan dan kelemahan tindakan, antara lain :

      Analisis data yang telah diperoleh untuk menentukan langkah tindakan yang lebih baik pada pembelajaran selanjutnya.

      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

      Mengevaluasi kinerja guru dan aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

      • Teknik pengumpulan Data
      • Metode Observasi
      • Metode observasi menurut Hamzah B. Uno, dkk.(1997:64) adalah proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau pengamat melihat suatu penelitian. Dalam metode ini dilakukan dengan pedoman pengamatan, catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, atau pemetaan kelas.
      • Metode Dokumentasi
    •             Metode dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (2011:176) adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dalam dokumen dan bukan tulisan dan gambar-gambar. Adapun dokumen yang dikaji dapat berupa daftar hadir, silabus, hasil karya anak, arsip, lembar kerja, dan hal-hal lain yang relevan dengan penelitian tindakan kelas.

              3. Wawancara / interview

                  Dalam Soeharsimi Ari Kunto (2010:132) wawancara  adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan secara langsung antara peneliti dengan subyek yang diteliti  agar diperoleh data valid dari terwawancara. Interview digunakan  untuk  membantu  siswa  untuk  mengklarifikasi  suatu  kejadian  atau  mengatasi  masalah  . Di  dalam  proses  interview guru  memantulkan  komentar  anak  berkenaan  dengan  kejadian  spesifik  dengan  bertindak  sebagai  fasilitator  dan  teman  didalam  pemecahan  masalah, guru  mendukung  anak  didalam  belajar  mengatasi  masalah  secara  mandiri (lembar wawancara terlampir).

      • Teknis Analisis Data
    • Menurut Zainal Aqib (2008:205), analisis data yang dilakukan meliputi analisis terhadap data primer dan data sekunder. Analisis data primer merupakan analisis hasil kegiatan  pengembangan motorik halus dengan menggunakan analisis deskriptif  komparatif yaitu membandingkan kegiatan anak sebelum dan sesudah tindakan. Analisis cat sekunder dengan menggunakan deskriptif kualitatif yaitu berdasarkan hasil observasi dan dilakukan refleksi dari beberapa kejadian dalam proses belajar mengajar.

      Masih dalam Zainal Aqib (2008:205) untuk  menghitung  prosentase  ketuntasan  belajar  siswa,  digunakan   rumus   sebagai berikut :

                      P =    x 100%

      Keterangan :

      P = Prosentase

      •  
      • Indikator Keberhasilan
    • Indikator  keberhasilan yang di harapkan adalah :

      • Indikator anak
      • Kemampuan anak dalam menempel sesuai pola
      • Kemampuan anak dalam menempel dengan rapi
      • Kemampuan anak dalam menempel dengan variasi
      • Indikator kinerja guru
      • Persiapan
      • Kemampuan guru menyiapkan kelas sesuai tema
      • Kemampuan guru menyiapkan murid
      • Kemampuan guru memberikan apersepsi
      • Kemampuan guru menyiapkan alat peraga.
      • Pelaksanaan
      • Menjelaskan kegiatan inti
      • Menggunakan alat peraga
      • Mengatur area dalam kegiatan belajar mengajar.
      • Penutup
      • Kemampuan guru mengulas kegiatan
      • Kemampuan guru melaksanakan penilaian pembelajaran siswa
      • Kemampuan guru menggunakan bahasa standar dan dapat dipahami anak
    • Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas yaitu sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa memperoleh nilai rata-rata.

       

       

       

       

       

      BAB IV

      HASIL DAN PEMBAHASAN

       

      A. Deskripsi Setting Penelitian

           1. Sejarah berdirinya TK Tunas Harapan

                     Asal mula berdirinya TK Tunas Harapan Proyonanggan Utara kecamatan Batang Kabupaten Batang berawal dari gagasan sebuah yayasan ibu-ibu PKK Katibayan Batang serta swadaya dari masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar mengusulkan agar di lingkungan mereka didirikan sebuah Taman Kanak-Kanak. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu kualitas generasi penerus bangsa dalam dunia pendidikan. Dilihat dari tempatnya, akan lebih meringankan bagi orang tua karena letaknya mudah dijangkau dan juga aman dari keramaian kendaraan. Jadi orang tua tidak khawatir meninggalkan anaknya belajar karena pada umumnya orang tua bekerja.

      2.  Visi dan Misi TK Tunas Harapan Batang

        1) Visi

      Meningkatkan ilmu pengetahuan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kwalitas pendidikan Taman Kanak-Kanak
       Misi TK Tunas Harapan Batang

      Meningkatkan kualitas pendidikan dan kebudayaan serta memperluas

      IPTEK dan imtaq serta perkembangan pendidikan

           3.  Tujuan TK tunas Harapan

                Tujuan TK Tunas Harapan Batang adalah :

      Meletakkan dasar dan menanamkan nilai-nilai agama dalam jiwa anak     secara  dini agar di kemudian hari menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

      Mengembangkan aktifitas, kreatifitas anak melalui berbagai kegiatan edukatif, agar anak memiliki ketrampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta pengembangan kehidupan di masyarakat di masa mendatang.

      Menyiapkan anak didik untuk mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kwalitas yang baik secara intelektual dan agamis.

      4.    Daftar Guru di TK Tunas Harapan

      Tabel 4.1

      Daftar Guru di TK Tunas Harapan

      No

      Nama

      Alamat

      Pendidikan

      Jabatan

      1

      Feri Listiyana S.Pd

      Proyonanggan Tengah

      S-1 Kependidikan

      Kepala Sekolah

      2

      Widiyati, S.Pd

      Kauman

      S-1 Kependidikan

      Guru Kelas

      3

      Mazidah, S.Pd

      Kauman

      S-1 Kependidikan

      Guru Kelas

      4

      Siti Nur Fatmah, S.Pd

      Proyonanggan Selatan

      S-1 Kependidikan

      Guru Kelas

      5

      Nurtatik, S.Pd

      Karang Asem Selatan

      S-1 Kependidikan

      Guru Kelas

      6

      Diyah Mawarsari

      Proyonanggan Tengah

      Masih Kuliah

      Guru Kelas

      7

      Sri Haryanti

      Proyonanggan Selatan

      Masih Kuliah

      Guru Kelas

      8

      Pudji Hastuti

      Denasri Wetan

      Masih Kuliah

      Guru Kelas

      5. Struktur Pengurus TK Tunas Harapan

      Tabel: 4.2

      Struktur Pengurus TK Tunas Harapan

      No

      Nama

      Alamat

      Jabatan

      1

      Harto Setiytono, BA

      Proyonanggan

      Kepala Desa

      2

      Hj. Umaleha

      Proyonanggan

      Ketua Yayasan

      3

      Alwiyah

      Proyonanggan

      Wakil Ketua

      4

      Hj. Danusri

      Proyonanggan

      Sekretaris

      5

      Umbur Haniyah

      Proyonanggan

      Bendahara

      6

      Herlina

      Proyonanngan

      Anggota

      7

      Rumiyati

      Proyonanggan

      Anggota

      8

      Sri Widodo

      Proyonanggan

      Anggota

      • Susunan Komite
    •                               Tabel: 4.3

                              Susunan Komite

      No

      Nama

      Alamat

      Jabatan

      1

      Harto Setiyono, BA

      Proyonanggan Utata

      Pelindung

      2

      Wahyudi

      Proyonanggan Utara

      Ketua komite

      3

      Wahyono

      Kauman

      Wakil Ketua

      4

      Amiril, S.Pd

      Karang Asem

      Sekretaris

      5

      Ayu Lestari

      Proyonanggan

      Bendahara

      6

      Wika Setianingsih

      Proyonanggan T

      Anggota

      Profil Lembaga

      Nama Lembaga     : TK Tunas Harapan

      Tahun Berdiri        :  7 Juli 1987

      No. Ijin Pendirian : 1937/103.25/DS/1995

      Status tanah dan luas tanah

      a. Status tanah             :Milik sendiri

      b. Luas Tanah              :305 m2

       c. Luas Bangunan       :168 m2   

             b. Gedung,  kondisi bangunan,  kondisi,  ruang kelas, dan lainnya

      Tabel: 4.4

      Gedung,  kondisi bangunan,  kondisi,  ruang kelas, dan lainnya

      No

      Ruang

      Jumlah

      Kondisi

      1.

      Kantor

      1 ruang

      Baik

      2.

      Kelas

      4 ruang

      Baik

      3.

      Ruang Guru

      1 ruang

      Baik

      4.

      Gudang

      1 ruang

      Sedang

      5.

      Kamar mandi / WC

      2 ruang

      Baik

       C. Kondisi alat bermain di dalam kelas

      Tabel: 4.5

      Kondisi alat bermain di dalam kelas

      No

      Nama

      Jumlah

      Kondisi

      1.

      Alat bermain di sudut ketuhanan

      1 set

      Baik

      2.

      Alat bermain di sudut keluarga

      1 set

      Baik

      3.

      Alat bermain di alam sekitar dan pengetahuan

      1 set

      Baik

      4.

      Alat bermain di sudut kebudayaan

      1 set

      Baik

      5.

      Alat bermain di pembangunan

      1 set

      Baik

      \

      Meubelair

      Tabel: 4.6

      Meubelair

      No

      Nama

      Jumlah

      Kondisi

      1.

      Meja Anak

      34 unit

      Baik

      2.

      Kursi Anak

      66 unit

      Baik

      3.

      Papan Tulis

      3 unit

      Baik

      4.

      Meja Pengajar

      6 unit

      Baik

      5.

      Kursi Pengajar

      6 unit

      Baik

      6.

      Rak Buku

      4 unit

      Baik

      7.

      Lemari

      4 unit

      Baik

      8.

      Meja tamu

      1 set

      Baik

      Meubelair bermain anak

                                                 Tabel: 4.7

      Meubelair bermain anak

      No

      Nama

      Jumlah

      Kondisi

      1.

      Jungkitan

      1 unit

      Baik

      2.

      Bola dunia

      2 unit

      Baik

      3.

      Perosotan

      2 unit

      Baik

      4.

      Ayunan

      6 unit

      Baik

      5.

      Papan titihan

      4 unit

      Baik

      Sarana elektronik

      Tabel: 4.8

      Sarana elektronik

      No

      Nama

      Jumlah

      Kondisi

      1

      TV

      1 unit

      Baik

      2

      Tape

      1 unit

      Baik

      3

      Speaker aktif

      1 unit

      Baik

      4

      Laptop

      2 unit

      Baik

      5

      VCD

      1 unit

      Baik

      Tabel 4.9

      Keadaan Peserta Didik Tahun Ajaran 2020/2021

      No.

      Kelas 

      Putra 

      Putri 

      Jumlah 

      1.

      B1

      4

      8

      12

      2.

      B2

      12

      17

      29

      3.

      B3

      8

      6

      14

      4.

      A

      9

      5

      14

      Jumlah

      33

      36

      69

       

      Deskripsi Hasil Penelitian.

      Data penelitian adalah data keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan bermain kolase. Jumlah responden yang diambil sebanyak 12 anak  sebagai mana pada bagian selanjutnya. Data penelitian ini terbagi dalam dua siklus penelitian dan didahului dengan kegiatan pra siklus dengan perincian sebagaimana tersebut di bawah ini:

      `1. Pelaksanaan Kegiatan Pra Siklus.

                  Kegiatan pra siklus ini dijadikan sebagai data keadaan awal subjek  penelitian, yaitu kemampuan bermain kolase. Kegiatan pra siklus ini dilakukan dengan menguji kemampuan anak bermain kolase.  Pada pelaksanaanya, responden harus  melakukan satu kegiatan saja yaitu bermain kolase dengan media daun jeruk.

                  Terdapat tiga buah kategori untuk penilaian, yaitu baik sedang dan kurang. Kategori baik jika anak dapat bermain kolase dengan baik  dan tanpa bantuan sama sekali. Kategori sedang jika responden dapat bermain kolase dengan arahan atau bantuan dari guru. Dan apabila responden tidak mampu membuat kolase maka termasuk kurang.

                  Dari pelaksanaan proses kegiatan bermain kolase pada kegiatan pra siklus peneliti memperoleh data bahwa responden masih mengalami kesulitan dalam membuat kolase. Hal ini membuktikan bahwa keterampilan motorik halus pada anak masih rendah. Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan, kemampuan motorik halus  anak masih sangat rendah berikut data hasil kegiatan prasiklus:

      Tabel 4.10

      Hasil Observasi Prasiklus

      • No
      • Aspek
      • Nilai
      • Baik
      • Sedang
      • Rendah
      • F
      • F
      • F
      • 1
      • Kemampuan anak dalam menempel sesuai pola
      • 4
      • 3
      • 5
      • 2
      • Kemampuan anak dalam menempel dengan rapi
      • 4
      • 5
      • 3
      • 3
      • Kemampuan anak dalam membuat variasi
      • 4
      • 4
      • 4

       

                             Keterangan Hasil Prosentase

      •                                                                                                                                             
      • Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat peningkatan kemampuan
      • motorik halus  anak usia dini di TK Tunas Harapan sebagai berikut:

      • Gambar 4.1
    • Hasil observasi pada kegiatan pra siklus pada aspek kemampuan anak dalam menempel sesuai pola memperoleh nilai baik adalah 4 anak dan nilai sedang sejumlah  3 anak dan nilai kurang 5 anak. Pada aspek kemampuan anak dalam menempel dengan rapi yang memperoleh nila baik sejumlah 4 anak dan dengan nilai sedang ada 5 anak  serta nilai kurang terdapat 3 anak.

      Pada aspek kemampuan anak dalam membuat variasi yaitu dengan nilai baik  4 anak dan dengan nilai sedang terdapat 4 anak dan dengan nilai kurang 4 anak. Sehingga kondisi pada pra siklus ini dapat dilihat bahwa anak yang baik/mampu hanya 33,33%.

      • Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
      • Proses penelitian yang peneliti lakukan berupa siklus-siklus. Dimana pada penelitian siklus pertama pembelajaran dilaksanakan dalam 2 (dua) pertemuan.
      • Pertemuan Pertama
      • ( 1 ) Perencanaan
      •  Pada perencanaan siklus I peneliti mulai melaksanakan penelitian sesuai dengan rencana penelitian yang telah dipersiapkan. Peneliti juga melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar dan indikator.
      •  Adapun perencanaan yang dibuat peneliti pada siklus I pertemuan pertama antara lain:

        • Membuat RPPH
        • Mempersiapkan media kegiatan
        • Menyiapkan Lembar Observasi sebagai berikut: Lembar Indikator Kinerja Pendidik, Lembar Indikator Kinerja Anak, Lembar Hasil Observasi Penilaian Anak Didik.
        • Pelaksanaan Tindakan I.
      • Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dilakukan hari  pada hari senin 5 Oktober 2020 diamati teman sejawat. Prosedur pelaksanaan penelitian tidakan kelas dilaksanakan meliputi 3 tahap, antara lain:

        •  Kegiatan Awal
        • Pembukaan dengan berdoa, salam ,absen dan menyanyi
        • Memberi motivasi belajar pada anak
        • Mempersiapkan media untuk kegiaan
        • Menjelaskan cara main kolase dengan media daun jeruk
        • Memberi apresiasi
        • Pendidik bercakap-cakap seuai tema dan sub tema
        • Mengadakan tanya jawab dengan tema
      • Kegiatan Inti

        • Pemilihan topik/indikator, yaitu menyebut dan kegiatan akhir
        • Pendidik menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan membuat kolase dengan media daun jeruk
      • Pelaksaan kegiatan baik secara individu maupun kelompok dengan arahan pendidik
      • Anak yang belum berhasil melakukan kegiatan diberi bimbingan oleh pendidik, peneliti dibantu oleh teman sejawat membimbing anak untuk tidak berebut dalam kegiatan dan tetap tenang.
      • Pendidik mengadakan tanya jawab sebagai evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan.

        • Kegiatan Akhir
      • Peneliti memberikan ulasan tentang bagaimana cara menempel sesuai pola. Sebelum pulang anak berdo'a pulang secara bersama-sama, anak mengucap salam.

        • Observasi
      • Dari tahap awal pengamatan, kemampuan anak dalam menempel sesuai pola, menempel dengan rapi dan membuat variasi dengan dua warna. Pada tahap penelitian siklus I pertemuan pertama di TK Tunas Harapan peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah dilkukan dengan mengisi format observasi, serta penilaian pada pertemuan pertama ini, untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
      • Tabel 4.11
      • Hasil Observasi siklus I pertemuan Pertama

        • No
        • Aspek
        • Nilai
        • Baik
        • Sedang
        • Rendah
        • F
        • F
        • F
        • 1
        • Menempel sesuai pola
        • 6
        • 4
        • 2
        • 2
        • Kemampuan anak dalam menempel dengan rapi
        • 5
        • 5
        • 2
        • 3
        • Kemampuan anak dalam membuat variasi
        • 4
        • 4
        • 4

        • Keterangan hasil presentase

        • Berdasarkan Tabel  di atas dilihat dapat diperoleh data sebagai berikut:
        • Pada aspek kemampuan anak dalam menempel sesuai pola  memperoleh nilai baik sejumlah 6 anak nilai sedang sejumlah 4 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 2 anak. Pada aspek kemampuan anak dalam menempel dengan rapi anak  yang memperoleh nilai baik sejumlah 5 anak, nilai sedang sejumlah 5 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 2 anak. Pada aspek  kemampuan anak dalam membuat variasi yang memperoleh nilai baik sejumlah 4 anak, nilai sedang sejumlah 4 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 4 anak.

          • Refleksi
        • Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran di TK Tunas Harapan Desa Proyonanggan Kecamatan Batang  pada siklus I pertemuan pertama, peneliti dan teman sejawat mengadakan refleksi dan evaluasi bahwa tingkat pencapaian hasil belajar dalam meningkatkan motorik halus anak dengan bermain kolase dengan media daun jeruk.
        • Berdasarkan pengamatan dengan teman sejawat dan hasil renungan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada  siklus I pertemuan pertama telah merefleksikan hal-hal sebagai berikut:
        • Pendidik masih kurang detail dalam menjelaskan langkah-langkah dalam membuat kolase dengan media daun jeruk.
        • Pendidik masih belum dapat mengkoordinir anak-anak dalam kelas.
        • Masih ada anak yang ramai sendiri dan tidak tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
      • Melihat hasil ketuntasan belajar pada siklus I pertemuan pertama masih rendah, maka penelitian dilanjutkan pada pertemuan ke dua.

        Gambar 4.2

        Hasil observasi pada siklus I pertemuan pertama

        2.  Pertemuan kedua

        • Perencanaan
      •  Adapun perencanaan yang dibuat peneliti pada siklus I pertemuan kedua antara lain:

        • Membuat RPPH
        • Mempersiapkan media untuk bermain kolase dengan media daun jeruk
        • Menyiapkan Lembar Observasi sebagai berikut: Lembar Indikator Kinerja Pendidik, Lembar Indikator Kinerja Anak, Lembar Hasil Observasi Penilaian Anak Didik.
        • Pelaksanaan Tindakan I.
      • Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua dilakukan hari kamis pada tanggal 7 Oktober 2020 diamati teman sejawat. Prosedur pelaksanaan penelitian tidakan kelas dilaksanakan meliputi 3 tahap, antara lain:

        • Kegiatan Awal
        • Pembukaan dengan berdoa, salam ,absen dan menyanyi
        • Memberi motivasi belajar padaa anak
        • Mempersiapkan media kegiatan
        • Memberi apresiasi
        • Pendidik bercakap-cakap sesuai tema dan sub tema
        • Mengadakan tanya jawab dengan tema
        • Kegiatan Inti
      • Peneliti memperlihatkan dan menjelaskan kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk.

        • Pemilihan topik/indikator,yaitu menyebut dan kegiatan akhir
        • Pendidik meyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk.
        • Pendidik menyiapkan Pemilihan topik/indikator
        • Pelaksanaan kegiatan baik secara individu maupun kelompok.
        • Anak yang belum berhasil melakukan kegiatan diberi bimbingan oleh pendidik, peneliti dibantu oleh teman sejawat membimbing anak untuk tidak berebut dalam kegiatan dan tetap tenang.
        • Pendidik mengadakan tanya jawab sebagai evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan.
        • Kegiatan Akhir
      • Peneliti memberikan ulasan tentang bagaimana cara bermain kolase dengan media daun jeruk. Sebelum pulang anak berdo'a pulang secara bersama-sama, anak mengucap salam, duduk dengan rapi untuk ditunjuk pendidik  bagi yang duduk dengan rapi akan ditunjuk pulang terlebih dulu. Pendidik mengadakan penilaian terhadap hasil belajar anak dan menganalisis pemahaman anak selanjutnya pendidik mengadakan tindak lanjut.

        • Observasi
      • Dari tahap awal pengamatan, penelitian ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format observasi, serta penilaian pada pertemuan pertama ini, untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
      • Tabel 4.12
      • Hasil Observasi siklus I Pertemuan Kedua

        •   No
        • Aspek
        • Nilai
        • Baik
        • Sedang
        • Rendah
        • F
        • F
        • F
        • 1
        • Menempel sesuai pola
        • 7
        • 4
        • 1
        • 2
        • Kemampuan anak dalam menempel dengan rapi
        • 6
        • 5
        • 1
        • 3
        • Kemampuan dalam membuat variasi dua warna
        • 6
        • 4
        • 2

        • Keterangan hasil presentase

        •   
        •  Berdasarkan Tabel  di atas dilihat presentase dalam peningkatan motorik halus anak dengan bermain kolase adalah sebagai berikut :
        •        Pada aspek kemampuan anak dalam menempel sesuai pola anak yang memperoleh nilai baik sejumlah 7 anak , nilai sedang sejumlah 4 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 1 anak.
        • Pada aspek kemampuan anak dalam menempel dengan rapi anak  yang memperoleh nilai baik sejumlah 6 anak , nilai sedang sejumlah 5 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 1 anak.
        • Pada aspek kemampuan anak dalam membuat variasi anak yang memperoleh nilai baik sejumlah 6 anak, nilai sedang sejumlah 4 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 2 anak.
        • Sehingga kondisi pada siklus I pertemuan kedua  ini dari semua aspek, nilai yang baik dengan prosentase 52,5%.

          • Refleksi
        • Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan kedua  dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan kegiatan bermain kolase peneliti mengadakan refleksi dan evaluasi
        • Berdasarkan pengamatan dengan teman sejawat dan hasil renungan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada  siklus I pertemuan kedua  telah merefleksikan hal-hal sebagai berikut:

          • Pendidik masih kurang detail dalam menjelaskan langkah-langkah bermain kolase dengan media daun jeruk  yang benar
        • Pendidik masih belum dapat mengkoordinir anak-anak dalam kelas.
        • Masih ada anak yang ramai sendiri dan tidak tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
        • Anak kurang memperhatikan pendidik disaat pendidik menerangkan bagaiman cara bermain kolase dengan media daun jeruk benar.
        • Anak masih kurang fokus disaat bermain membuat kolase dengan media daun jeruk.
        • Anak masih kurang tertarik dengan media yang disediakan pendidik.
        • Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka peneliti hal-hal sebagai berikut: (a) Mendampingi dan memperhatikan anak secara individual terutama bagi anak-anak yang masih mangalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan bermain kolase dengan benar, (b) Merancang pembelajaran dengan memperhatikan kondisi anak dengan cara mengurangi rentang waktu kegiatan bermain, (c) Merevisi kembali semua indikator yang belum tercapai.
        • Melihat hasil ketuntasan belajar pada siklus I pertemuan kedua masih rendah, maka penelitian dilanjutkan pada pertemuan ke siklus ke II


      • Gambar 4.3

        Hasil observasi pada kegiatan siklus I pertemuan kedua

        • Deskripsi  Hasil Penelitian Siklus II
        • Proses penelitian  fungsi bermain kolase dengan media daun jeruk dalam meningkatkan motorik halus anak usia dini di kelompok B TK Tunas Harapan Proyonanggan Kecamatan Batang  dilakukan berupa siklus-siklus. Dimana pada penelitian siklus kedua pembelajaran dilaksanakan dalam 2 (dua) pertemuan. 
        • Pertemuan Pertama

          • Perencanaan
        • Pada perencanaan siklus II peneliti mulai melaksanakan penelitian sesuai dengan rencana penelitian yang telah dipersiapkan. Adapun perencanaan yang dibuat peneliti pada siklus II  pertemuan pertama antara lain:

          • Membuat RPPH
          • Mempersiapkan media untuk bermain kolase dengan daun jeruk
          • Menyiapkan Lembar Observasi sebagai berikut: Lembar Indikator Kinerja Pendidik, Lembar Indikator Kinerja Anak, Lembar Hasil Observasi Penilaian Anak Didik.
          • Pelaksanaan Tindakan .
        • Pelaksanaan tindakan siklus II  pertemuan pertama  dilakukan hari  senin  pada Tanggal 19 Oktober  2020 diamati teman sejawat. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan meliputi 3 tahap, antara lain:

          • Kegiatan Awal
          • Pembukaan dengan berdoa, salam ,absen dan menyanyi
          • Memberi motivasi belajar pada anak
          • Mempersiapkan media untuk kegiatan kolase dengan media daun jeruk
          • Memberi apresiasi
          • Pendidik bercakap-cakap sesuai tema dan sub tema
          • Mengadakan tanya jawab dengan tema
          • Kegiatan Inti
        • Peneliti memperlihatkan dan menjelaskan cara bermain kolase dengan variasi

          • Pemilihan topik/indikator, yaitu menyebut dan Kegiatan Akhir
          • Pendidik menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk,
          • Pelaksanaan kegiatan baik secara individu maupun kelompok dengan arahan pendidik
          • Anak yang belum berhasil melakukan kegiatan diberi bimbingan oleh pendidik, peneliti dibantu oleh teman sejawat membimbing anak untuk tidak berebut dalam kegiatan dan tetap tenang.
          • Pendidik mengadakan tanya jawab sebagai evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan.
          • Kegiatan Akhir
        • Peneliti memberikan ulasan cara bermain kolase dengan media daun jeruk dengan benar. Sebelum pulang, anak berdo'a, mengucap salam. Pendidik mengadakan penilaian terhadap hasil belajar anak dan menganalisis pemahaman anak selanjutnya pendidik mengadakan tindak lanjut.

          • Observasi
        • Pada tahap penelitian ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah dilkukan dengan mengisi format observasi, serta penilaian pada pertemuan pertama ini, untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
        • Tabel 4.13
        • Hasil Observasi  Siklus II Pertemuan Pertama

          • No
          • Aspek
          • Nilai
          • Baik
          • Sedang
          • Rendah
          • F
          • F
          • F
          • 1
          • Menempel sesuai pola
          • 9
          • 3
          • 0
          • 2
          • Kemampuan anak dalam menempel dengan rapi
          • 8
          • 3
          • 1
          • 3
          • Kemampuan anak dalam bermain kolase dengan variasi
          • 8
          • 3
          • 1

          • Keterangan hasil presentase

          •         Berdasarkan Tabel  di atas dilihat presentase dalam peningkatan motorik halus di kelompok B TK Tunas Harapan Proyonanggan Utara Kecamatan Batang Kabupaten Batang  pada siklus II  pertemuan pertama yaitu :
          •        Pada aspek kemampuan anak menempel sesuai pola anak yang memperoleh nilai baik sejumlah 9 anak, nilai sedang sejumlah 3 ana dan pada nilai anak yang rendah sudah tidak ada lagi.
          • Pada aspek kemampuan anak menempel dengan rapi  anak  yang memperoleh nilai baik sejumlah 8 anak, nilai sedang sejumlah 3 anak  dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 1 anak.
          • Pada aspek kemampuan anak dalam bermain kolase dengan variasi anak yang memperoleh nilai baik sejumlah 8 anak, nilai sedang sejumlah 3 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 1 anak.

            • Refleksi
          • Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama, peneliti dan teman sejawat mengadakan refleksi dan evaluasi bahwa tingkat pencapaian hasil belajar meningkatkan motorik halus anak
          • Berdasarkan pengamatan dengan teman sejawat dan hasil renungan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada  siklus II pertemuan pertama telah merefleksikan hal-hal sebagai berikut:

            • Pendidik masih kurang detail dalam menjelaskan langkah-langkah bermain kolase dengan media daun jeruk yang benar
          • Pendidik masih belum  mengkoordinir anak-anak dalam kelas.
          • Masih ada anak yang ramai sendiri dan tidak tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
          • Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka peneliti hal-hal sebagai berikut:
          • Mendampingi dan memperhatikan anak secara individual terutama bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan kolase dengan media daun jeruk.
          • Merancang pembelajaran dengan memperhatikan kondisi anak dengan cara mengurangi rentang waktu kegiatan bermain.
          • Merevisi kembali semua indikator yang belum tercapai
          • Melihat hasil ketuntasan belajar pada siklus II pertemuan pertama masih belum tercapai indikatornya, maka penelitian dilanjutkan pada pertemuan ke dua
        • Gambar 4.4

          Hasil observasi kegitan pada siklus II pertemuan pertama.

          • Pertemuan kedua

            • Perencanaan
          •    Pada perencanaan siklus II peneliti mulai melaksanakan penelitian sesuai dengan rencana penelitian yang telah dipersiapkan. Adapun perencanaan yang dibuat peneliti pada siklus II pertemuan kedua antara lain:

            • Membuat RPPH
            • Mempersiapkan media untuk bermain kolase dengan daun jeruk
            • Menyiapkan Lembar Observasi sebagai berikut: Lembar Indikator Kinerja Pendidik, Lembar Indikator Kinerja Anak, Lembar Hasil Observasi Penilaian Anak Didik.
            • Pelaksanaan Tindakan II.
          • Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua dilakukan hari Kamis pada Tanggal 21 Oktober  2020 diamati teman sejawat. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan meliputi 3 tahap, antara lain:

            • Kegiatan Awal
            • Pembukaan dengan berdoa, salam ,absen dan menyanyi
            • Memberi motivasi belajar pada anak
            • Mempersiapkan media untuk bermain kolase dengan media daun jeruk
            • Memberikan apersepsi
            • Pendidik bercakap-cakap sesuai tema dan sub tema
            • Mengadakan tanya jawab dengan tema
            • Kegiatan Inti
            • Pemilihan topik/indikator, yaitu menyebut dan kegiatan lain
            • Pendidik menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk
            • Pendidik menyiapkan Pemilihan topik/indikator, yaitu menyebut dan kegiatan akhir
            •  Pelaksaan kegiatan baik secara individu maupun kelompok dengan arahan pendidik
            • Anak yang belum berhasil melakukan kegiatan diberi bimbingan oleh pendidik, peneliti dibantu oleh teman sejawat membimbing anak untuk tidak berebut dalam kegiatan dan tetap tenang.
            • Pendidik mengadakan tanya jawab sebagai evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan.
            • Kegiatan Akhir
          • Peneliti memberikan ulasan tentang bagaimana cara bermain kolase dengan kain perca. Sebelum pulang anak berdo'a pulang secara bersama-sama, anak mengucap salam, duduk dengan rapi untuk ditunjuk pendidik  bagi yang duduk dengan rapi akan ditunjuk pulang terlebih dulu. Pendidik mengadakan penilaian terhadap hasil belajar anak dan menganalisis pemahaman anak selanjutnya pendidik mengadakan tindak lanjut

            • Observasi
          •  Pada tahap penelitian ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format observasi, serta penilaian pada pertemuan kedua  ini, untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
          • Tabel 4.14
          • Hasil Observasii Siklus II  Pertemuan kedua

            • No
            • Aspek
            • Nilai
            • Baik
            • Sedang
            • Rendah
            • F
            • F
            • F
            • 1
            • Menempel sesuai pola
            • 10
            • 2
            • 0
            • 2
            • Kemampuan anak dalam menempel dengan rapi
            • 10
            • 1
            • 1
            • 3
            • Kemampuan anak dalam membuat variasi
            • 10
            • 1
            • 1
            • Keterangan hasil presentase

            •         Berdasarkan Tabel  di atas dilihat presentase dalam peningkatan motorik halus anak dapat dilihat sebagai berikut :
            •        Pada aspek menempel sesuai pola anak yang memperoleh nilai baik sejumlah 10 anak, nilai sedang sejumlah 1 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 0.
            • Pada aspek menempel dengan rapi anak  yang memperoleh nilai baik sejumlah 10 anak, nilai sedang sejumlah 1 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 1 anak.
            • Pada aspek bemain kolase dengan variasi anak yang memperoleh nilai baik sejumlah 10 anak, nilai sedang sejumlah 1 anak dan pada nilai anak yang rendah sejumlah 1 anak.
            • Sehingga kondisi pada siklus II pertemuan kedua ini dari semua aspek, nilai yang baik prosentasenya adalah 83,3% jadi pada pertemuan kedua dari siklus II ini mengalami ketuntasan dari indikator keberhasilan 75% dengan mencapai hasil 85,72%  artinya anak didik kelompok B TK Tunas Harapan melalui kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk sudah mengalami ketuntasan dalam pembelajarannya sehingga tidak perlu melanjutka ke siklus berkutny        

              • Refleksi
            • Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua, peneliti dan teman sejawat mengadakan refleksi dan evaluasi bahwa tingkat pencapaian hasil belajar. Berdasarkan pengamatan dengan teman sejawat dan hasil renungan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada  siklus II pertemuan kedua telah merefleksikan hal-hal sebagai berikut:

              • Pendidik menjelaskan langkah-langkah kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk dengan jelas.
            • Pendidik  sudah dapat mengkoordinir anak-anak dalam kelas.
            • Hasil yang dicapai sudah mencapai indikator  dan mencapai ketuntasan
            • Gambar 4.5
            • hasil observasi kegiatan kolase siklus ke II
            • Hasil Penelitian
            •        Pada peningkatan motorik halus di kelompok B TK Tunas Harapan  dilaksanakan dengan melalui 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Adapun analisis dari siklus I dan II yaitu:
            • Analisis Siklus I
            •        Pada siklus I upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak dilakukan  2 pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua.
            •        Dalam Pertemuan pertama siklus I dalam peningkatan motorik halus dalam kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk anak pada pertemuan satu untuk yang mendapat nilai baik sudah menunjukkan peningkatan untuk menempel sesuai pola ada 6 anak, kemampuan menempel dengan rapi ada 5 anak, dan kemampuan anak dalam membuat variasi ada 4 anak. Ada 41% rata-rata dari anak yang telah mampu melampaui indicator yang ada.
            •               Dalam Pertemuan kedua Siklus I dalam peningkattan motorik halus dengan kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk yang mampu menempel sesuai pola ada 7 anak,  menempel dengan rapi ada 6 anak dan mampu membuat variasi ada 6 anak. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus I pertemuan dua ada peningkatan menjadi 52,5%, hal tersebut terlihat dari anak yang telah mampu melampaui indicator yang ada.
            • Analisis Siklus II
            •        Pada siklus II  peningkatan motorik halus anak dalam kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua.
            •        Dalam Pertemuan pertama Siklus II dalam peningkattan motorik halus dengan kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk yang mampu menempel sesuai pola ada 9 anak,  menempel dengan rapi ada 8 anak dan mampu membuat variasi ada 8 anak. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari anak yang berhasil melampaui indikator yaitu 72,5%.

              • Dalam Pertemuan kedua Siklus II dalam peningkattan motorik halus dengan kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk yang mampu menempel sesuai pola ada 10 anak,  menempel dengan rapi ada 10 anak dan mampu membuat variasi ada 10 anak. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan, yaitu 83,3%.
            • PEMBAHASAN 
            •                  Pada penelitian prasiklus  diketahui bahwa hanya 33,3% anak yang mampu melakukan kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk atau hanya sekitar 4 anak dari 12 anak. Setelah dilakukan penelitian siklus I pertemuan pertama diperoleh prosentase sebesar 41% dan pada pertemuan kedua diperoleh prosentase kenaikan sebesar 52,5%. Maka dapat diketahui ada kenaikan sebesar 11,05%. Namun belum mencapai standar keberhasilan yaitu 75%. Maka perlu diadakan penelitian siklus yang ke II.
            •             Dari hasil siklus II pertemuan pertama diperoleh prosentase sebesar 72,5% dan pada pertemuan kedua sebesar 83,3%. Dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan sebesar 10,8%. Maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini berhasil karena melampaui standar keberhasilan yaitu 75%. Pencapaian yang belum dapat memperoleh standar keberhasilan 100% karena ada sebab tertentu. Ada 2 anak atau sekitar 16% yang belum mencapai standar indikator keberhasilan karena anak kesulitan dalam berkonsentrasi dan anak kesulitan memegang benda kecil, serta anak kurang mandiri dalam mengikuti pembelajaran. Artinya anak masih ditunggu orang tua dan dalam melakukan kegiatan pembelajaran orang tua masih sering terlibat seperti tangan orang tua ikut menuntun saat anak melakukan kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk.
            •             Dari pembahasan diatas disepakati bahwa pencapaian ketuntasan belajar anak telah melampaui batas minimalnya, maka peneliti tindakan kelas yang dilaksanakan di Tk Tunas Harapan Kabupaten Batang berhenti pada siklus II.
          • Pada akhir siklus II terlihat adanya peningkatan yang signifikan yaitu 83,3% dalam peningkatan motorik halus anak yang dilakukan melalui kegiatan bermain kolase dengan media daun jeruk. Hal ini dikarenakan bermain kolase dengan media daun jeruk merupakan hal yang baru bagi anak sehingga rasa ingin tahu anak timbul. Selain itu kegiatan ini sangat mudah dilakukan, dan sudah sesuai dengan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak.

            BAB V

                                         PENUTUP

            Kesimpulan

                        Disimpulkan bahwa melalui bermain kolase dengan media daun jeruk dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini di Kelompok B TK Tunas Harapan Proyonanggan Batang. Dengan prosentase keberhasilan mencapai 83,3% maka artinya tingkat kenaikan ini telah mencapai kriteria baik sekali. Sehingga perbaikan pada siklus selanjutnya tidak perlu dilakukan.

            Saran

            Demi tercapainya suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan demi tercapainya tujuan yang diharapkan maka penulis memberikan saran-saran. Yang pertama untuk guru/ pendidik. Guru/pendidik hendaknya memperkaya pengetahuannya agar dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif, variatif, inovatif dan menyenangkan sehingga meningkatkan minat belajar anak. Guru/pendidik hendaknya senantiasa memberikan pendampingan kepada anak didik secara berkesinambungan. Guru/ pendidik hendaknya lebih memahami karakter masing-masing anak untuk menghindari kesalahan dalam mengarahkan anak.
             Yang kedua bagi orang tua. Orang tua hendaknya memberi kebebasan kepada anak dan tidak terlalu memaksakan kehendaknya. Orang tua hendaknya aktif berkomunikasi dengan guru/ pendidik agar bisa menyamakan sudut pandang dan tujuan dalam pembelajaran anak. Orang tua hendaknya memberikan dukungan terhadap segala program sekolah. Selain itu orang tua harus memberiakan pengertian pada anak agar bersikap mandiri dengan cara yang halus. Orang tua juga harus membiasakan anak untuk mandiri dan memberi kepercayaan pada anak bahwa dia mampu melakukan kegiatan tersebut.

            Bagi sekolah hendaknya senantiasa memberikan fasilitas, sarana, dan prasarana dalam pembelajaran yang memadai. Sekolah  hendaknya lebih memperhatikan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pendidik tanpa melupakan perhatian akan kesejahteraan mereka agar dapat bertugas dengan baik dan profesional.

             

             

             

             

             

            DAFTAR PUSTAKA

            Andang Ismail. 2009. Education Games Panduan Praktis Panduan Praktis Permainan Yang Menjadikan Anak Anda Cerdas. Yogyakarta. Pro-U Media.

             

            Aulia Fadhil. 2010. Koleksi Games Kreatif dan Seru. Yogyakarta : Pustaka Media.

            Ditjend PAUNI. 2013.Manajemen Anak Usia Dini. Jakarta Ditjend Paud.


            •     Fadlillah, dkk. 2014. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini : Menciptakan Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

            • Juan Fernando (2011), Bermain Sains di Rumah, Octopus : Yogyakarta

            • Kustandi, C. dan Sutjipto, B. 2011.Media Pembelajaran; Manual dan Digital Edisi Kedua.Bogor : Ghalia Indonesia.

            • May Lewinn dkk. 2008.  Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Dasar. Jakarta.Indeks.

            • Moeslichatoen.1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak.Jakarta : Rineka Cipta.

          • Musfiroh, T. (2008), Cerdas Melalui Bermain, PT. Gramedia: Jakarta

            • Riany Ariesta 2009. Alat Permainan Edukatif Lingkungan Sekitar.Bandung:PT Sandiarta Sukses.

            • Sobry Sutikno, M. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistik

            • Suharismi, Arikunto.2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Perkasa

            • Sumantri, Ms. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas, Dirjen Dikti
          • Syakir Muharrar. 2013. Kreasi Kolase, Mozaik dan Montase.Jakarta : Erlangga

            Wiyani Novan Ardy. 2015. Manajemen PAUD Bermutu. Yogyakarta. Penerbit Gava Media.

            Zainal Aqib dkk.. 2011. Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD. Bandung : Nuansa Aulia                                                                  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun