Mohon tunggu...
Anggara Gita Arwandata
Anggara Gita Arwandata Mohon Tunggu... Administrasi - casanova

Tukang Balon di IG @nf.nellafantasia dan perakit kata di @kedaikataid. Dapat ditemui di Twitter @cekinggita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Pengusaha Biar Apa?

28 Maret 2018   14:50 Diperbarui: 28 Maret 2018   22:40 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
*sumber foto https://www.pexels.com

Meminjam uang dari bank, saya kira, merupakan jalan keluar paling cepat bagi anak-anak muda yang orang tuanya tidak bisa memberi modal usaha. Tapi ya itu, kalau melihat cerita teman saya yang tertipu tadi, yang jadi persoalan kemudian adalah bagaimana cara mengelola uang modal dengan tepat? Bagaimana cara kita mengetahui apa yang kita lakukan sudah di jalan yang benar? Karena jangan sampai tiba-tiba bisnis berhenti total di tengah jalan, lalu kita kelabakan membayar tagihan dari bank.

Oleh karenanya, menurut saya, membuat business plan sangatlah penting. Business plan juga merupakan modal yang mesti dimiliki anak-anak muda yang hendak berbisnis walaupun bisnisnya cuma level ecek-ecek. Dengan business plan kita dapat mengatahui apakah langkah-langkah yang diambil sudah sesuai jalur atau melenceng. Kita juga bisa mengetahui sejak awal, apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Dengan business plan kita juga dapat mengetahui apakah bisnis kita berkembang atau jalan di tempat. Akan tetapi apakah business plan saja cukup? Ya tentu saja tidak. 

Business plan berguna hanya untuk gambaran awalnya saja. Ya namanya juga plan. Rencana. Masih ada begitu banyak hal penting yang mesti dikuasai dan akan dihadapi, namun tidak tercantum di atas kertas. Softskill seperti displin waktu, bertanggung jawab, ketekunan, keramahan, akan sangat diperlukan dalam berbisnis, namun tidak tertuang di business plan. Juga betapa pentingnya mencatat seluruh uang yang keluar dan masuk, kemampuan memilih bahasa yang tepat saat menjual dan menanggapi keluhan, kemampuan menganalisis masalahan dan penyelesaiannya, bagaimana cara menjaga relasi, dan penguasaan-penguasaan berbagai hardskill juga tidak tercantum di atas kertas rencana bisnis kita, namun sangat amat diperlukan.

Beruntung bagi yang punya orang tua pebisnis atau profesional yang bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing bisnis anaknya. Lah kalau yang tidak gimana? Ya mau tidak mau anak-anak muda sebelum berbisnis harus mencari pengalaman kerja terlebih dahulu. Di mana? Ya di mana-manalah. Jaga warung bisa, jadi SPG bisa, jadi admin warnet bisa, pegawai kantoran juga bisa, apapunlah. Karena dari pengalaman kerja itulah anak-anak muda mendapat pelajaran nyata tentang hal-hal apa yang diperlukan dan akan dihadapi ketika berbisnis. Dan yang paling penting lagi, pengalaman kerja akan menambah wawasan dan relasi, yang mana kedua hal itu termasuk modal yang harusnya sudah dimiliki oleh anak-anak muda sebelum memulai bisnis. 

Seandainya saya tidak bekerja kantoran sebelum memulai bisnis, saya tidak akan tahu bagaimana cara membuat proposal penawaran, bagaimana membuat invoice, bagaimana membuat presentasi yang efektif dan menarik, dan saya tidak akan kenal dengan banyak orang dari berbagai perusahaan yang akhirnya sekarang menggunakan produk-produk dagangan saya. 

Saya juga merasa terbantu dengan pengalaman bekerja sebagai karyawan kantoran walaupun produk yang dijual oleh kantor saya dulu berbeda jauh dengan produk yang saya jual sekarang. Coba bayangkan betapa beruntungnya orang-orang yang bisnis pribadinya sejalan dengan pengalaman kerjanya. Misal, yang dulu kerjanya di pabrik kertas, kemudian bikin bisnis percetakan. Yang dulunya bekerja di perusahaan distributor elektronik, lalu kemudian membuka usaha toko elektronik. Atau bisa juga yang dulunya bekerja sebagai programmer, kemudian membuka jasa bikin website. Enak banget pasti.

Selain itu, dari bekerja anak-anak muda juga dapat mengumpulkan uang untuk kebutuhan modal bisnisnya. Kalau kita tidak mau berhutang ke bank, ya satu-satunya cara harus menyisihkan sedikit demi sedikit dari gaji. Dan lagi pula bila ingin pinjam KTA, kita harus kasih slip gaji. Artinya kita harus bekerja kantoran dulu, baru bisa pinjam KTA. Dengan kata lain, menurut saya, vital sekali bagi anak-anak muda untuk bekerja terlebih dahulu sebelum memulai bisnisnya.

Saya dulu malah baru berani resign dari kantor setelah bisnis ecek-ecek yang saya rintis telah berjalan sekitar 2,5 tahun. Jadi selama 2,5 tahun itu pikiran dan waktu saya terbelah di pekerjaan kantor dan bisnis pribadi. Merepotkan memang, tapi itulah jalan yang paling aman menurut saya.

Saya ingin berjaga-jaga saja bila seapes-apesnya bisnis saya gagal, saya tetap dapat membayar tagihan bank dengan menggunakan gaji kantor. Kala itu setelah merasa bisnis mulai lancar dan punya cukup tabungan untuk hidup ala kadarnya setidaknya setahun ke depan, baru deh saya berani resign. Cari aman tidak ada salahnya kan? Ya terkecuali kita punya orang tua tajir yang mau kasih modal dan membimbing kita, serta menjamin kita tetap dapat hidup walau usaha bangkrut sebelum berkembang. Kalau kondisinya seperti itu gak perlu-perlu amat lah kita kerja kantoran dulu sebelum memulai bisnis.

Merebaknya konsultan bisnis
Melihat begitu hijau dan ringkihnya pebisnis-pebisnis muda level ecek-ecek ini, lalu bermuculanlah konsultan-konsultan bisnis dengan aneka label. Ada yang menyebut dirinya konsultan, ada yang menyebutnya dirinya mentor, ada juga yang motivator. Jualannya sih sama saja, menawarkan kesuksesan bagi orang-orang yang hendak berbisnis. Jadi, ternyata, orang yang hendak memulai bisnis adalah bisnis bagi pihak lain. Zzz.

Waktu awal-awal memulai bisnis, saya sering tuh datang ke seminar-seminar bisnis. Para pembicaranya alih-alih memberi tips dan trik bagaimana cara menjalankan bisnis yang tepat, eh malah mengumbar betapa enaknya berbinis. Bisa bikin cepat kaya raya, hidup santai tapi uang jalan terus, dll. Malahan ada seminar bisnis yang tidak menyinggung sama sekali bagaimana cara berbinis dengan tepat. Jadi selama tiga jam isinya hanya mengumbar angin-angin surga. Alhasil sepulangnya dari seminar, anak-anak muda kian bersemangat memulai bisnis, tapi tetap tidak tahu apa-apa. Hvft!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun