Aku kembali membolak-balikkan tubuhku. Setelah memejamkan mata begitu lama, aku masih belum bisa tertidur. Aku terus-menerus memikirkan lelaki pembobol tembok SEKTOR 4. Tak lama setelah aku mencoba menerka pelaku di balik pembobolan tembok, aku mendengar suara dentuman keras dari luar kamar.
"Astaga, suara apa itu?!", ucapku sambil berjalan keluar dari kamar.
Aku memijakkan kaki secara perlahan. Jantungku berdegup begitu kencang. Siapa yang datang kerumahku tengah malam seperti ini? Aku menyadari lampu dapurku yang mengedip. Ini sangat aneh. Setelah berdiam cukup lama, aku merasakan tepukan kecil di pundakku. Secara spontan, aku melawan dan memutar tangan pelaku itu hingga ia merintih kesakitan.
"Ampun, ampun, tolong lepaskan tanganku! Aku hanya ingin meminta bantuan!"
"Siapa kamu! Jangan macam-macam!", ujarku sedikit berteriak.
"Namaku Daan Mogot, dan aku membutuhkan bantuan kalian!", jawabnya sambil menahan sakit.
"Bantuan? Apa yang kamu bicarakan?", tanyaku.
"Mungkin ini akan terdengar gila, tetapi aku berasal dari tahun 1945. Aku butuh bantuan kalian untuk melindungi Indonesia dari tangan Jepang!", ujarnya dengan cepat.
"Jangan main-main! Omong kosong apa yang kamu bicarakan?", tanyaku dengan kesal.
"Aku serius! Bawa aku ke pertemuanmu hari ini dan akan kujelaskan semuanya.", jelasnya dengan hati-hati.
"Awas kalau semua ini ternyata hanya permainanmu!", ujarku dengan marah.