"Kita sudah tidak belajar sejarah mengenai Belanda, Jepang, dan sebagainya sejak tahun 2007. Kita hanya mempelajari sejarah saat dan setelah tahun itu. Aku mengetahui kata itu pun karena aku belajar secara diam-diam di perpustakaan keluargaku.", ujarku menjelaskan.
"Apa yang terjadi di Indonesia?", tanya Daan dengan lesu.
"Sudah, sudah. Waktu kita tidak banyak, lebih baik kita fokus ke misi ini dahulu.", ujarku sambil berjalan keluar.
"Hei, Kaia! Sebentar dulu, tadi aku meminta Nakula dan Tanaka untuk mengirim kita kesini karena semua perlengkapan untuk melawan Jepang ada disini. Ayo, kita ambil beberapa senjata.", ujar Daan dengan sedikit membisik.
Aku dan Daan pun mengambil beberapa perlengkapan dan berjalan keluar dari markas. Saat tengah malam, jalanan di Jakarta akan semakin berbahaya. Daan memperingatkanku untuk berhati-hati terhadap setiap prajurit Jepang yang kami lihat. Kami berjalan menyusuri jalanan yang gelap. Aku mengikuti Daan tanpa mengetahui tujuan kami.
"Pasti Soekarno dan Hatta sudah sampai Jakarta. Semoga mereka selamat. Hari ini mereka berencana memproklamirkan Indonesia pukul 12.00 siang nanti. Keadaan disini semakin ricuh, Kai.", jelas Daan sambil berjalan.
"Ah iya, Peristiwa Rengasdengklok, 16 Agustus 1945! Aku membaca mengenai peristiwa itu di buku sejarah. Semua akan berjalan lancar kok.", ujarku sambil tersenyum.
"Sebelum kita melindungi Soekarno dan lainnya pukul 12.00 nanti, bantu aku membebaskan temanku di suatu tempat.", ujar Daan sambil menatapku dengan gugup.
"Membebaskan?", tanyaku dengan bingung.
" Tapi sebelum itu, ganti pakaianmu dengan ini. Â Di sebelah kananmu ada lorong buntu, kamu bisa berganti disana. Aku akan menutupimu, tenang saja.", ujar Daan sambil menyodorkan beberapa pakaian.
"Tapi, ini kan pakaian laki-laki?", tanyaku sambil berjalan ke belakang lorong.