Mohon tunggu...
Angel Graceline
Angel Graceline Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pelajar dengan minat tulisnya.

Pelajar SMA Kelas XII Jurusan IPS Sekolah Dian Harapan, Lippo Cikarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pendekar Tanah Airku

12 Mei 2020   09:13 Diperbarui: 12 Mei 2020   09:32 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita sudah tidak belajar sejarah mengenai Belanda, Jepang, dan sebagainya sejak tahun 2007. Kita hanya mempelajari sejarah saat dan setelah tahun itu. Aku mengetahui kata itu pun karena aku belajar secara diam-diam di perpustakaan keluargaku.", ujarku menjelaskan.

"Apa yang terjadi di Indonesia?", tanya Daan dengan lesu.

"Sudah, sudah. Waktu kita tidak banyak, lebih baik kita fokus ke misi ini dahulu.", ujarku sambil berjalan keluar.

"Hei, Kaia! Sebentar dulu, tadi aku meminta Nakula dan Tanaka untuk mengirim kita kesini karena semua perlengkapan untuk melawan Jepang ada disini. Ayo, kita ambil beberapa senjata.", ujar Daan dengan sedikit membisik.

Aku dan Daan pun mengambil beberapa perlengkapan dan berjalan keluar dari markas. Saat tengah malam, jalanan di Jakarta akan semakin berbahaya. Daan memperingatkanku untuk berhati-hati terhadap setiap prajurit Jepang yang kami lihat. Kami berjalan menyusuri jalanan yang gelap. Aku mengikuti Daan tanpa mengetahui tujuan kami.

"Pasti Soekarno dan Hatta sudah sampai Jakarta. Semoga mereka selamat. Hari ini mereka berencana memproklamirkan Indonesia pukul 12.00 siang nanti. Keadaan disini semakin ricuh, Kai.", jelas Daan sambil berjalan.

"Ah iya, Peristiwa Rengasdengklok, 16 Agustus 1945! Aku membaca mengenai peristiwa itu di buku sejarah. Semua akan berjalan lancar kok.", ujarku sambil tersenyum.

"Sebelum kita melindungi Soekarno dan lainnya pukul 12.00 nanti, bantu aku membebaskan temanku di suatu tempat.", ujar Daan sambil menatapku dengan gugup.

"Membebaskan?", tanyaku dengan bingung.

" Tapi sebelum itu, ganti pakaianmu dengan ini.  Di sebelah kananmu ada lorong buntu, kamu bisa berganti disana. Aku akan menutupimu, tenang saja.", ujar Daan sambil menyodorkan beberapa pakaian.

"Tapi, ini kan pakaian laki-laki?", tanyaku sambil berjalan ke belakang lorong.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun