Nami melihat kearahku dengan wajah sedih. Aku akan terus mengingat Daan dan pelajaran-pelajaran yang ia telah tanamkan dalam diriku. Aku dapat mencintai dan menyebarkan semangat persatuan dan perdamaianku sebagai seorang siswa dan bukan seorang pendekar karenanya. Tanpa aku sadari, bulir-bulir air mataku mulai berjatuhan. Aku memandang ke arah jendela dan berharap semua akan baik-baik saja untuknya. Aku akan selalu merindukannya.
Tiba-tiba, aku mendengar namaku dipanggil. Aku menghadap ke arah papan tulis dan melihat ibu guru yang menyuruhku untuk melakukan presentasi di depan kelas. Aku berdiri dan mulai melangkahkan kakiku. Sesampainya di depan, aku menatap kertasku dan berdiam sejenak.
"Tokohku adalah Daniel Elias Mogot.", ujarku.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H