Mohon tunggu...
Angel Graceline
Angel Graceline Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pelajar dengan minat tulisnya.

Pelajar SMA Kelas XII Jurusan IPS Sekolah Dian Harapan, Lippo Cikarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pendekar Tanah Airku

12 Mei 2020   09:13 Diperbarui: 12 Mei 2020   09:32 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Daan?", ucapku memanggil.

"Mengapa?", tanya Daan sambil mengganti bajunya.

"Mengapa kamu tidak membenci negara lain yang telah menjajah kami?", tanyaku dengan penasaran.

"Baiklah. Sebenarnya jika kamu pikir-pikir, negara-negara penjajah itu telah mengajarkan banyak hal kepada kami. Daripada menyimpan dendam dan kedengkian, lebih baik kita menanamkan perdamaian dan hidup tanpa cemas. Bersyukur tidak sulit kan? Mereka juga berkontribusi banyak dalam perkembangan negara ini.", ujarnya dengan yakin.

"Bagaimana kamu bisa hidup seperti ini? Apakah kamu selalu sepositif ini?", ujarku dengan sedikit tertawa.

"Kepositifan itu akan membuahkan pembelajaran-pembelajaran besar yang dapat membentuk jati diri kita di masa depan. Hidup semua orang membutuhkan sedikit kepositifan, bukan?", balasnya dengan tersenyum.

"Betul juga kata-katamu.", jawabku dengan setuju.

"Apa rencanamu untuk besok?", tanya Daan.

"Aku akan pergi ke tanggal 07 Juli 2007. Acara 'National Meeting on Inside Borders' dilaksanakan hari itu di Natuna. Hari dimana Pendekar Lima Bumi disahkan, hari dimana negara kita dipecahkan. Kamu mau kan menemaniku mengubah sejarah?", tanyaku kepada Daan dengan semangat.

"Tentu saja. Mari kita beristirahat agar besok berjalan lancar.", ujar Daan sambil berjalan memasuki kamar.

Malam itu, aku diselimuti kegugupan yang menyeruak. Aku takut tindakan aku ini hanya akan mengubah sejarah menjadi lebih buruk. Sebentar lagi aku akan pulang, semua yang aku lakukan harus kupikirkan dengan matang. Setelah merenung cukup lama, aku pun terlelap dan memasuki alam mimpi.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun