Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Descendant

7 November 2015   13:55 Diperbarui: 9 November 2015   00:20 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ar—yan… la—lari!”

Hanya dua kata, dan kepala itu terkulai, terhempas ke tanah seiring air mata mengalir deras di kedua pelupuk mata Aryan.

“Woiii, kenapa kau membunuhnya…?!” seseorang memprotes tindakan rekannya.

“Relax men… gak akan ada yang tahu. Tenang aja!”

Pria bertato itu terkekeh. “Ya sudah. Terpaksa kau juga harus membunuh bocah di sana itu!”

Ketakutan menjalari sekujur tubuh Aryan. Ia cukup mengerti ucapan preman-preman bayaran perusahaan itu, dua tahun kebersamaannya dengan pria yang tersungkur di hadapannya itu, Aryan telah belajar banyak hal. Bahasa, juga arti pentingnya hutan ini bagi kehidupan.

Aryan beringsut cepat, bangkit dan lantas berlari menuju pedalaman hutan. Hanya sebilah Mandau yang mampu ia bawa.

Suara tangis menggelegar. Meraung panjang, bersahutan dengan suara-suara hewan liar, seakan ikut menangisi kematian pria dari Tanah Jawa yang selama dua tahun ini “merawat” mereka.

 

Cahaya lampu yang tak sengaja berkelabat di wajah Aryan menyadarkan lamunannya. Aryan berdiri di cabang pohon itu, tak lagi ingin menyembunyikan diri. Mengusap lelehan air mata. Meraih Tengkulas di pinggang dan mengikatkannya ke kepala, lantas menghunus Mandau. Tekadnya sudah pasti.

Lincah, Aryan turun dari satu cabang ke cabang lain, hingga kedua kaki nan telanjang menginjak tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun