Dari bayangan yang terpantul di cermin, Ari memandangi wajahnya yang basah kuyub. Sedetik kemudian ia tersenyum lebar. Sedetik kemudian, senyum berubah menjadi datar kembali. Sedetik lagi, Ari memasang wajah sedih, Tak lama kemudian ia kembali mendatarkan ekspresinya.
Telah banyak ekspresi wajah yang Ari rasakan selama sepekan belakangan ini. Senang, sedih, marah. Manis, pahit, asam. Ari merasa hidupnya lebih berwarna. Ia melupakan hidupnya yang monoton dan membosankan yang ia jalani selama hampir 3 tahun terakhir ini. Dan Ari menyukai itu.
Ari tak dapat memungkiri bahwa Melani telah mengembalikan hidupnya yang sempat terenggut. Permasalahannya sekarang adalah dengan perginya Melani, apakah hidup Ari juga akan ikut pergi? Ari pernah membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan saat kehilangan orang tuanya. Kini, apakah ia akan melakukan hal yang sama setelah kehilangan Melani?
Sekali lagi Ari memperhatikan tubuhnya. Inikah yang Ari inginkan? Menyiksa tubuh ini lebih dalam lagi?
Tidak. Ari tidak mau lagi. Ia tidak mau kembali ke bab-bab sedih dalam hidupnya. Ia harus melangkah maju. Bukankah itu yang ia katakan pada Melani sewaktu mereka bertengkar soal makam ayahnya?
Tekad Ari sudah bulat. Ia bukan lagi Ari yang dulu. Yang dengan mudah terpatahkan. Ia adalah sosok yang berbeda sekarang. Berkat bantuan dari Melani, Ari kembali menemukan kepercayaan dirinya.
Ari percaya bahwa Melani hadir dalan hidupnya untuk menyalakan kembali api kehidupan dalam dirinya. Jika ia kembali bersedih setelah Melani pergi, maka kehadiran Melani akan menjadi sia-sia. Ari tak mau itu. Ia tetap harus menjalani hidup.
Tatapan mata Ari menyorot tajam ke arah mata bayangannya yang terpantul di cermin. Ia telah membuat keputusan. Setelah ini, ia akan mengatur hidupnya kembali. Sebelum itu, ada satu hal yang harus Ari selesaikan terlebih dahulu.
---
Pintu rumah terbuka perlahan. Ari masuk ke dalam dengan pelan-pelan. Suasana ruang tamu rumah nampak sepi. Mungkin karena ini Hari Minggu jadi Tomas dan Rita tidak berangkat kerja.
Setelah menutup pintu, Ari berjalan menuju tangga. Ketika melewati pintu ruang makan yang terbuka, Ari menoleh. Ia mendapati Rita masih terlelap di atas kursi meja makan.