Mohon tunggu...
AL Wijaya
AL Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis "Target Pertama", "As You Know", "Kembali ke Awal"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas (Bab 11)

5 Juni 2019   07:14 Diperbarui: 5 Juni 2019   08:03 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ari menjambak rambutnya sendiri. Tidak. Tidak. Ia tak mungkin pergi. Ia sudah berjanji untuk tetap tinggal. Ari semakin hilang. Pandangannya kacau. Ia melihat orang-orang memandangi dirinya dengan tatapan aneh. Ari merasa pusing.

Di tengah ketidakpastian itu, Ari memegangi kepalanya. Ia merendah lalu bersimpuh di atas trotoar. Ari semakin mendengar suara bisik-bisik orang yang mengganggu. Ia tak tahan. Ia benar-benar tak tahan.

---

Pintu kamar penginapan Melani terbuka kembali. Ari melangkah masuk dengan gerakan yang gontai. Wajahnya kusut. Ia seperti kehilangan semangat hidup.

Ari kembali duduk di tepi kasur. Ia termenung. Memikirkan kemana perginya Melani. Apakah Melani benar-benar meninggalkan Ari?

Di belakangnya, Ari melirik jaket Yandi berwarna hitam yang terlipat rapi di atas kasur. Ari ingat. Dirinya lah yang meminjamkan jaket tersebut kepada Melani agar selama berada di Artapuri, Melani selalu mengenakan jaket itu.

Ari meraih jaket tersebut. Ia menggenggamnya erat. Ari mencium jaket itu. Ia merasakan aroma tubuh Melani masih menempel di sana. Tanpa sadar, Ari menitikkan air matanya.

Ari merasa sedih sesedih-sedihnya. Ia pikir, ia telah menemukan seseorang yang tepat untuk berbagi penderitaan hidupnya. Namun ketika tinggal selangkah lagi, orang itu pergi meninggalkannya tanpa kepastian.

Hati Ari hancur lebur. Ia semakin memeluk erat jaket tersebut. Ia sungguh berharap Melani kembali. Ia ingin menjalani hidupnya dengan wanita itu. Cuma Melani yang Ari mau.

Harapan Ari untuk hidup bersama Melani pupus sudah. Rencana yang ia katakan padanya untuk membuka bar di Bali buyar sudah. Menyisakan serpihan-serpihan kerinduan yang menyakitkan bila Ari ingat kembali.

Mengapa? Mengapa? Ari masih terus bertanya dalam hati. Kalau memang Melani tak ingin bersama Ari, mengapa ia memberi Ari harapan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun