Adegan 6
Setiap dusun atau desa mempunyai kepercayaan dn juga unggah-ungguh adat yang tidak bisa kita terjang begitu saja. Adat yang biasanya kalau dilanggar membuat sebagian orang atau penduduk mendapat bala
Inilah yang terjadi di jalan baru desa kami, inikah bala itu atau ini semua hanya isu untuk menurunkan pak lurah yang pernah menyetujui pembangunan jalan baru yang sebenarnya di tolak warga desa.
Adegan 7
Semua bermula dari sebuah penolakan yang dihubungkan dengan nilai mistik yang ada di masyarakat sekitar dan berimbas kepada adanya penunggu yang minta tumbal sebagai isu untuk memudahkan sebuah keputusan jalan tengah antara kepercayaan pembangunan dan juga modernisasi di sebuah dusun
Pak Brewok : Bila jalan baru itu jadi maka semua makam leluhur kita akan digusur
Warga 1 Â Â Â : kami tidak setuju
Warga 2 Â Â Â : semua harus ditolak
Penolakan warga dimulai saat pengukuran dan pematokan jalan dan itu serba salah karena lahan warga sebagian sepakat dengan uang ganti rugi yang minim namun beberapa warga pengikut  pak brewok tidak mau melepas tanah mereka karena mereka mematok harga tinggi bagi tanah mereka.
Tampaknya provokasi pak Brewok menjadi sebuah emosi massa dan mereka menolak jalan baru pengganti jalan kampung yang rusak dan inilah sebenarnya titik awal dari kejadian-kejadian yang tidak masuk akal, isu adanya pocong yang gentayangan dan juga isu ada yang menyalahi  dan menanam pesugihan di jalan baru itu tampak menjadi komoditi di medsos grup desa inilah awal kejadian  misterius yang seakan tidak ada habisnya di desa ini.
Analogi yang berkembang di warga adalah adanya pembalasan arwah para leluhur karena jalan itu menerjang makam dan itulah mengapa banyak kecelakaan yang terjadi bila lewat di situ dan menjadi tanda tanya tersendiri mengapa semua ini bisa terjadi dan berkelanjutan.