Â
Berlayar beberapa jam lagi menuju Utara, kita akan mendapati Distrik Negara, dikenal juga Kota Negara Daha, distrik tua lokasi ibukota Kerajaan Daha, yang berada tepat di ujung Sungai Bahan. Di Negara Daha Sungai Tabalong dan sungai Batang Alai Besar bertemu dalam sebuah pertigaan dan membentuk Sungai Bahan. Kota Negara Pernah pusat ekonomi dan politik utama Hulu Sungai selama ratusan tahun dari masa Kerajaan Daha, Kerajaan Banjar, Kolonial Belanda sampai masa Kemerdekan di tahun 70an.
Â
kota Negara merupakan bekas ibukota Kerajaan Daha, kota Negara sangat stategis karena berada ditengah-tengah hulu Sungai, dan merupakan daerah pertemuan Sungai tabalong dan Sungai Alai. Sebagai sebuah kota di tengah Rawa-rawa pada dasarnya mempunyai persimpagan banyak aliran Sungai besar maupun kecil, alami ataupun buatan manusia. Negara tidak hanya terhubung ke Sungai barito melalui Sungai bahan yang mengalir ke arah selatan yang bermuara di Muara bahan, tapi juga terhubung ke Sungai barito melalui Sungai Tabalong yang tidak jauh di utara kota Negara. Ketika kita menuju utara lagi memudiki Sungai Tabalong, kita akan bertemu distrik Amuntai, dimana kampung-kampung penting berada, seperti Alabio, Sungai banar dan Kota Amuntai, Kalua dan Tanjung sampai ke ujung wilayah Muara uya, dan daerah-daerah yang hari masuk wilayah Kabupaten Barito Timur yang dahulu masuk dalam wilayah administratif Hulu Sungai.
Â
Kota Amuntai dipercaya sebagai pusat Kerajaan Negara Dipa, di Amuntai pula dipercaya selama ratusan tahun ada gunung candi, yang kemudian dieksavasi pad atahun 1960an dan berhasil ditemukan reruntuhan bangunan kuno yang hari ini disebut Candi Agung yang berada tepat di tengah-tengah kota Amuntai. Ada aliran sungai yang menuju daerah bernama Danau Panggang, dahulu disebut pulau dengan sebutan telaga Panggang, dimana salah satu aliran Sungainya mengalir ke Sungai Barito yang disebut dengan muara Paminggir, jarak antara kota negara dan barito sebenarnya tak terlalu jauh,yang artinya jarak hulu Sungai dengan Sungai Barito adalah dekat sekali.
Â
Paminggir adalah jalur kuno yang menghubungkan antara hulu Sungai dan pedalaman barito di utara, dan juga menghubung ke daerah dayak besar dan dayak kecil. Pembicaran mengenai hubungan hulu Sungai dengan daerah barito jarang didiskusikan, padahal jika melihat besarnya kerajaan Dipa dan kerajaan Daha tentu memerlukan sumber daya yang besar pula untuk membangun dan mempertahankannya, dan hulu Sungai tidak bisa serta merta diputuskan hubungannya dengan daerah pedalaman sebagai penopangnya. Saya menyakini hubungan antara hulu Sungai dan pedalaman barito dan daerah dayak besar dan dayak kecil tetangganya adalah sebuah hubungan yang kuat dan saling mengisi, maka bisa saja orang-orang hulu Sungai sebagian juga berasal dari pedalaman, atau malah sebaliknya. Hulu Sungai dimana beebrapa kerajaan pernah berdiri merupakan pusat Peradapan Barito yang sebenarnya, melalui Barito lah interaksi dengan pedalaman dan bahkan seluruh kalimantan terjalin baik secara politik maupun ekonomi dan kebudayaan.
Â
Beberapa daerah yang disebut dalam laporan De Roy pada tahun 1690 diketahui didaerah yang kita kenal saat ini sebagai margasari, muara piau dan sebagainya,[10] selanjutnya dalam laporan kapte harvat 1790 atau seratus tahun kemudian wilayah di pedalaman margasari seperti Sungai Tapin disebut sebut[11]
Â