Mohon tunggu...
alfiannur_gufron
alfiannur_gufron Mohon Tunggu... Guru - Guru di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 6

Hobi : Menulis, membaca, foto dan videografi, basket, mengajar, belajar bahasa baru, dll. Kepribadian : INTP-T Topik konten favorit : Opini, cerpen, jurnalistik, puisi, kalam islami

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sang Elang (Bab 8)

15 Agustus 2023   04:14 Diperbarui: 15 Agustus 2023   05:11 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 8 -- Manusia Terpilih


                "Dai Sanji !" Teriakku.

                Seorang penjaga gerbang yang sejak awal menatap kedatanganku, terkejut saat aku memanggil namanya. Ia kemudian turun dari menara pengintai kemudian terdengar berbicara kepada seseorang. Terdengar suara derit gerbang yang dibuka dari dalam  benteng. Saat gerbang terbuka sempurna, semua prajurit berbaris membentuk pagar sepanjang jalur gerbang, lurus menuju istana termegah Aliansi Pegunungan, War Throne, milik Klan Burung Hantu.

                "Wahai, anak muda ! Perkenalkan dirimu !" Suara khas Tammy Wong terdengar lantang dan berwibawa.

                Aku tahu ia sedang berdiri di tangga utama istana. Ia mungkin Sang Pengendali tertua yang pernah kutemui di semua aliansi.

                "Aku, Sarah Aneefa, Special Rank dengan kode nama Kiken !" Balasku dengan teriakan yang lantang.

                Terdengar bisik-bisik dari para pekerja di dalam benteng. Bahkan, aku tidak menyangka bahwa seluruh petinggi kelompok ini, juga ikut berbisik-bisik.

                Di awal terbukanya portal dunia bawah tanah, kelompok ini menjadi pertahanan utama dan terkuat Aliansi Pegunungan. Bahkan, dari kabar yang beredar, kelompok ini, Blade SS, menjadi kelompok terkuat di Aliansi Pegunungan dan Klan Burung Hantu. Apalagi setelah orang-orang mengetahui bahwa ketua Blade SS, Tammy Wong, atau yang lebih dikenal dengan Hanran, adalah Sang Pengendali yang telah bertahan selama lima abad lamanya dan bertemu setidaknya 40 Pengendali dari seluruh aliansi.

Ia dinobatkan sebagai Sang Pengendali terkuat yang pernah ada. Sampai detik ini, belum ada seorang pun dari para pengendali tersebut yang mampu mengalahkannya.

                "Wahai, Kiken ! Tidak pernah terbetik kabar darimu walau sehelai daun yang jatuh, melayang diterpa badai, menjauh dari pohonnya. Mengapa demikian ?" Tanyanya.

                Satu hal yang pasti darinya, ia tidak akan memerintahkan sembarang orang untuk masuk ke dalam benteng jika tidak mampu bertahan dari Tiga Pertanyaan Utama. Apalagi jika kau tidak menjawabnya dengan lantang. Ia akan terus mengulang pertanyaannya hingga kau mampu.

                "Misiku adalah menjadi mata-mata di negeri musuh dan negeri kawan. Kerahasiaan dan kehati-hatian adalah prinsip utama yang selalu kupegang saat menjalankan misi. Maka, informasi seremeh apapun akan selalu mempertaruhkan nyawa." Jawabku dengan sedikit gemuruh di hatiku.

                Semua orang terkejut dengan jawabanku. Beberapa orang terlihat marah dan kesal mendengarnya. Tetapi, semua orang tetap seperti dulu, hanya berbisik jika Tiga Pertanyaan Utama sedang berlangsung.

                "Negeri manakah yang engkau maksudkan, Wahai, Kiken ?" Pertanyaannya yang terakhir.

                "Klan Hiu dari Aliansi Laut dan Klan Elang dari Aliansi Salju Berapi. Bertemu dengan para pengkhianat dan para pahlawan bayangan. Tak satu pun dari keduanya bertahan dari ketidakstabilan dunia politik. Bahkan setelah adanya invasi makhluk dunia bawah tanah." Jawabku.

                Para prajurit di balik gerbang kemudian hendak menutup gerbang dan menguncinya.

TRRRTT ! TRRRTT ! TRRRTT !

                Terdengar suara tembakan senjata otomatis jauh di bagian selatan. Aku sempat melihat kepulan asap hitam yang membumbung tinggi. Di suatu titik jauh, terlihat ada seseorang yang memanjat pohon tertinggi disana dan memasang sesuatu seperti senapan rakitan. Ia kemudian melemparkan suatu kotak kearah selatan.

                "Serangan musuh." Gumamku.

                Kemudian, kulihat sesuatu yang sangat familiar disana. Sebuah katana hitam yang mengkilat terkena cahaya matahari. Adrenalinku terpacu dengan cepat. Tetapi, aku menyangkal perasaan tersebut.

                "Hei ! Sarah !"

                Terdengar teriakan seseorang memanggil namaku. Lalu, muncul sebuah mobil van yang melaju cepat ke arahku. Tidak terdengar sedikitpun suara decit ban mobil dari jarak yang lumayan dekat. Kemudian, mobil tersebut berhenti pada jarak sepuluh meter dariku.

                Instingku merasakan tidak ada bahaya yang terpancar dari mereka. Tetapi, tidak seorang pun yang aku kenal dari mereka saat mereka turun dari mobil van tersebut, kecuali seseorang yang sedang pingsan sepertinya.

                "Siapa kalian ? Bagaimana bisa kalian membuatnya pingsan ?" Tanyaku penasaran, karena Silver belum pernah ada yang mengalahkannya kecuali ketua Bizarre sendiri.

                "Aku Oraqle. Lalu, dari sebelah kananku, Savior, Bullseye, Lucky Fiori, dan yang mengendarai mobil van ini, Lampshade." Jawab seorang laki-laki yang sepertinya adalah ketuanya. "Orang yang pingsan di belakang Savior itu... Kami tidak mengenalnya. Atau mungkin engkau adalah temannya ?"

                "Ya. Aku adalah temannya. Dia bernama Silver Ray. Belum pernah ada yang mengalahkannya selain ketua kelompok kami."

                "Ya, aku tahu kelompokmu. Bizarre bukan ? Kuakui, kelompokmu adalah kelompok terbaik yang pernah kami temui."

                Aku merasa ada yang aneh dengan mereka. Tidak mungkin ada yang mengenal Bizarre. Bahkan, tidak pernah ada seorang pun yang mengetahui identitas anggota kelompok Bizarre. Mereka ternyata lebih misterius jika memang mereka mengenal kelompok Bizarre.

                "Tentu saja kami tahu. Tapi, kami tidak perlu menjelaskan bagaimana kami tahu tentang seluk beluk kelompok Bizarre. Aku tahu, kerahasiaan kelompok Bizarre. Sama seperti kami menjaga rahasia kami sendiri." Kata Oraqle tiba-tiba, seakan menebak apa yang kupikirkan.

                "Apa tujuan kalian kesini ?"

                "Kami diperintahkan untuk bertemu Hanran dan menjemputmu."

Jawab Oraqle, yang membuatku sangat terkejut.

                Aku tidak pernah merasa terkejut seperti ini. Mereka tahu Hanran. Lalu mereka mengatakan bahwa mereka diperintahkan untuk menjemputku. Tetapi, instingku tetap tidak merasakan adanya bahaya dari kelompok mereka. Hanya saja, sikap mereka yang selalu tiba-tiba, membuatku tidak nyaman.

                DUAR !

                Suara desingan senapan runduk terdengar nyaring diantara kepulan asap, meskipun aku tahu jaraknya jauh dari sini.

                "Apakah mereka yang disana, ditengah kepulan asap itu, adalah teman-teman kalian ?" Tanyaku lagi.

                "Ya. Mereka menahan serangan pasukan misterius yang memakai pakaian kamuflase gurun."

                "Berapa jumlah mereka yang disana ?"

                "Ada empat orang dari tim kami dan dibantu seorang pengintai di atas pohon. Jumlah musuh sekitar 50 orang dengan senjata taktis dan pertahanan lengkap."

                Kini aku benar-benar merasa agak khawatir dengan diriku sendiri. Jika Silver bisa pingsan, dan empat orang dari tim mereka saja bisa melawan 50 pasukan dengan perlengkapan yang sempurna, bagaimana mungkin itu masuk akal bagiku ?

                DOOONG !!

                "Suara apa itu ?" Tanya Oraqle.

                "Ayo, ikut masuk. Bawa mobil van masuk ke dalam benteng. Aku akan ikut kalian."

                Aku segera ikut menaiki mobil van mereka dan kami pun segera bergerak masuk ke dalam benteng. Semua orang menjaga jarak dari jalanan yang kami tempuh. Tidak ada belokan sedikit pun, karena jika seseorang telah menjawab Tiga Pertanyaan Utama, maka ia akan dipersilakan masuk dan bergerak langsung menuju tangga utama istana menemui Hanran.

                "Hentikan mobilmu tepat pada radius 30 meter dari Hanran." Aku mengingatkan Lampshade yang fokus mengendarai mobil van.

                Aura kewibawaannya terasa sangat kuat. Padahal, jarak kami masih pada radius 100 meter darinya. Hanran tetap seperti dulu yang kukenal. Sederhana, tatapan matanya tajam, berwibawa, dan memiliki fisik yang sangat kuat.

                "Berhenti disana."

                Suaranya benar-benar tegas dan menggambarkan sifat perintah yang mutlak untuk ditaati.

                Kami pun turun satu persatu, termasuk membawa Silver keluar dari mobil. Aku menengok ke belakang. Terlihat orang-orang berkerumun di radius 100 meter tanpa ada yang berani melewati radius tersebut. Kekuasaannya benar-benar mutlak.

                "Suatu kehormatan bagiku untuk bisa bertemu langsung denganmu kembali, Hanran." Sambutku berlutut, diikuti oleh kelompok Oraqle.

                "Berdiri."

                Aku pun menuruti perintahnya, termasuk kelompok Oraqle. Keheningan mulai menyelimuti kami. Jika ia belum mengizinkan seseorang untuk berbicara, maka tidak ada yang boleh menentangnya.

                "Wahai, anakku. Kau pastinya tahu bahwa jati diriku telah diketahui. Itulah sebabnya, kau melihat mereka semua tidak berani melewati batas kurang dari 100 meter dariku."

                "Tentu."

                "Aku telah menunggumu sejak lama. Tetapi, ada suatu peraturan tak tertulis yang menyatakan bahwa kita tidak akan pernah memilih pengganti kita sebelum suatu kejadian besar menimpa orang-orang sepertiku. Kuyakin seharusnya kau paham maksudku saat ini."

                Aku mengangguk.

                Hanran adalah Sang Pengendali. Ratusan tahun identitasnya tidak pernah diketahui oleh siapapun dengan terus berkeliling semua klan. Tetapi, takdir sudah memutuskan hal lain.

                "Aku tidak mungkin lagi berkeliling dunia seperti dulu. Memang umurku lebih panjang. Tetapi, sebaik-baiknya kita menyembunyikan identitas kita dari dunia, jika takdirmu sudah berkata agar menyelesaikannya, maka tidak mungkin kita akan melanggarnya begitu saja." Ia menarik napas perlahan. "Dengan segala hal yang telah kau lakukan untuk kelompok ini, aku menyerahkan tampuk kepemimpinanku selama ratusan tahun, kepadamu, anakku, Kiken. Kau akan memimpin kelompok ini, Blade SS, dengan segala kemampuanmu."

                Semua tim Oraqle memandangku terkejut. Aku tidak bisa berkata-kata lagi, sama terkejutnya dengan mereka. Aku ingin sekali menanyakan alasan Hanran memilihku. Tetapi, peraturan tetaplah peraturan. Sedangkan Hanran adalah orang yang jarang bercanda jika berbicara perihal kelompok ini. Aku hanya mengangguk perlahan untuk memastikan bahwa diriku telah menjawab pertanyaannya, meskipun dengan penuh keraguan.

                "Maka, mulai besok, kau yang akan memasuki era kepemimpinanmu sendiri. Segala pertimbangan dan kebijakan, kau yang akan menentukannya bersama orang-orang yang kau pilih. Tidak ada intervensi ataupun niat lain yang bercampur dengan pilihanku ini. Jika kau ingin bertemu denganku di kemudian hari, kau hanya perlu datang ke puncak." Ucap Hanran, yang akan selalu terngiang di kepalaku sampai suatu saat nanti.

OoOoOoO

                "Kita sudah sampai di benteng yang kau maksudkan, Oraqle." Kataku kepada Rog melalui alat komunikasi.

                Tidak ada jawaban. Lalu, penjaga gerbang yang terlihat di drone sebelumnya, juga tidak ada. Jenderal Pan menepuk pundakku perlahan. Ia menunjuk ke tanah yang terlihat ada bekas roda kendaraan, yang langsung kuasumsikan bahwa Rog dan yang lainnya berhasil memasuki benteng. Masalah selanjutnya adalah, bagaimana mungkin penjaga gerbang yang sebelumnya berjaga, tiba-tiba menghilang begitu saja. Juga alat komunikasi yang kugunakan tiba-tiba tidak dapat berfungsi sama sekali.

                "Seharusnya ada seorang penjaga yang pasti berjaga di tower itu."

Ucapku sambil menunjuk ke arah tower di dalam gerbang. "Bahkan, dari kejauhan pun mereka pasti bisa melihat kita ketika diserang oleh pasukan misterius di tengah jalan."

                "Tapi, mungkin penjelasan tersebut yang menjadi hal menarik." Celetuk Ed. "Mereka sepertinya sedang menginterogasi Sarah dan lainnya. Aku pernah mendengar tentang rumor bahwa kau tidak akan bisa masuk sebelum menjawab beberapa pertanyaan dari ketuanya. Uniknya, orang yang ditanya hanya mendengar suaranya saja tanpa melihat wujudnya."

                "Apa kau ingin mengatakan bahwa ia adalah hantu ?" Tanya Dea.

                "Bodoh sekali anak ini." Komentar Jenderal Pan.

                "Apa kau bilang ?! Beraninya kau bilang aku bodoh !! Dasar kingkong tua tak tahu diri !!!"

                Aku hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka berdua. Dalam keadaan yang belum jelas seperti ini, mereka masih bisa bertengkar seperti anak kecil.

                "Arch ? Apakah kau menemukan petunjuk lain dari cerita yang kau ketahui ?" Tanyaku kepada Ed, mengabaikan pertengkaran mereka berdua.

                "Entahlah. Hanya itu yang kutahu. Sebaiknya kita menunggu saja di sekitar sini. Tech Job, bisakah kau kirimkan drone bantuan dari markas ?"

                Aku mengangguk mendengar jawabannya. Segera Flo mengaktifkan perangkat cangggihnya dan memanggil sebuah drone dari markas untuk membawa alat -- alat bertahan di alam. Sekitar lima menit berlalu, drone tersebut mendarat di tempat yang agak jauh dari gerbang dan tertutup beberapa pohon. Kami segera memasang tenda dan beberapa peralatan penting lainnya.

                DOOONG !!

                Suara lonceng terdengar nyaring dari dalam. Kelompokku saling bertatapan mendengarnya. Tidak ada diantara kami yang mengetahui tanda dari suara lonceng tersebut. Sembari memasang peralatan, kami tetap waspada terhadap keadaan sekitar yang hening dan agak berkabut.

                "TJ, apakah drone tersebut dilengkapi dengan alat mata -- mata ?" Tanya Ed.

                Flo mengangguk.

                "Bisa kau aktifkan alat penyamaran dalam radius kecil disini ?"

                Ia segera mengaktifkannya. Sejenak, seperti tidak terjadi apa -- apa. Tapi, dari atas menara, terdengar suara orang terkejut. Penjaga menara yang sedari tadi mengawasi layar yang menampilkan banyak pantauan kamera, merasa heran dengan keberadaan kami yang lenyap begitu saja.

                "Hanran adalah pengendali tertua yang pernah hidup. Aku tahu tentangnya setelah mendengar cerita dari kakakku dulu." Tiba -- tiba Mia berbicara. "Sosok yang paling ditakuti oleh para pengendali generasi setelahnya. Karena ia memiliki kekuatan yang tidak dimiliki sembarang orang. Tera Human. Hanya orang -- orang terpilih yang mampu menguasai kekuatan itu."

                "Ternyata kau tahu tentang pemimpin kelompok ini, ya ?" Tanya Dea, mendekati tempat Mia.

                "Nama kelompok Hanran adalah Blade SS. Pacar kakakku berasal dari Aliansi Pegunungan, klan Burung Hantu, Blade SS. Perempuan yang sedang kalian buntuti sekarang, Kak Sarah. Salah satu pasukan terbaik yang dimiliki oleh kelompokku."

                Aku hanya diam mendengarkan setiap pembicaraan mereka yang terus mengalir begitu saja. Beberapa hal yang disebutkan oleh Mia telah kuketahui sebelumnya. Sedangkan yang lainnya hanyalah praduga yang dilontarkan olehnya berdasarkan perkiraan dan data yang ia miliki.

                Tanpa kusadari, koper senjata yang kupasangi dengan bom waktu, lupa untuk kuledakkan, kini dibawa oleh salah satu prajurit kelompok Hanran yang berpatroli. Orang itu terheran dengan koper senjata itu. Karena bentuknya adalah buatan dari kelompok mereka dan sekarang berada diluar benteng. Mereka kemudian menyusuri jalan yang kami lalui dengan mengikuti jejak kaki yang  kami tinggalkan sebelumnya.

                "Tidak ada yang terjadi setelah lonceng tadi berbunyi. Apakah mereka baik -- baik saja di dalam sana ?" Tanya Ed.

                "Kau benar. Tidak ada kebisingan lagi yang tedengar. Sudah satu jam kita menunggu di luar. Apa sebaiknya kita menerobos masuk saja ?" Tanya Jenderal Pan.

                "Tidak. Sekalipun kita berhasil menerobos masuk, kita tidak mungkin melawan pasukan Hanran sebanyak itu. Belum lagi kita harus berhadapan dengan Tujuh Bintang Utama. Kita belum tahu seberapa kuat kemampuan mereka saat ini." Jawabku dengan menggeleng tegas.

                Disaat kami mulai merasa dalam kebuntuan, tiba -- tiba aku mendengar suara derap kaki pasukan berjumlah 1000 orang dari arah selatan.

                "Diamlah !" Perintahku.

                Semua orang pun terdiam dan mulai mendengar suara derap kaki pasukan tersebut. Kami saling lirik dan bertanya -- tanya dalam hati, apakah itu pasukan yang menyerang mereka tadi di perjalanan atau hanya ingin mencari aliansi ?

                "Hei, Cold Eye. Mereka telah membuka gerbang. Apakah ada perintah darimu ?" Tanya Ed yang pandangannya tertuju ke arah benteng.

                Belum sempat kujawab, keluarlah sosok Hanran dan Tujuh Bintang Utama, termasuk Sarah berada disana. Mereka menatap ke arah datangnya pasukan yang masih jauh di selatan. Tidak ada satu pasukan pun di belakang mereka.

                "Bukankah itu Oraqle dan yang lainnya ?" Tanya Dea.

                Benar saja. Di belakang Hanran dan Tujuh Bintang Utama, berdirilah Oraqle, Savior, Bullseye, Lucky Fiori, Lampshade, dan... Silver Ray ? Aku cukup terkejut melihat Silver disana. Pantas saja aku mengenali gaya bertarungnya saat kulumpuhkan tadi.

                "Itu Silver Ray. Orang yang kalian jatuhkan tadi saat ia hendak mengecek mobil van kalian." Kata Mia memberitahu kami.

                Aku menatap Hanran alias Tammy Wong. Pandangannya tidak lagi ke arah selatan, melainkan balas menatapku. Aku menelan ludah. Aku telah mengetahui bahwa Tammy Wong akan menyadari keberadaanku sekarang disini. Tetapi, tidak kusangka akan secepat ini. Ia mengedipkan mata dua kali, memberi tanda, kepadaku agar keluar dari kamuflase.

                "TJ, hilangkan kamuflase-nya sekarang juga." Perintahku.

                Ia mengangguk dan menekan beberapa tombol pada mini super computer-nya, menghilangkan kamuflase secara keseluruhan. Tujuh Bintang Utama terkejut saat kami terlihat muncul tiba-tiba, termasuk pengawas yang berada di menara.

                "Akhirnya kau juga telah datang, Cold Eye. Atau kupanggil saja Pure Blue ? Wahai, Aomine Razen ?" Kata Tammy Wong.

                Sarah yang berada di barisan Tujuh Bintang Utama dan Silver yang berada dibelakangnya, sangat terkejut mendengar kalimat Tammy Wong. Termasuk Mia yang berada disampingku.

                Aku membuka topengku dan berlutut, memberikan salam dan hormat kepadanya, diikuti oleh Mia dan yang lainnya.

                "Ah, berdirilah. Kau selalu merendah seperti itu di hadapanku. Padahal, kau telah mengalahkanku sebelumnya."

                Kali ini, semua orang sangat terkejut dengan pernyataan Tammy Wong yang mustahil menurut mereka.

                "Ah, kalian tidak tahu berita tersebut ya ? Padahal, baru 4 tahun yang lalu kami bertarung sangat sengit. Ternyata, kita bertemu kembali disini."

                "Kuhargai pernyataanmu barusan, Hanran. Tetapi, itu terlalu berlebihan bagiku. Kuucapkan terima kasih atas kesediaanmu bergabung dengan aliansi yang kubentuk."

                "Tentu saja aku pasti bergabung. Nah, mari kita hentikan sejenak perbincangan kita. Pasukan musuh sudah semakin mendekat. Ayo kita bertarung bersisian seperti dulu." Kata Hanran menghentikan percakapan.

                Aku mengangguk dan menatap ke arah selatan. Kami pun mengonsolidasikan kekuatan. Aku dan Hanran berjalan maju di depan yang lain.

                "Mari kita habisi mereka."

OoOoOoO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun