"Bisa kau aktifkan alat penyamaran dalam radius kecil disini ?"
        Ia segera mengaktifkannya. Sejenak, seperti tidak terjadi apa -- apa. Tapi, dari atas menara, terdengar suara orang terkejut. Penjaga menara yang sedari tadi mengawasi layar yang menampilkan banyak pantauan kamera, merasa heran dengan keberadaan kami yang lenyap begitu saja.
        "Hanran adalah pengendali tertua yang pernah hidup. Aku tahu tentangnya setelah mendengar cerita dari kakakku dulu." Tiba -- tiba Mia berbicara. "Sosok yang paling ditakuti oleh para pengendali generasi setelahnya. Karena ia memiliki kekuatan yang tidak dimiliki sembarang orang. Tera Human. Hanya orang -- orang terpilih yang mampu menguasai kekuatan itu."
        "Ternyata kau tahu tentang pemimpin kelompok ini, ya ?" Tanya Dea, mendekati tempat Mia.
        "Nama kelompok Hanran adalah Blade SS. Pacar kakakku berasal dari Aliansi Pegunungan, klan Burung Hantu, Blade SS. Perempuan yang sedang kalian buntuti sekarang, Kak Sarah. Salah satu pasukan terbaik yang dimiliki oleh kelompokku."
        Aku hanya diam mendengarkan setiap pembicaraan mereka yang terus mengalir begitu saja. Beberapa hal yang disebutkan oleh Mia telah kuketahui sebelumnya. Sedangkan yang lainnya hanyalah praduga yang dilontarkan olehnya berdasarkan perkiraan dan data yang ia miliki.
        Tanpa kusadari, koper senjata yang kupasangi dengan bom waktu, lupa untuk kuledakkan, kini dibawa oleh salah satu prajurit kelompok Hanran yang berpatroli. Orang itu terheran dengan koper senjata itu. Karena bentuknya adalah buatan dari kelompok mereka dan sekarang berada diluar benteng. Mereka kemudian menyusuri jalan yang kami lalui dengan mengikuti jejak kaki yang  kami tinggalkan sebelumnya.
        "Tidak ada yang terjadi setelah lonceng tadi berbunyi. Apakah mereka baik -- baik saja di dalam sana ?" Tanya Ed.
        "Kau benar. Tidak ada kebisingan lagi yang tedengar. Sudah satu jam kita menunggu di luar. Apa sebaiknya kita menerobos masuk saja ?" Tanya Jenderal Pan.
        "Tidak. Sekalipun kita berhasil menerobos masuk, kita tidak mungkin melawan pasukan Hanran sebanyak itu. Belum lagi kita harus berhadapan dengan Tujuh Bintang Utama. Kita belum tahu seberapa kuat kemampuan mereka saat ini." Jawabku dengan menggeleng tegas.
        Disaat kami mulai merasa dalam kebuntuan, tiba -- tiba aku mendengar suara derap kaki pasukan berjumlah 1000 orang dari arah selatan.