"Apa kau ingin mengatakan bahwa ia adalah hantu ?" Tanya Dea.
        "Bodoh sekali anak ini." Komentar Jenderal Pan.
        "Apa kau bilang ?! Beraninya kau bilang aku bodoh !! Dasar kingkong tua tak tahu diri !!!"
        Aku hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka berdua. Dalam keadaan yang belum jelas seperti ini, mereka masih bisa bertengkar seperti anak kecil.
        "Arch ? Apakah kau menemukan petunjuk lain dari cerita yang kau ketahui ?" Tanyaku kepada Ed, mengabaikan pertengkaran mereka berdua.
        "Entahlah. Hanya itu yang kutahu. Sebaiknya kita menunggu saja di sekitar sini. Tech Job, bisakah kau kirimkan drone bantuan dari markas ?"
        Aku mengangguk mendengar jawabannya. Segera Flo mengaktifkan perangkat cangggihnya dan memanggil sebuah drone dari markas untuk membawa alat -- alat bertahan di alam. Sekitar lima menit berlalu, drone tersebut mendarat di tempat yang agak jauh dari gerbang dan tertutup beberapa pohon. Kami segera memasang tenda dan beberapa peralatan penting lainnya.
        DOOONG !!
        Suara lonceng terdengar nyaring dari dalam. Kelompokku saling bertatapan mendengarnya. Tidak ada diantara kami yang mengetahui tanda dari suara lonceng tersebut. Sembari memasang peralatan, kami tetap waspada terhadap keadaan sekitar yang hening dan agak berkabut.
        "TJ, apakah drone tersebut dilengkapi dengan alat mata -- mata ?" Tanya Ed.
        Flo mengangguk.