Kamu ngancem ceritanya nih? goda Rasta padaku.
Mulai detik itu, ku rasakan kembali kedekatanku dengan Rasta. Dan dapat ditebak, aku semakin sukar menghapusnya dari hatiku. Seakan ada harapan untukku. Jujur saja, aku merasa dia sangat perhatian kepadaku. Aku nyaman berada di dekatnya. Aku sering menghindari kontak mata dengannya, aku tak kuasa menatapnya lama. Tak jarang Rasta tersenyum geli dengan tingkahku yang serba salah. Namun, kami tidak hanya berdua saja dalam melewati hari. Ada Keisya. Sahabatku yang juga saingan hatiku akan Rasta.
*****
Drrrrtt.. Drrrrtt..
Handphone ku bergetar.Ada sebuah pesan dari Rasta. Jujur, aku telah menantikannya sejak semalam. Happy Birthday, Friend. Semoga tambah suskses dan selalu berada dalam naungan rahmat-Nya. Amiin. Oh ya, Sya hari ini aku mau ngundang kamu untuk makan bareng keluarga aku. Toh, udah lama juga kita nggak makan bareng. Jangan lupa kenakan gaun ungu itu. Aku harap kau menyukainya. Sms panjang lebar dari Rasta membuatku gembira dan bingung. Gembira tas undangannya dan bingung perkara gaun ungu yang ia sebutkan dalam pesannya.
Gaun apa yang ia maksudkan?
Kei, kamu nerima titipan nggak? Kiriman pos gitu, ada nggak? tanyaku pada Keisya yang kini tinggal seatap denganku. Kini lagi-lagi kami kuliah di tempat yang sama. Dan ujung-ujungnya, kami memutuskan untuk tinggal di rumah kos satu atap.
Hah, ng..ng kiriman tt .. ttittipan? Ng..ng.. ng aku nggak tahu tuh. Emang kenapa? jawabnya dengan air muka yang aneh seketika.
Nggak, aku butuh banget barang itu. Ada hal penting untukku. Terimakasih.
Yap, aku pasti akan memberimu kabar seputar kiriman yang datang, Rasya. Itu pasti.
Aku percaya padamu, Kei.