Kei berdiri dan berjalan menghampiri Tere yang melangkah belum jauh dari TKP sebelumya. Tere! teriak Kei. Tere berbalik, Apa lagi anak bawang?
Plak!
Pukulan keras melayang dari tangan Kei ke pipi Tere. Saat tangan Tere hampir meyentuh permukaan pipi Kei, sebuah tangan menghentikannya.
Bramasta, ucap Tere dan Kei hampir bersamaan.
Udahlah, kalian jangan kayak anak kecil sepeti ini. Apa kalian nggak mikir kalau perbuatan kalian mencoreng nama baik kalian sendiri? ujar Bramasta sok bijak.
Tanpa berkata sepatah katapun, Tere berlalu. Terbesit kelihatan amarah yang kian berkobar di matanya. Bramasta menatap wajah Keisya teliti. Penampilanmu acak adul banget. Sumpah. Kamu juga luka, di obtain ke UKS gih!
Bulir-bulir bening mengalir mulus di pipiku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan genangannya. Hatiku benar-benar terasa terguncang melihat apa yang terjadi pada Rasta dan Kei. Mereka kini tengah berdiri di hadapanku, berjarak sangat dekat. Tampak rasa cemas dari air muka Rasta. Aku berlari. Menjauh dari pemandangan yang memekakkan luka di hatiku. Aku berlari megikuti kemana pun langkah kaki terarah.
*****
Kak Rasya, tunggu!! Kei memanggilku yang sedari kemarin berusaha menghindrinya. Sya, kamu marah sama aku? Apa karena aku berantem waktu itu ya? Aku minta maaf.
Ku tatap mata bulatnya mendalam. Mata yang membuat setiap orang akan menaruh simpati padanya. Iya aku maafin kok. Lain kali jangan kamu ulangi, inget orang tua mu nggak pernah ngajarin kamu untuk berantem kaya ayam bodoh. Apalagi ini Cuma hal sepele.
Maaf, Sya. Aku.. Air mata menggenang di kedua pelupuk matanya, selang beberapa detik bulir-bulir bening itu tumpah ruah. Maafkan aku, Sya..