4. Paham Tentang Dunia
Halak Simalungun memahami dunia sebagai terpisah-pisah dan tidak utuh. Alam semesta terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian dunia itu disebut nagori atas, nagori tongah, dan nagori toruh.Â
Semua itu dengan segala isinya merupakan ciptaan Naibata. Nagori atas (dalam paham kekristenan disebut surga) adalah tempat tinggal Naibata. Nagori tongah yang disebut sebagai bumi merupakan tempat bermukimnya manusia. Sedangkan nagori toruh (dalam paham kekristenan disebut alam baka) ditempati oleh roh-roh manusia yang sudah meninggal (arwah), roh keramat, dan begu-begu.
Manusia yang berada di banua tongah, sepanjang hidupnya akan senantiasa dipengaruhi oleh kekuatan baik dari nagori atas maupun dari nagori toruh. Halak Simalungun selalu berada di tengah-tengah tegangan kedua kekuasaan itu. Bila seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh daya dari nagori atas, maka ia akan menjadi manusia yang baik dan bahagia. Sebaliknya bila pribadi manusia lebih didominasi dan dikuasai oleh kekuasaan banua toruh, maka ia akan menjadi manusia yang jahat dan menderita.
5. Martogas
Martogas adalah ritual, kebiasaan, dan tradisi penyembahan terhadap roh nenek moyang (simagod). Kegiatan ini rutin dilakukan oleh keluarga-keluarga Simalungun dalam rumpun yang sama. Tujuan dari ritual ini adalah meminta nasehat atau petunjuk dari Naibata melalui perantaraan roh nenek moyang.
Semua anggota keluarga mulai dari anak, cucu, dan cicit berkumpul untuk memanggil roh nenek moyang. Hal itu dilaksanakan dengan makan bersama. Makanan yang dihidangkan adalah kesukaan nenek moyang. Ada tujuh jenis makanan yang biasa dipersembahkan kepada simogod yakni na nilompah, na pinanggang, na matah, na hinasumba, na nilomang, na nisalenggam, na niura.
Pada saat ritual terjadi, anggota keluarga mempersembahkan sesajen (galangan) untuk memanggil roh leluhur. Setelah peristiwa itu selesai, biasanya salah satu anggota keluarga yang hadir akan mengalami kesurupan. Hal itu diyakini sebagai tindakan roh luluhur yang masuk ke dalam tubuh manusia. Kehadiran roh leluhur dalam tubuh manusia menjadikan hilangnya kesadaran karena diambil alih oleh roh tersebut.
Melalui peristiwa tersebut, roh nenek moyang menyampaikan pesan, nasehat, teguran, peringatan kepada keturunannya. Nasehat tersebut diyakini berasal dari Naibata. Roh nenek moyang tersebut hanyalah perantara pesan dari Naibata kepada manusia. Berhadapan dengan nasehat tersebut halak Simalungun sangatlah taat dan tidak berani untuk membantah atau menyangkalnya.Â
Kesalahan dan kejahatan para keturunan roh tersebut akan terungkap sepenuhnya. Konsekuensinya bahwa kekurangan atau cacat cela itu akan diketahui semua orang yang hadir. Bagi mereka tidak ada tempat untuk menghindar, bersembunyi, atau berbohong untuk menutupi kesalahan.
Selain mengungkapkan kekurangan pada keturuannya, roh nenek moyang juga memberikan perintah. Bila ketetapan itu diabaikan maka akan mengakibatkan bencana atau malapetaka. Oleh karena itu, halak Simalungun tidak berani menipu, berdusta, dan berbuat jahat kepada orang lain.