"Heuheu.. Kamu yakin tidak ingin mengabadikan momen spesial ini?" tanya Abah.
"Nanti aja we di photo studio lain." jawab Ipeh kesal.
"Heuheu... Iya atuh."
Ipeh dan Abah melangkahkan kaki keluar gedung. Sesosok pria dengan jubah wisudanya membuntuti Ipeh dari belakang. Ipeh merasa ada yang mengikutinya dari belakang, Ipeh mulai mempercepat langkah kakinya.
"Pelan-pelan aja jalannya Peh. Heuheu.." ucap Abah
Ipeh tetap melangkahkan kakinya.
"Peh tunggu, ini ada yang mencarimu."
"Siapa?" Ipeh membalikkan badan.
Ternyata Rio berada disamping Abah. Sepertinya akrab. Rio mendatangi Ipeh yang diam termangu, mungkin euforia saat dikelas waktu itu yang membuatnya kikuk. Teman-teman lainnya yang melihat Rio dan Ipeh bertemu mulai mengamati, terlebih bunga mawar yang disembunyikan dibalik badan Rio. Bumi gonjang-ganjing.
"Sebelumnya maaf bila membuatmu membisu bila berada didepanku selama 4 tahun ini, akupun merasa demikian. Entah ada rasa yang sama atau hanya kebetulan." Rio memulai pembicaraan.
"..di depan teman-teman kita, juga orang tuamu menjadi saksi, maukah engkau menjadi penyempurna separuh agamaku." Rio memberikan bunga mawar kepada Ipeh.
Ipeh terdiam sesaat dan pipinya merah dibuatnya. Ipeh tidak menyangka Rio akan mendeklarasikannya diakhir cerita.