"Tapi Bah..."
"Peh.. berterima kasihlah pada segala yang memberi kehidupan, walau seekor kuda sekalipun."
Ipeh terdiam sejenak, kemudian berbisik ke Abah.
"...dan jangan lupa berterimakasih kepada Tuhan yang tidak pernah pelit."
"Heuheu...iya Peh. Alhamdulillah."
Cetak, cetak! Abah melecut kuda dan Ipeh turut dibawa pergi bersama delmannya.
~~
Pagi ini cahaya mentari terasa menghangatkan, tidak panas, tidak dingin. Ayam jago mulai berkejar-kejaran dengan ayam betina, bermain petak umpet, hingga menunggangi ayam betina setelah puas bermain petak umpet. Abah memanggil kawanan ayam dari atas gedek dan memberikan makanan sisa semalam ke ayam peliharaannya.
"Suatu waktu tak masalah jika kalian menikmati apa yang tuan kalian makan, kecuali sambel, pasti akan kepedasan. Heuheu..." Abah mengajak bicara ayam-ayamnya. Ayam-ayam itu menanggapinya dengan menceker dan mematuk makanan yang diberikan Abah.
Hari ini merupakan hari memutar kucir toga. Ipeh telah melewati 8 semester dengan hasil yang tidak mengecewakan. Hanya saja yang membuatnya sedikit kecewa ialah ketika melihat teman-temannya akan naik ke pelaminan usai memutar kucir toga, sedangkan dirinya masih dengan status yang sama.
"Euleuh, euleuh.. Kenapa wajahmu masam begitu Peh?" tanya Emak.
"Temen-temenku sudah pada mengirim undangan resepsi, sedangkan Ipeh masih begini aja. Hiks hiks.."