"Heuheu.. hati-hati dijalan, jaga diri, jaga hati.." ucap Abah.
"Apaan si Bah! Jangan bikin baper Ipeh pagi-pagi gini deh.." jawab Ipeh.
"Kamu bisa saja baper, tapi Tuhan tidak pernah baper."
Angin sepoi-sepoi berhembus dingin dipekarangan rumah, udara segar menjadi penghela napas untuk memulai hari. Emak mulai menampakkan diri dipekarangan rumah sedang menyirami bunga dan beberapa tanaman keluarga lainnya, Ipeh melempar senyum kemudian meninggalkan Abah seorang diri di teras dengan kursi tuanya.
Sebelum masuk ke dalam kelas, Ipeh menitipkan cucur ke pemilik warung dan bengkel perut di sekitaran kampus serta mengambil uang hasil penjualan cucur yang laku terjual. Walau tidak banyak, Ipeh tetap mensyukurinya.
Biaya perkuliahan pun tak jadi persoalan, sebab biaya kuliah Ipeh sendiri ditanggung oleh beasiswa, tinggal Ipeh menjaga dan meningkatkan prestasi belajarnya agar beasiswa terus membantunya melanjutkan kuliah hingga selesai, Seperti pertolongan Tuhan yang tidak pernah putus selama hambanya mempertahankan dan  meningkatkan ketaqwaannya kepada Sang Maha Pemberi.
Hampir sebagian besar teman-teman Ipeh sudah memiliki gebetan, tinggal Ipeh yang masih betah dengan kelajangannya.Â
"Sendiri mulu, masih betah Peh? Lihat yang lain, sudah mempersiapkan masa depannya. Apa gak takut jomblo sampai ngenes?" ledek salah satu teman Ipeh,
Ipeh tersenyum.
"Ditanya kok malah nyengir, atau jangan-jangan ada sesuatu nih? Ehee.."
"Bagaimana bisa aku takut jomblo. Sedangkan aku menghamba pada Tuhan yang Maha Pemberi Rezeki, sebab jodoh ada ditangan Tuhan." jawab Ipeh.
"Iya sih. Tapi kalau gak ada usaha, ikhtiar, yang ada kamu begini terus, jomblo. Wkwkwk.."