Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 3] Manunggaling Kawulo lan Fiksi

30 November 2015   23:58 Diperbarui: 1 Desember 2015   04:27 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya Ben tiba kembali di Tebing Jomblo Bernyanyi. Tapi kali ini tak ada Bay gondrong yang mirip pendekar jadul itu. Juga tak ada Na, yang kabarnya juga seorang pendekar wanita pilih tanding. Yang tersisa hanya sederet tulisan “Selamat Ulang Tahun” di punggung tebing, yang kini terlihat retak dan tertutup debu hadats jiwa... #Eaaa...

Dengan langkah gemetar Ben mendekat ke tepi danau, dan menemukan sebuah buli-buli yang pernah masyhur di cersil usil.

Diteguknya sisa kopi peram yang ada di buli-buli dengan penuh haru, untuk kemudian dia jengking tubuhnya demi mengintip petunjuk terakhir apa yang ada di bagian bawahnya, walau untuk gerakan menungging sesederhana itupun Ben hampir terserang rhematik. Barangkali usia memang tak pernah bisa untuk berbohong, batin Ben.

“Celup aku kuat-kuat ke dalam air telaga.”

Hanya kalimat super pendek itu yang tertera di bagian bawah buli-buli, karena memang luas bidangnya yang amat terbatas. Itupun Ben masih harus melotot kuat-kuat untuk membacanya, karena bentuk tulisan yang terpahat tumpang-tindih tak karuan layaknya job desc para menteri negara.

Tapi seceker ayam apapun tulisan itu, Ben percaya akan kebenarannya, karena dia berpikir, bisa saja si pemiliknya dulu malas sekolah hingga tak becus menulis indah. Atau boleh jadi justru amat giat menuntut ilmu, seperti para dokter yang menulis resep menggunakan bentuk aksara yang kian jauh dari huruf aslinya.

Dengan amat takdzim Ben berjongkok, dan langsung melakukan pesan yang tertera di bagian bawah buli-buli.

Terdengarlah suara, “blup…blup…blup…” yang amat ritmis serta penuh daya magis, membuat Ben terlongong-longong sangat lama, hingga akhirnya Ben bersalto ke udara sambil berteriak.

“Esaaaaaaa…!!!”

Seperti orang gila Ben menari-nari semalaman. Ia berhasil mendapatkan pencerahan tak terhingga, hanya dari sebuah buli-buli berisi kopi!

Ben paham, ketika seseorang kosong dan ilmu setelaga banyaknya memaksa memasuki dirinya dari lubang akal yang sempit, maka dia akan bersuara. Akan berbunyi. Tapi bukan berbicara, melainkan murni hanya berbunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun