Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Munculnya Penulis-penulis Tangguh di Kompasiana

24 November 2015   20:52 Diperbarui: 24 November 2015   20:58 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelima, ending yang bikin blink-blink.

Sila baca sendiri karya tersebut, dan rasakan tendangan tanpa bayangan di bagian endingnya…^_

Tapi tentu saja akan selalu ada kekurangan dalam sebuah karya, karena memang tak akan pernah ada yang sempurna, jika itu masih buatan manusia.

Dan beberapa kekurangan tersebut akan saya bahas di sini, semata demi perbaikan sebuah karya, dan bukannya Hate Speech (Ujaran Kebencian) yang memiliki kecenderungan untuk melakukan ad hominem (menghina), yang biasanya menyerang tidak hanya karya namun juga melebar menyasar penulisnya, yang mungkin lebih tepat bila disamakan dengan black campaign (kampanye hitam) daripada disebut sebagai kritik yang bersifat membangun. Tolong digaris bawahi paragraf yang ini, agar ke depannya kita semua tak lagi terlihat konyol menyebut pembusukan yang kita lakukan sebagai salah satu bentuk kritik penuh sayang…^_

Tapi khusus untuk kekurangan yang berhubungan dengan masalah EYD, typo, tanda baca, kata baku serta teknis penulisan yang lainnya, sejak awal saya tidak berminat untuk terlalu mempermasalahkannya. Lagi pula, hal itu sudah pernah dibahas tuntas oleh Mbak Sekar Mayang selaku editor FC pada artikel “Mengapa Editor FC Tidak Pernah Menurunkan Tangan Besinya?”, juga pernah disinggung sekilas pada artikel saya yang lebih dulu dengan judul “Mengapa Karya Burukpun Berhasil Menjadi Juara?”.

Jadi, untuk masalah typo dan kawan-kawannya, saya lebih suka untuk tidak membahasnya. Biarlah itu menjadi usaha semasing penulis dalam meningkatkan kecakapan menulisnya…^_

Beberapa point dalam karya ini yang masih butuh untuk diperbaiki, antara lain:

Pertama, opening yang terlalu panjang, bertele-tele serta membosankan.

Mengutip ucapan Isa Alamsyah yang menjadi suami sekaligus partner menulis Asma Nadia, opening sangat penting dalam sebuah cerita. Setiap cerpen harus dimulai dengan opening yang bagus. Dalam novel, setiap bab harus dimulai dengan opening yang bagus. Dalam non fiksi juga demikian. Tapi sayangnya, banyak penulis tidak memahami pentingnya opening.

Masih menurut beliau pada bukunya yang berjudul “101 Dosa Penulia Pemula”, setidaknya ada delapan dosa dalam opening yang beliau soroti, yang jika penulis terhindar dari delapan kesalahan tersebut dalam opening, niscaya tulisan akan memiliki opening yang jauh lebih bagus.

Ada beberapa contoh opening ‘tidak biasa’ yang mungkin bisa dijadikan pengayaan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun