Pak Wakil terdiam. Wajahnya yang semula tenang mulai ikut cemas. "AI? Teknologi masa depan? Aduh... laporan fiktif kita bisa ketahuan kalau begitu!"
Tiba-tiba, Pak Sekda masuk dengan terburu-buru. "Pak Bupati, Pak Wakil, saya punya ide brilian!"
"Apa idenya?" tanya Pak Bupati penuh harap.
"Kita siapkan pengalihan isu! Sebelum tim audit datang, kita adakan acara besar, seperti peresmian proyek taman minimalis yang kemarin itu. Kita undang wartawan-wartawan untuk meliput, biar mereka sibuk melaporkan hal lain, bukan masalah audit!"
Pak Bupati tampak berpikir. "Taman minimalis yang kosong tanpa tanaman itu? Hmm... ide bagus. Rakyat kita suka acara-acara peresmian yang mewah."
"Tepat sekali, Pak!" tambah Pak Sekda. "Nanti kita buat pidato panjang tentang betapa pentingnya 'ruang hijau tanpa tanaman'. Biar semua orang sibuk dengan estetika kosong itu."
Hari peresmian tiba. Seluruh pejabat desa, kecamatan, dan kabupaten berkumpul di taman yang luas namun hanya dipenuhi batu-batu hias tanpa satu pun tanaman hijau. Karpet merah digelar di tengah-tengah, sementara panggung mewah berdiri megah di sebelah plakat besar bertuliskan "Peresmian Taman Hijau Masa Depan: Inovasi Tanpa Tumbuhan".
Pak Bupati berdiri di atas panggung dengan wajah penuh kebanggaan. Wartawan dan kamera TV lokal mulai mengambil gambar.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara-saudari sekalian," mulai Pak Bupati dengan penuh semangat, "hari ini kita meresmikan taman modern ini, sebagai bukti bahwa inovasi bisa hadir dalam berbagai bentuk. Tidak hanya bangunan, tetapi juga dalam alam! Taman ini melambangkan ketenangan, ruang refleksi tanpa gangguan tumbuhan yang memerlukan perawatan. Ini adalah simbol kemajuan!"
Tepuk tangan bergemuruh dari seluruh pejabat yang hadir. Beberapa dari mereka bahkan menahan tawa di balik masker mereka. Wartawan pun mulai mengambil catatan, meskipun sebagian dari mereka tampak bingung.
Tiba-tiba, seorang wartawan senior dari ibu kota mengangkat tangan. "Pak Bupati, maaf bertanya, tapi kenapa disebut taman hijau kalau tidak ada tanaman sama sekali? Apakah ini bukan pemborosan anggaran?"