Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Rapat Rahasia: Kolusi Komedi Koruptor

10 Oktober 2024   11:37 Diperbarui: 10 Oktober 2024   11:37 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/leeminhoanoo 

Pak Sekdes senyum licik, "Itu kan formalitas saja, Pak. Yang penting, biar kelihatan 'wah' di laporan."

Sementara itu, di kantor Pak Bupati, suasana sedikit tegang. Tiba-tiba, seorang wartawan muda muncul untuk wawancara terkait proyek jalan raya yang tak kunjung selesai.

"Pak Bupati, kenapa jalan yang direncanakan belum juga rampung, padahal anggarannya sudah turun sejak tahun lalu?" tanya wartawan dengan tajam.

Pak Bupati terdiam sejenak, lalu tersenyum lebar. "Ah, itu gara-gara musim hujan, Mas. Tanahnya labil. Jadi, kita terpaksa menunda. Padahal kalau saya lihat, sih, jalan itu tinggal di-... ehm, di aspal sedikit lagi."

Wartawan itu mengernyitkan dahi, "Tapi, Pak, saya sudah cek lokasi. Hujan baru turun minggu lalu, dan jalannya baru ada kerikil, belum ada aspal."

Pak Bupati yang mulai bingung, langsung mengeluarkan jurus andalan. "Oh... itu, Mas. Kerikilnya kan juga penting. Aspal tanpa kerikil itu seperti bubur tanpa kuah!"

Wartawan itu semakin bingung. "Bubur... tanpa kuah?"

Dengan penuh percaya diri, Pak Bupati melanjutkan, "Iya, Mas. Jalan ini konsepnya minimalis. Jadi kita mulai dari dasar yang simpel dulu. Sama seperti seni, jalan pun harus ada estetika."

Wartawan hanya menggeleng-geleng, berpikir dalam hati, Estetika? Jalan raya? Tapi, dia juga tahu, wawancara ini tidak akan membawa ke mana-mana.

Dan begitulah kolusi di pemerintahan terus berjalan. Proyek yang tak kunjung selesai, amplop coklat yang beredar diam-diam, dan rakyat yang menunggu jalan tanpa tahu bahwa proyek itu mungkin akan berakhir seperti jembatan sebelumnya: rusak dua bulan setelah selesai.

Para pejabat pulang ke rumah masing-masing, merasa hari itu sangat produktif---bukan karena menyelesaikan proyek, tapi karena berhasil mengakali sistem lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun